Baixar aplicativo
70.83% Love bad boy / Chapter 17: part 17

Capítulo 17: part 17

Sudah 2 hari sejak jimin dipindahkan dari Ulsan ke Seoul dan jimin juga sudah sadar namun keadaannya tetap saja sama hanya diam menatap kosong keluar jendela meski masih bisa diajak untuk bicara namun responnya hanya menggeleng, mengangguk atau tersenyum tipis.

Membuat siapa saja yang menatapnya iba melihat kondisinya yang seperti itu.

Wonho pun juga sudah bangkit dari keterpurukannya karena tidak adanya jimin saat itu dan setelah mendapat kabar bahwa jimin sudah ditemukan wonho sangat senang dan antusias ingin menemui istrinya.

Namun saat mendapati kondisi jimin seperti itu wonho bersikeras untuk mengembalikan jimin nya seperti dulu. Wonho dan nyonya jeon sering mengunjungi jimin di rumah sakit dan bergantian berjaga menemani jimin agar tidak sendiri.

Kondisi tuan park juga jauh lebih baik saat setelah mendengar kabar dari putra manisnya. Terkadang dia menghampiri kamar putranya yang tidak jauh dari kamar rawatnya dengan kyuhyun yang membantu sang ayah untuk mendorong kursi rodanya.

𝘾𝙚𝙠𝙡𝙚𝙠

Wonho dan nyonya park yang sedang menjaga jimin menolehkan kepalanya kearah pintu yang terbuka karena seseorang.

"Selamat siang! Maaf aku ingin melihat putraku."

"Eoh.. Donghae oppa masuklah kebetulan aku sedang bersiap untuk kembali ke rumah."

"Terima kasih taeyeon. Bagaimana keadaan jimin hari ini?"

"Hah.. Masih tetap sama oppa aku jadi sedih melihatnya seperti ini terus. Aku jadi merasa bersalah padanya." Ucap nyonya jeon

"Bersabarlah dia pasti sembuh."

"Ne oppa, baiklah aku pergi sekarang, wonho-ah eomma pulang dulu jaga jimin ne.."

"Ne eomma." Nyonya jeon pun mendekat kearah jimin dan memeluknya.

"Sayang, eomma pulang dulu cepatlah sembuh eomma sangat merindukanmu." Ucap nyonya jeon dan setelahnya memberikan kecupan sayang pada kepala jimin. Nyonya jeon pun pergi dari sana menyisakan wonho, tuan park dan kyuhyun yang diam dengan tatapan sedih karena melihat kondisi sang adik yang masih sama.

"Wonho bagaimana kabarmu nak?"

"Aku baik appa tapi tidak lebih baik saat jimin masih baik-baik saja."

"Appa yakin jimin akan kembali seperti dulu. Bersabarlah demi janin dalam perut jimin juga."

"Ne appa."

Kyuhyun yang tadinya hanya diam dia mulai mendekati dongsaeng nya.

"Jim, hei.. Saeng hyung sangat merindukanmu." Tangan kanan Kyuhyun meraih jemari jimin dan menggenggamnya dan tangan kirinya mengusap kepala jimin lembut. Jimin pun menoleh menatap wajah Hyung nya yang memerah menahan tangis.

"Hyung.." Lirih jimin

"Hey.. Bagaimana kabarmu hari ini hum..?" Jimin hanya tersenyum tipis menanggapi pertanyaan kyuhyun.

"Hah.. Baiklah sepertinya hyung harus mengantar appa kembali ke kamarnya. Hyung pergi ne.. Nanti hyung akan menjenguk mu lagi."

"Baiklah wonho appa dan kyuhyun kembali ke ruangan appa dulu."

"Ne appa semoga cepat sembuh." Setelah tuan park dan kyuhyun pergi wonho mendekat ke ranjang jimin dan duduk di pinggiran ranjang menghadap jimin.

"Baby, aku merindukanmu.. Kenapa seperti ini hum..? Ceritakan padaku semua baby.. Ku mohon. Untuk melepas beban di hatimu."

Jimin menatap wajah suaminya sendu perasaan resah dan gelisah memenuhi hatinya. Tubuhnya mulai bergetar air matanya telah menapung di pelupuk matanya bibirnya kelu seakan lupa caranya berucap.

