"Arthur Emmanuel telah sampai di gerbang kota Dorthive beberapa jam yang lalu," kata seoran prajurit yang memakai baju zirah serba hitam. "Apa kita harus melakukan sesuatu, Yang Mulia?"
"Tidak, jangan biarkan ada prajurit yang masuk ke kota Dorthive."
Ratu Ginevra menggelengkan kepala, ia duduk di singgasana yang berwarna merah menyala.
Arthur, seharusnya ia diam saja di sini kalau ia mau hidup tenang. Tapi ternyata ia lebih suka mencari masalah pergi ke sana.
"Buat larangan di setiap jalan masuk ke kota Dorthive agar tidak ada satu pun orang yang masuk ke dalam sana."
"Baik, yang Mulia." Prajurit itu mengangguk, kemudian ia teringat sesuatu dan berdehem. "Sebenarnya ada satu hal lagi, lonceng yang ada di Mansion keluarga Emmanuel berdentang beberapa kali dan yang terakhir suaranya agak aneh."
"Katakan," kata sang Ratu dengan suara tercekat.
"Suaranya ... seperti lonceng itu telah jatuh. Tapi saya hanya mengira saja, teropong tidak bisa menembus masuk ke dalam Mansion."
Ratu Ginevra menghela napas panjang, keningnya berkerut dalam.
Kota Dorthive … bagian terjauh dari Kerajaan ini dan juga bagian yang paling sedikit interaksinya dengan Ibukota.
"Leo … dengan cara apa lagi aku harus membantumu?"
Ratu Ginevra memijit pelipisnya, ia tahu tidak ada gunannya lagi bagi dirinya untuk marah.
Arthur mengkhianatinya, tidak hanya dia, tapi juga sang Marquis.
Kepala sang Ratu mendadak pusing, pelayan yang melayaninya itu buru-buru mendekat dan memijit kepalanya dengan pelan.
"Apa yang harus kita lakukan, Yang Mulia?" Prajurit itu bertanya dengan cemas, ia mengenal Marquis Leo, laki-laki itu memiliki sifat yang sedikit berbeda dengan Arthur, pendiam dan tidak banyak bicara.
Tapi itu adalah hal yang bagus jika dibandingkan dengan Arthur.
"Tidak ada," kata sang Ratu dengan gigi gemerutuk. "Kita tidak bisa membantu apa-apa lagi. Kali ini mungkin hanya mereka sendiri yang dapat menolong diri mereka."
Ratu tidak bisa memikirkan hal yang lebih baik lagi selain ini, jika ia ingin mencari orang berjiwa suci lain pun, pasti akan menghabiskan banyak waktu.
Mereka, orang-orang berjiwa suci tidak bisa dipastikan masih hidup atau tidak, mereka semua sudah lenyap dan data-data keberadaan mereka tidak ada. Sulit jika harus mencari ulang seperti yang pernah Ratu lakukan seperti mencari Renee, perlu waktu bertahun-tahun.
"Apa Yang Mulia menyerah?" sang Pelayan sedikit gugup ketika bertanya, bagaimana pun mereka tahu kalau Ratu sangat memedulikan keadaan kota Dorthive.
"Tidak, aku tidak." Ratu Ginevra menegakkan tubuh dan meraih gelas berisi air dingin. "Aku hanya menyerahkan semuanya pada mereka yang ada di sana."
Sang Ratu mempercayai Renee dan ia harus yakin.
"Jangan cabut pemberitahuan tentang Arthur, pasang dan pastikan semua orang di kerajaan ini melihatnya. Aku ingin tahu apa yang akan ia lakukan ketika berhasil keluar dari kota Dorthive hidup-hidup."
"Baik, Yang Mulia."
Sang Prajrurit menganggukkan kepala dan ia mengucapkan beberapa kata perpisahan, lalu pergi dari sang Ratu.
Ratu Ginevra meletakkan gelas kembali ke atas meja, ia menarik napas berkali-kali.
Jika lonceng sudah jatuh, maka keadaan di sana pasti benar-benar kacau.
"Yang Mulia, maafkan saya jika lancang." Sang Pelayan memijit bahu sang Ratu, ia berbisik. "Tapi saya mendengar ada seorang wanita yang bertemu dengan Arthur sebelum ia pergi."
"Wanita?"
