Dingin.
Renee tidak tahu apakah ia masih hidup atau tidak, kepalanya terasa berat dan matanya tidak bisa terbuka, seluruh tubuhnya sakit, ia bahkan tidak bisa merasakan apakah jari-jemari tangannya masih ada atau tidak.
Renee bisa merasakannya dengan jelas kalau ia terbaring di atas lantai yang dingin, ia bahkan bisa merasakan aliran air mengalir di punggungnya.
Renee tidak tahu apa yang Ivana lakukan padanya, ia tidak bisa mengingatnya selain rasa sakit dan dengungan keras di telinganya.
Wanita itu menarik napas beberapa kali, mencoba untuk mengumpulkan sedikit demi sedikit kekuatannya, samar-samar ia bisa mendengar suara gemerisik ranting yang bergesekan, lalu seseorang bergumam sembari memanggil-manggil namanya dengan suara rendah.
Renee ingin menyahut. Namun, ia tidak bisa membuka mulut, suara itu tidak asing. Tapi ia yakin itu bukan suara Leo atau Dylan. Tidak lama kemudian suara itu menghilang, tenggelam dalam kesunyian, membuat Renee merasa hampa.
TES!
Renee membuka matanya tiba-tiba, rasa sakit dan dengunan keras di telinganya menghilang, ia mendadak bisa menggerakkan tubuhnya dan bangkit.
"Di mana ini?" tanya wanita itu pada dirinya sendiri, ia menoleh kesana kemari.
Gelap.
Tidak ada cahaya di kanan kirinya, lantai yang ia duduki basah dan berair, tetesan air jatuh di atas kepalanya.
Renee mendongak ke atas, keningnya berkerut, ia berdiri dalam kebingungan. Tangannya tidak berhenti meraba-raba tubuhnya, mencoba mencari-cari bekas luka, tapi yang ia dapati semuanya pulih dan bersih.
"Apakah ini alam baka? Aku sudah mati?" Renee merasa sedikit gelisah, ia berjalan ke depan sambil meraba-raba, semakin cepat langkahnya, semakin ia merasa kalau ia tidak bisa menemukan ujungnya.
Ia tidak boleh mati sekarang, masih ada orang yang menunggunya.
Leo ….
Leo masih menunggunya.
Renee berlari dengan ceroboh, hingga ia tersandung kakinya sendiri, wanita itu jatuh dan lagi-lagi dari atas sana, tetesan air mengenai wajahnya.
"Apakah ini mimpi?" tanya Renee lagi, ia mendongak dan duduk, matanya menatap ke atas dengan tenang.
Dari tetesan air yang menjatuhi wajahnya, perlahan-lahan muncul cahaya jingga, Renee menggerakkan tangan, berharap ia bisa mengendalikan cahaya itu, tapi ternyata ia salah.
Cahaya itu tidak merespon dirinya, awalnya titik kecil, lama kelamaan menjadi lebih besar dan membentuk sosok yang nyata, seorang wanita.
Renee terperangah, ia tidak sadar untuk mundur ke belakang.
Wanita yang diselimuti cahaya jingga itu mendarat dengan ringan di atas lantai, rambutnya panjang berayun-ayun di belakang tubuhnya, ia sangat cantik dengan kain putih panjang yang membalut tubuh.
Wanita itu tersenyum lembut, ia layaknya peewujudan dari dewi bintang yang terang benderang di langit, cahaya jingga yang bersinar di seluruh tubuhnya.
"Apa kau malaikat?" Renee bergumam tanpa sadar.
Wanita itu menggeleng, tangan yang halus terulur di udara.
"Akhirnya kita bertemu, Renee."
"Siapa ... kau?"
Wanita itu tidak menjawab sepenuhnya, ia menggerakan tangannya dan cahaya jingga yang ada di tubuhnya menyebar ke sekitar tubuh Renee.
Renee mengikuti cahaya jingga, ia akhirnya bisa melihat di mana ia berada sekarang. Mereka ada di sebuah ruangan yang dindingnya setengah berlumut dan langit-langit atap yang tinggi, di antara lumut yang tumbuh subur itu, Renee bisa melihat rangkaian lukisan.
Renee merasa lukisan di atas sana tidak asing, rasanya ia pernah melihatnya di suatu tempat.
Wanita yang diselimuti cahaya itu bergerak, ia melayang di udara dan menyentuh bahu Renee.
"Aku adalah leluhurmu."
Renee merasakan rasa hangat dan nyaman mengalir di bahunya, ia menyadari kalau wanita yang ada di depannya ini memiliki wajah yang mirip dengan Ibunya.