"Baby aku tahu begitu banyak beban di hatimu. Keluarkan semua.. Jangan takut." Ucap wonho sambil mengusap pipi tirus istrinya. Jimin pun menunduk tak berani menatap mata suaminya yang seakan menghakimi hatinya.

"A-aku.. A-ku.." Ucap jimin terbata-bata.

"Tak apa sayang keluarkan semua. Suarakan isi hatimu." Ucap wonho dengan membawa tubuh jimin kedalam dekapannya dan menenggelamkan wajah istrinya ke dadanya.

"A-aku k-kotor wonho.. Aku k-kotor.. Hiks.. Hiks.." Ucap jimin dengan tubuh bergetar dan semakin terisak. Wonho pun melonggarkan pelukannya. kemudian ia memberikan tatapan tak mengerti pada jimin.

"Apa maksudmu?"

"D-dia m-melakukanya l-lagi pada k-ku.. Hiks.. Aku t-tak bisa m-menjaga d-diriku.. Hiks.. Hiks.."

"Sssstt tenanglah bae.. Ini bukan salah mu sayang.. Kau tak menginginkannya jadi ini bukan salahmu."

"A-aku takut.. Hiks.. k-kau pergi. A-aku sangat m-mencintaimu k-kumohon jangan t-tinggalkan a-aku.. Hiks.."

Wonho pun melepas pelukannya kedua tangannya menangkup wajah jimin yang kedua pipinya udah basah karena air matanya.

"Baby dengar.."

"Kumohon hiks.. J-jangan pergi.. Hiks.."

"Ssttt baby.."

"A-aku takut wonho.ah hiks.. A-aku.."

"Jimin! Stop! Dengarkan aku dulu sayang. Dengar, aku tak akan pergi kemana-mana kau yang sangat kucintai baby sungguh.. Dan satu hal lagi jangan pernah meragukan cintaku aku janji akan selalu bersamamu sampai kita tak mampu lagi menikmati keindahan dunia ini. Aku akan selalu menjagamu dan akan membahagiakanmu dan juga anak-anak kita nanti. Sekarang kau mengerti kan?" Ucap wonho dengan mantap dan mendapat anggukan dan senyuman manis dari jimin.

Jimin dan wonho pun berpelukan dengan erat sesekali wonho mengecup pucuk kepala istrinya.

"Oh ya baby, bagaimana kabar baby jeon hum? Apa dia baik di sana?" Ucap wonho setelah melepas pelukan mereka dan mengusap perut buncit jimin yang sekarang berusia 3 bulan.

"Maafkan aku wonho, aku tak bisa menjaganya dan hampir kehilangannya." Ucap jimin dengan perasaan menyesal saat mengingat saat kejadian itu.

"Yang penting sekarang baby juga tidak apa-apa kan. Sekarang sudah cukup bersedih nya. Kita harus bangkit dari keterpurukan ini kita mulai dari awal ne.."

"N-ne hiks.." Wonho merasa bahagia melihat jimin nya telah lebih baik dari sebelumnya dan semoga ini akan berakhir indah untuk kedepannya.

•••

1 bulan telah berlalu dan 3 minggu yang lalu jimin pun sudah kembali kerumahnya namun tuan jeon meminta jimin dan wonho untuk sementara waktu tinggal bersama mereka karena ada nyonya jeon yang bisa menjaga dan memantau perkembangan kandungan jimin.

Saat ini jimin dan nyonya jeon berdua di rumah meski ada para pelayan di sana tapi bagi keduanya mereka hanya tinggal berdua di rumah. tidak mungkin para pelayan ikut bersantai dengan mereka kerena para pelayan punya kesibukannya masing-masing.

"Eomma..." Ucap jimin manja dengan memeluk nyonya jeon dari samping. Ya.. Jimin sudah kembali seperti dulu.

"Eoh.. Menantu eomma sudah berani manja hum.. Kyaaa senangnya.. Ada apa sayang..?" Ucap nyonya jeon antusias dengan memeluk jimin gemas kala saat ini jimin manja padanya.

