Juna Pov.
Tak menyangka, niat awal yang ingin berdonor darah, malah mempertemukan gue, dengan Ara. Awalnya tak merasa yakin, mungkin hanya penglihatan gue saja. Tapi semakin gue perhatikan, wajah Ara semakin nampak nyata.
Ia tengah dimarahi oleh seorang lelaki, berkisar usia 40 tahunan. Sepertinya, kecerobohan Ara, membuat lelaki tersebut marah-marah. Juna ingat sekali senyum Ara, senyum yang selalu terlihat indah bagi dirinya.
Gue masih memperhatikan Ara dari jarak yang tidak terlalu jauh. Setelah sang lelaki pergi meninggalkan Ara, gue melangkahkan kaki, menuju ke arah Ara. Ternyata memang benar, dia Ara, Ara yang selalu gue cari selama ini.
Gue sedikit terkejut, karna Ara masih mengingat gue. Padahal, dia susah mengenali seseorang, dan bersyukurnya, Ara masih mengingat gue. Ara jauh lebih kurus dari terakhir kali gue melihat dia. Matanya terlihat cekung, sepertinya, dia sering tidur malam.