Gadis itu duduk dengan pandangan kosong ke arah lautan di bangku kosong paling ujung di rooftop kafeku yang sengaja kututup lebih awal karena Clara bilang butuh suasana yang tenang. Ia tidak memedulikan hembusan angin malam yang dingin dan kencang yang membuat rambutnya yang digerai menjadi berantakan. Wajahnya sembab, seolah habis menangis berjam-jam, atau mungkin dia memang habis menangis.Tadi siang Binar pulang dari sekolah dalam keadaan menangis dan enggan berbicara dengan siapapun, termasuk aku. Dia mengurung diri di kamarnya yang juga merupakan kamar Clara dengan tetap menangis. Aku panik dan menelepon Clara yang kurasa lebih tahu apa yang terjadi dengan Binar, atau tepatnya terjadi pada mereka. Perkiraanku mereka sedang bertengkar hebat. Jauh lebih hebat dari sekedar pertengkaran kecil yang selalu terjadi pada mereka hampir setiap hari. Sungguh aku ingin melakukan sesuatu untuk menghibur mereka tapi aku tidak tahu apa yang harus kulakukan.