"Apa kau akan menolongku?"
Wanita itu tersenyum, matanya sangat indah. Tangannya naik ke wajah Renee, mengusap dengan pelan.
"Renee, aku sudah menantikan pertemuan kita sekian lama." Sang Leluhur itu bergumam pelan, karena tubuhnya yang melayang, Renee harus mendongak. "Kau pasti kebingungan selama ini."
"Ya …."
Renee menyahut dengan ala kadarnya, perasaan di dadanya membuncah, ada kerinduan dan kasih sayang yang tidak bisa ia jelaskan. Seakan wanita yang ada di depannya ini adalah Ibunya yang telah lama tidak ia temui.
Tapi ia tahu, wanita ini bukan Ibunya.
"Maafkan aku. Sangat sulit untuk membuatmu sadar siapa dirimu."
"Apa kita benar-benar orang berjiwa suci? Aku pasti bisa menyelamatkan Leo, kan?"
Sang Leluhur melepaskan tangan dan menggerakkan jari, di belakang tubuhnya cahaya jingga membentuk bayangan para wanita.
"Ya," sahut sang Leluhur dengan singkat, cahaya jingga berbentuk wanita itu mengelilingi Renee dan menyentuh tangannya, mata mereka berbinar-binar, seakan tengah menyampaikan rasa rindu yang amat dalam. "Kita adalah orang yang berjiwa suci, kau dan aku, kita sama, Renee."
"Apa karena itu alasanku ada di sini? untuk menyelamatkan Leo?"
Renee hanya menerka, ia hanyalah aktris biasa yang kebetulan diingat sang Ratu. Kalau dipikir secara logika ia tidak akan mungkin akan menjadi orang yang dipilih secara khusus untuk datang ke kota Dorthive, apalagi sampai dijanjikan emas yang begitu banyak.
Ratu sepertinya sudah tahu siapa dirinya.
"Bukan hanya dia, tapi semua orang di tanah ini." Wanita yang diselimuti cahaya jingga itu menggelengkan kepalanya dengan pelan, tangannya melambai dan seketika cahaya jingga berbentuk para wanita itu pecah menjadi titik kecil. "Mereka semua adalah leluhur yang pernah berjuang di tanah ini untuk menumpas mereka, Renee. Kita telah berperang dengan kesesatan yang mereka lakukan sepanjang abad."
"Menumpas? Apakah mereka sudah ada sejak dulu?" Renee tidak pernah mendengar sedikit pun masalah ini dari Ibunya, orang yang melahirkannya itu merawat Renee seperti orang pada umumnya dan ia juga sedikit bicara.
Bahkan saat Ibunya menghilang, Renee tidak memiliki kesan sama sekali. Rasanya seperti ia tidak memiliki ikatan emosional dengan ibunya.
"Ya, wanita yang menjadi musuh bebuyutan kita, khususnya." Sang Leluhur mendaratkan kakinya di lantai, memegang kedua tangan Renee. "Dia dan keturunannya bersekutu dengan Iblis hanya untuk sebuah pembalasan dendam yang sangat konyol. Kita tidak bisa membiarkan wanita itu terus berbuat hal keji seperti ini …."
Sang Leluhur menghentikan perkataannya, ia menatap Renee dengan lekat dan perasaan hangat mengalir dengan kuat di kedua tangan Renee, seakan-akan sang Leluhur tengah menyalurkan kekuatannya pada dirinya.
"Kalau ia tidak dihentikan, jangankan kota Dorthive, seluruh kerajaan ini akan menjadi sarang monster yang amat besar dan laki-laki yang kau sebutkan itu …."
Renee menelan ludah, Leo … ia tidak tahu apa yang akan terjadi pada Leo?
"Dia akan jadi orang yang paling menderita, bukan manusia juga bukan monster, tidak hidup dan juga tidak mati, ia akan jadi boneka mainannya, Renee."
Renee langsung merasakan jantungnya berhenti berdetak.
Hai, saya di sini (◍•ᴗ•◍)❤ sebelumnya saya ucapkan terima kasih banyak karena telah mendukung Lady Renee, terima kasih atas power stone, komentar dan koleksinya.
Saya tidak tahu apakah pengumuman ini penting atau tidak, tapi saya mau memberitahu kalau mulai hari ini Lady Renee mulai update rutin satu chapter sehari ya di jam dua siang (◍•ᴗ•◍)❤❤️❤️
Mohon maaf karena saya di telah membuat kalian menunggu lama belakangan ini ಥ_ಥ