Julian terkekeh geli, ketika melihat ekspresi Arabella yang tampak sangat terkejut. Mata bulat dan indah Arabella itu melebar, dan bagi Julian itu lucu.
"Nona?" panggil Julian.
"Eh, ya. Maafkan saya karena terlalu terkejut, Grand Duke" lirih Arabella. Ia mengerjapkan matanya hingga bulu mata lentik itu saling bertabrakan.
Rongga dada Julian terasa berdentum, seperti sedang kegirangan karena berbagai gerakan sederhana yang Arabella lakukan mengisi indera penglihatannya.
"Tidak apa-apa. Memangnya Anda seterkejut itu karena ungkapan perasaan saya?" tanya Julian langsung.
"Maaf," Arabella memandang Julian dengan tatapan tidak mengerti, "apa maksud Anda, Grand Duke?"
'Apa maksudnya ungkapan perasaan? Dia kan hanya bilang taman ini tak seindah diriku, lalu dimana ungkapan perasaannya? Tidak! Ku mohon, jangan sampai dia benar-benar mengatakan tertarik padaku, atau aku akan semakin terikat dengan manusia tak tertebak ini,' pekik Arabella dalam hati.
"Ah, saya belum bilang ya?" Julian mengangkat sudut bibirnya, membentuk senyuman menawan.
'Tampan sekali,' pikir Arabella tanpa sadar.
'Tidak, Arabella. Sadarkan dirimu! Pria di depan ini adalah orang yang akan sangat merepotkan dan membuat rencana menjadi tak terkendali,' batin Arabella bergejolak.
Otaknya menikmati pemandangan yang ada di depan mata, sementara batinnya mengingatkan agar tak berhubungan lebih jauh dengan Julian, si pria di luar rencana.
"Anda tidak lihat? Pakaian kita hari ini tampak seperti pasangan," tunjuk Julian dengan bangga pada pakaiannya yang sewarna dengan gaun Arabella. Mereka jadi tampak seperti pasangan. Hasil Felix memata-matai gaun Arabella, tentunya.
"Saya itu terta-"
"Maaf, tapi hentikan saja, Grand Duke. Saya tau apa yang ingin Anda beritahu," potong Arabella. Ia tak siap menerima ungkapan ketertarikan dari Julian.
"Kenapa hentikan, Nona? Saya sangat berharap bisa menjadikan Anda sebagai wanita yang saya kejar hatinya. Apakah tidak boleh?" tanya Julian lembut.
Nada lembut pria itu membuat semua orang merinding. Termasuk Felix. Ia bahkan bertanya-tanya apa yang sebenarnya sedang Tuannya pikirkan? Kenapa bertingkah aneh seperti ini? Apalagi sampai menyatakan ketertarikan pada Lady yang baru ditemui. Lalu, nada lembut menggelikan macam apa itu?
"Tidak boleh. Saya.." Arabella melirikkan matanya sejenak pada pelayan dan kesatria yang mengelilingi mereka kemudian menghela nafas.
'Penjagaannya sudah seperti Raja dan Ratu yang sedang bersama saja,' desah Arabella dalam hati. Ia ingin jujur pada Julian tentang keadaannya, agar pria itu tak merasa tertarik lagi. Arabella akan berusaha mati-matian mengusir Julian dari hidupnya, meski dengan cara yang menyedihkan. Ia tidak akan membiarkan Julian menginterupsi rencananya.
"Felix, tinggalkan kami berdua saja," perintah Julian.
"Baik, Tuan." Felix berniat beranjak, sampai sebuah suara menahannya.
"Tunggu, Tuan Felix. Anda bisa tetap di sini," celetuk Arabella.
"Jadi, apakah tidak masalah jika saya mendengar apa yang ingin Anda bicarakan, Nona?" tanya Felix sopan.
Julian dan Felix tau pasti ada sesuatu yang ingin Arabella katakan dan tidak ingin didengar oleh orang lain.
"Tidak masalah. Saya memang berniat memberitahu Anda berdua," jawab Arabella.
Felix pun mengangguk dan tetap berdiri di belakang Julian, sembari fokus menatap Arabella menanti apa yang ingin gadis itu katakan.
"Pertama-tama saya ada hadiah untuk Grand Duke," ujar Arabella seraya mengeluarkan sebuah kotak beludru berwarna navy dari tas tangannya.
Pria yang dijuluki iblis haus darah itu memandang kotak hadiah yang Arabella sodorkan, "untuk saya, Nona?" tanya Julian.
"Ya, Grand Duke. Silakan dibuka, setelah itu saya akan menjelaskan kegunaannya" ujar Arabella.
Menurut Arabella, Julian pun membuka kotak beludru itu perlahan. Sebuah Bros dengan pedang kecil yang indah sebagai hiasan memenuhi indera penglihatannya.
"Ah, indah sekali, Nona. Saya akan memakai ini setiap hari mulai sekarang, " puji Julian.