"Jimin bosan." Ucap jimin sambil mencebikan bibirnya

"Astaga sayang jangan buat eomma menggigit bibirmu itu eoh.. Eomma gemas sayang.."

Jimin pun reflek membungkam bibirnya dengan tangan kanannya.

"Ishh.. Eomma nanti appa dan wonho marah sama jimin."

"Ahahaha... Oke.. Oke.. Jimin bosan kan?" Jimin pun mengangguk pelan."Bagaimana kalau kita ke kantor wonho. Eomma akan mengantarmu dan kita bawakan makan siang untuknya dan nanti setelah kekantor wonho, eomma ke kantor appa mengantarkan makan siangnya dan kembali menjemputmu. Bagaimana..?"

"Ne eomma.. Yeayyy.."

"Baiklah kita buat makan siang untuk mereka dulu setelah itu kita bersiap dan segera pergi. Kajja kita ke dapur."

Nyonya jeon dan jimin pun ke dapur untuk menyiapkan makan siang.

Setelah 30 menit mereka pun selesai dan mulai menyiapkan kotak bekalnya dan makanan itu pun sudah tersusun rapi dan cantik di tempatnya. Jimin dan nyonya pun sedang bersiap jimin yang menggunakan sweater oversize nya dengan celana bahan yang sedikit longgar karena kondisi perutnya yang buncit agar tak menyakiti kandungannya.

𝙎𝙠𝙞𝙥

Setelah 15 menit perjalanan jimin dan nyonya jeon sampai didepan kantor wonho dan jimin pun segera turun dari mobil.

"Jimin sayang, eomma langsung saja ke kantor appa ne.. Nanti eomma akan menjemputmu.."

"Ne eomma.."

Nyonya jeon pun pergi meninggalkan jimin dengan dua bodyguard yang di minta untuk menjaga jimin.

Jimin dan bodyguardnya pun masuk dan menghampiri resepsionis.

"Tuan, biar saya saja." Ucap salah satu bodyguardnya dan seakan mengerti jimin pun mengangguk.

"Permisi nona, apa tuan jeon ada di ruangannya?"

"Maaf anda siapa?" Ucap wanita cantik yang berada di belakang meja resepsionis.

"Saya pengawal dari istri dari tuan jeon. Istri tuan jeon ingin berkunjung."

"Oh ne beliau ada di ruangannya. Mari saya antar."

"Ne terima kasih."

"Tuan-tuan mari saya antar."

"Ne noona" Ucap jimin ramah dan mendapat senyum manis dari wanita itu.

Jimin dan kedua bodyguardnya diantar wanita itu ke ruangan wonho. Mereka memasuki lift dan si wanita menekan angka 7 pada tombol angka yang berada didalam lift itu.

Mereka pun sampai pada lantai 7 dimana ruangan wonho berada. Sampai didepan pintu besar yang bertuliskan

"𝗖𝗘𝗢 𝗥𝗼𝗼𝗺" Wanita itu pun undur diri untuk kembali kebawah.

"Kalian tunggu disini ne.." Ucap jimin pada ke dua pengawalnya.

"Ne tuan" Ucap salah satu pengawalnya yang bernama minho.

Jimin pun segera membuka pintu itu karena tak mungkin suaminya marah kalau dia yang membuka pintunya.

𝘾𝙚𝙠𝙡𝙚𝙠

Pintu pun terbuka jimin dapat melihat di sana dimeja kerja suaminya sedang berbicara dengan wanita cantik yang memakai baju kurang bahan. Wanita itu sedang memegang sebuah map berwarna merah dan juga mendengarkan penjelasan wonho dengan kertas yang berada dimeja.

"Em.. Maaf apa aku mengganggu?" Ucap jimin pada dua orang didepan sana. Jimin takut bila saja kedatangannya mengganggu pekerjaan suaminya.

Wonho dan wanita itu yang mendengar suara dari depan mereka pun mendongak dan mendapati seorang pria mungil di sana. Wonho terkejut melihat istrinya berada di ruangannya. Karena ini pertama kali jimin datang ke kantornya.

"Eoh.. Sayang kau disini.." Ucap wonho dengan menghampiri jimin.

Wanita tadi juga terkejut karena atasannya memanggil pria mungil itu dengan sebutan sayang.