"Ya, ini wanita yang selalu ia bayar ... untuk menghangatkan tempat tidur."
Sang pelayan memiliki banyak teman di istana, ia mendengar berbagai macam gosip dari para pelayan, tidak sekali dua kali Arthur memanggil wanita untuk memuaskan hasratnya dan wanita itu adalah wanita yang sama.
"Saya yakin Tuan Arthur memiliki sesuatu dengan wanita itu, mungkin semacam … perintah."
"Apa maksudmu?" Ratu Ginevra sudah terlalu pusing dengan hal yang terjadi, ia tidak bisa diajak untuk berpikir jernih. "Katakan saja, jangan takut."
"Ada rumor kalau wanita bayaran itu pergi ke kota Kortham, mencari keluarga Lady Renee."
Ratu mengerutkan kening, ia mendengkus.
"Mereka bukan saudara sedarah, tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Ayah Renee menikah lagi dan ia memiliki anak tiri."
"Begitu …." Sang Pelayan meganggukkan kepalanya mengerti, tangannya dengan gesit memijat bahu sang Ratu. "Saya pikir … Arthur akan menggunakan saudara tiri Renee untuk mengacaukan suasana di kota Dorthive."
Ratu Ginevra tertawa kecil. "Apa maksudmu?"
"Ah, maaf." Sang Pelayan meminta maaf dengan suara rendah. "Tolong jangan tersinggung Yang Mulia, tapi saudara tiri Renee memiliki reputasi yang buruk di panggung teater."
"Buruk?" Ratu Ginevra menoleh, menatap pelayannya.
Pelayan Ratu sudah melayaninya sejak ia masih berusia belia, Ratu Ginevra tahu bahwa pelayannnya tidak akan mungkin berbohong dan mengatakan sesuatu yang tidak-tidak.
"Ya, itu … ia juga suka naik ke ranjang para bangsawan," lanjut sang Pelayan dengan cemas, kemudian ia sadar kalau ia terkesan menggosip orang lain, segera menggelengkan kepalanya. "Tapi … saya tidak tahu apakah ini benar atau tidak. Gosip ini menyebar luas di kalangan prajurit yang sering menonton pertunjukan."
Pertunjukan teater adalah hal yang paling populer di kerajaan ini, apalagi para prajurit yang tidak punya hiburan akan menghabiskan waktu mereka di akhir pekan untuk menonton. Tidka jarang mereka akan masuk ke belakang panggung untuk bertemu para aktor dan aktris, sekadar bertegur sapa atau bisnis lain.
Wajah Ratu menjadi lebih gelap daripada sebelumnya, belum selesai satu masalah sekarang datang lagi satu kemungkinan yang membuat kepalanya pusing.
"Apa kau tahu siapa nama saudari Renee?" Ratu sudah menyelidiki, tapi kadang karena terlalu banyak hal, ia jadi lupa.
Dan juga … untuk apa ia mengingat nama saudari tiri Renee? Lebih baik ia mencari informasi tentang Ibu kandung Renee dan keluarganya yang tidak pernah memiliki satu catatan pun di arsip Kerajaan.
"Ini dipanggil sebagai Lady Millie." Sang Pelayan menyahut tanpa keraguan, kedua tanganya saling meremas. "Nama aslinya Millie Lysandra."
Pelayan itu kemudian menceritakan beberapa kata, termasuk penampilan Millie yang lebih lembut dibandingkan dengan Renee, juga seorang saudara tiri yang selalu merebut apa yang dimiliki Renee, wanita itu akan sangat antusias kalau mendengar sesuatu yang berhubungan dengan Renee. Mulai dari apa yang ia pakai, apa yang ia miliki dan karirnya, semuanya diambil oleh Millie.
Pada intinya, memang banyak hal buruk yang tersemat pada Millie di mata semua orang, tapi berkat wajah dan permainannya di atas pangguung, semua orang bisa menerima.
"Terima kasih, aku akan mengawasi hal ini." Ratu menganggukkan kepalanya dan menyentuh tangan sang Pelayan. "Aku jadi memikirkan sesuatu yang bagus."
Ratu menghela napas, kemudian tersenyum. Ia harus melakukan sesuatu sebelum wanita bayaran Arthur itu menemukan Millie dan memanfaatkan situasi ini sebaik mungkin.