botol minuman yang ada di tangannya terlempar, menyebabkan kaca yang ada di hadapan loker pecah.
Brukk…
"Awww…" jerit Stefani yang kesakitan karena terkena pecahan kaca, "Sial!" gerutunya dengan amat emosi.
"Semua karena dia, dia, dia, awas saja kau, tunggu pembalasanku Aminah," tangan kanan Stefani seolah terkepal, ia tampak sangat tak sabar ingin mendaratkan tinju besarnya pada wajah Aminah.
"Suara apa itu?"
"Ha… dia pasti sudah gila,"
"Biarkan saja! Tetaplah disini Aminah," Lilis tampak menahan langka Aminah, iya terus memegangi Aminah agar tetap duduk.
Dan kini ketiganya memilih melanjutkan merangkai bunga-bunga pesanan. Dalam suasana tegang ketiganya memilih untuk konsentrasi merangkai bunga tanpa mengobrol dan juga bercanda tawa,
"Tumben sekali, Pak Romeo otak memarahi kita, bukankah dia itu bos yang galak dan juga diktator apalagi mendengar kegaduhan pasti dia akan mencekik satu per satu karyawannya." ucap Rere dengan bibir elastis nya.