"Ne wonho-ah aku membawakan makan siang untukmu." Ucap jimin dengan senyum bulan sabitnya.

"Maaf tuan jeon bagaimana kelanjutan dari berkas ini?" Ucap wanita itu yang masih berdiri di samping meja kerja tuannya dan merasa jengkel dengan adanya jimin yang mengalihkan perhatiannya.

"Oh oya.. Em.. Nanti saja lisa kita lanjutkan lagi. Kau pergilah untuk makan siang."

"Baik tuan." Ucap lisa dengan hatinya yang mengumpati jimin.

Kini jimin dan wonho pun hanya berdua. Wonho pun menikmati makanan yang dibawa oleh jimin untuknya.

"Hmm.. Ini enak sekali baby. Apa kau yang membuatnya?" Tanya wonho sambil menikmati makanannya.

"Ne sayang dengan bantuan eomma juga."

"Oh ya.. Kamu tadi kesini dengan siapa? Tak biasanya kamu datang kesini"

"Dengan eomma dan bodyguard. Tapi eomma sekarang kekantor appa nanti pulangnya eomma jemput. Tadinya aku bosan dirumah terus eomma kasih saran untuk aku pergi kesini."

"Eoh.. Begitu rupanya. Istriku sedang bosan hum..? Bagaiman kalau menemaniku disini kalau ingin istirahat ada ruangan khusus disana." Ucap wonho sambil menunjuk arah ke sebelah meja kerjanya yang ada sebuah pintu berwarna putih.

"Apa tak mengganggu jika aku disini?"

"Tentu saja tidak sayang." Ucap wonho sambil mengecup pipi jimin yang kembali cubby.

"Hm.. Sayang bagaimana para pengawal di luar?"

"Sebentar.." Wonho pun keluar dari ruangannya dan menemui kedua pengawal yang berjaga di depan ruangannya.

"Kalian pulang saja biar jimin pulang bersamaku."

"Baik tuan." Para pengawal itu pun pergi dan wonho pun kembali ke ruangannya.

"Baby mereka ku suruh pulang dan nanti kamu pulangnya biar sama aku saja ne.." Ucap wonho yang sudah duduk dengan merangkul bahu jimin.

Jimin pun melingkarkan tangan kirinya pada pinggang wonho dan tangan kanannya bermain didada suaminya dengan jarinya menggambar pola yang tak jelas.

"Kenapa diam saja hum?"

"Wonho-ah.. Aku um.."

"Ada apa sayang? katakan kau ingin apa?" Wonho tampak mengerutkan keningnya saat melihat istrinya yang tampak gugup.

"Em a-aku.. Merindukanmu wonho-ah. A-apa kau tak ingin em.. M-mengunjungi b-baby jeon?" Ucap jimin gugup dengan wajahnya yang memerah menahan malu.

"Apa baby? Bisa kau ulangi sepertinya aku tak mendengarnya." Goda wonho pada jimin yang wajah semakin merah. Karena tak biasanya jimin meinginkannya karena biasanya wonho yang menerkamnya lebih dulu.

"Aish.. Kau ini. Sudah lah lupakan." Jimin mengerucutkan bibirnya karena kesal pada suaminya yang suka sekali menggodanya.

"Mau berapa ronde hum? Dengan senang hati aku akan mengunjungi baby jeon." Ucap wonho dengan menaik turunkan alisnya.

"Yakk!"

𝙏𝙗𝙘


next chapter
Load failed, please RETRY

Status de energia semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Pedra de Poder

Capítulos de desbloqueio em lote

Índice

Opções de exibição

Fundo

Fonte

Tamanho

Comentários do capítulo

Escreva uma avaliação Status de leitura: C17
Falha ao postar. Tente novamente
  • Qualidade de Escrita
  • Estabilidade das atualizações
  • Desenvolvimento de Histórias
  • Design de Personagens
  • Antecedentes do mundo

O escore total 0.0

Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
Vote com Power Stone
Rank NO.-- Ranking de Potência
Stone -- Pedra de Poder
Denunciar conteúdo impróprio
Dica de erro

Denunciar abuso

Comentários do parágrafo

Login