Arabella memutar bola mata mendengar ucapan menggelikan dari Julian, harus sekali ya sampai dibilang akan dipakai setiap hari?
"Sayangnya, Bros itu bukan benda sembarangan, Grand Duke" lontar Arabella.
Alis Julian menukik, "bukan sekadar aksesoris ya?" tebaknya.
"Ya. Biar saya tunjukkan," Arabella mengulurkan tangannya untuk meminta Bros itu.
Bros itu mendarat di tangan Arabella yang berbalut sarung tangan renda biru muda, selaras dengan gaunnya hari ini.
"Bros ini," Arabella mengangkat Bros yang ia hadiahkan untuk Julian, "bila Anda mengucapkan satu mantra, akan berubah menjadi pedang sungguhan. Jadi, di saat ada rapat penting ataupun perkumpulan yang tidak memperbolehkan membawa senjata, Anda tetap bisa membawanya dalam bentuk Bros. Untuk berjaga-jaga jika Anda dalam keadaan bahaya," terang Arabella.
Julian memperhatikan gadis yang membuatnya tertarik dengan seksama, rasa tertariknya kian membesar seiring waktu yang ia lewati melihat Arabella.
"Mantranya adalah, Swofrabella" ucap Arabella. Dan seketika pedang yang ada di Bros itu membesar, kembali ke ukuran aslinya.
Julian terkesiap dan langsung merebut pedang itu dari tangan Arabella, "Anda bisa terluka, Nona" desisnya.
Arabella tersenyum manis, "tidak mungkin. Saya adalah pembuatnya dan yang memiliki sihir di pedang ini, jadi tidak akan terluka" balas Arabella dengan tenang.
"Apa?" Julian dan Felix terkejut.
"Soal ini, hanya ibu saya—Orchidia Brown, Grand Duke, dan Tuan Felix yang tau. Jadi tolong dirahasiakan, ya?" pinta Arabella sambil meletakkan telunjuknya di depan bibir dan mengedipkan sebelah matanya.
'Si*l. Kenapa gadis ini sangat menarik hingga membuatku ingin mengurungnya di kediamanku?' pikir Julian.
"Intinya, Anda tinggal mengucapkan mantra untuk memperbesar dan memperkecil ukuran pedangnya. Saya sudah memilihkan mantra dengan kata sulit yang tidak mungkin diucapkan oleh orang lain agar tidak membuat suasana runyam," tutur Arabella.
"Swofrabella, kan?" Pedangnya mengecil, kembali seperti Bros biasa, membuat Julian dan Felix takjub.
"Apakah itu artinya, Sword from Arabella?" tanya Julian dengan nada rendah. Ia mendekatkan tubuhnya pada Arabella yang duduk.
Gila. Jantung Arabella seperti memompa dengan cepat hanya karena wajah Julian yang terlalu dekat dan aroma tubuh pria itu yang terasa sangat enak dihirup.
"Ya. Sword from Arabella."
"Terima kasih atas hadiahnya, Lady. Hadiah yang anda berikan ini sangat membuat saya puas, dan saya pastikan akan saya bawa kemanapun. Agar kesungguhan hati Lady yang mengkhawatirkan saya tidak sia-sia," ucap Julian penuh percaya diri.
"Tolong jangan panggil saya Lady," pinta Arabella dengan cepat.
Menurut peraturan, panggilan Lady hanya boleh digunakan untuk memanggil orang yang sangat dihormati ataupun gelarnya yang lebih tinggi. Tapi, Julian adalah seorang Grand Duke, bagaimana bisa dia memanggil Arabella Lady?
"Oh, jangan khawatir. Anda, Arabella Fay Falzen, adalah satu-satunya wanita yang membuat saya tertarik dan takjub dengan kemampuannya. Jadi saya sangat menghormati Anda, Lady" balas Julian dengan serius.
"Benar. Saya juga akan memanggil Anda Lady mulai hari ini. Saya menghormati Anda juga, Anda adalah orang yang sangat hebat, Lady" tambah Felix yang juga terkagum-kagum dengan Arabella.
"Saya tidak sehebat itu," desah Arabella frustasi.
"Tentu saja amat sangat hebat. Tidak tertandingi. Sejauh ini, bahkan di benua Orion kita, belum ada orang yang mampu membuat benda seperti ini. Belum ada kemampuan yang bisa menyerupai Anda, kenapa Anda menyembunyikannya, Lady? Padahal, jika dunia tau kemampuan Anda-"
"Pasti semua orang akan menganggapku sebagai penyihir jenius sepanjang sejarah? Gadis paling hebat?" potong Arabella sebelum Felix melanjutkan kalimatnya.
Dua pria tampan di hadapan Arabella mengangguk kompak.
"Ah," Julian yang cerdas itu tampaknya menyadari sesuatu.
"Anda pasti punya alasan, kan?" tebak Julian.