Bella menggertakkan gigi, mencoba menerobos para monster yang menyerangnya.
Ia tidak tahu kenapa Leo begitu rendah diri sehingga laki-laki itu membiarkan Renee pergi, sialan, kalau ia tahu lebih awal rencana Leo, ia akan menendang pantatnya sekarang juga.
Mengapa harus membiarkan Renee keluar dari Mansion?
Jangan bilang kalau Leo dan Dylan sudah pasrah dengan hidup mereka di tangan Ivana?!
"Menyingkir!"
Bella mengangkat tangannya dan menghempaskan salah satu monster yang menyerang ke dinding, ia sangat marah sekarang, bahkan untuk menghancurkan seluruh dinding yang ia lewati pun rasanya ia sanggup.
Sepertinya Leo sudah tidak waras lagi.
BRAK!
Bella menendang monster yang menghalangi dan ia terhempas ke ruang kerja hingga dindingnya mengeluarkan suara retakan yang keras.
Bella terengah-engah, ia bisa melihat dari kejauhan Ivana sedang berdiri dengan ular di sekujur tubuhnya dan Leo yang tergeletak seperti orang mati di pinggir.
Bella merasakan jantungnya berhenti berdetak melihat keadaan Leo yang tidak bisa dikatakan baik, wanita itu melangkah dengan cepat dan menepuk pipi sang Marquis.
"Apa yang kau lakukan di sini?!"
Leo tidak sadarkan diri, ada banyak luka di sekujur tubuhnya, Bella mengguncang tubuh laki-laki itu dengan frustasi.
"Aku tahu kau lelah, tapi bangun! Kita tidak boleh berakhir seperti ini!" Wanita itu meraung, para monster yang berada di sekitarnya telah menjauh karena merasa lawannya tidak ada apa-apanya.
Leo tidak bergerak, ia benar-benar dikalahkan oleh Ivana, pedangnya memiliki retakan yang besar hingga bisa membuat pedang itu hancur kapan saja.
"Argh, menyebalkan!" Bella merutuk, kemudian ia tersentak saat mendengar lengkingan Ivana dari kejauhan, ia meneriakkan nama Renee berkali-kali.
"Renee … dia tidak pergi?"
Antara percaya tidak percaya dengan apa yang Bella dengar, ia menarik pipi Leo dengan keras.
"Lihat itu, orang yang ingin kau usir justru tetap bertahan demi dirimu, tidak adil kalau kita menyia-nyiakan perjuangannya."
Leo tidak menjawab, mungkin bernapas saja rasanya sudah patut disyukuri karena Ivana tidak berniat menghabisi nyawanya.
"Aku akan menyeretmu," lanjut Bella lagi sambil berdiri, ia menarik napas dalam-dalam. Terlalu bahaya jika ia meningalkan Leo di sini, apalagi sekarang, ia tidak ingin Leo mati dengan cepat. "Aku benar-benar akan menyeretmu jika kau tidak bangun."
Leo tidak menjawab.
Bella menjadi kesal, ia menarik tirai yang setengah tergantung dan mengikatkan di pinggangnya.
"Hentikan itu," kata Leo sambil menarik kakinya, tidak tahu kapan ia bangun, matanya menatap Bella dengan jijik.
Wanita berambut pendek itu benar-benar ingin menyeret Leo dengan kain yang terikat di pinggangnya.
"Aku membencimu!" Bella tidak akan mencoba menutupi perasaan tidak sukanya pada Leo. "Semua orang di kota ini bergantung padamu, tapi kau menyerah begitu saja dan berniat melepaskan Renee? Di mana otakmu?!"
Bella tahu kalau Leo memiliki suasana hati yang berubah-ubah, kadang ia bisa sangat antusias pada sesuatu, kadang ia juga sangat pesimis, hari ini ia bisa mengatakan A akan berhasil, maka besok ia bisa mengatakan kalau A akan gagal.
Contohnya seperti hal ini, ia tidak tahu mengapa Dylan yang sama bodohnya dengan Leo itu mau-mau saja menuruti perkataannya.
"Aku sudah tahu … siapa dia." Leo bangkit dan memeriksa luka di lengannya, terlalu banyak darah keluar dari tubuhya sampai ia tidak bisa lagi merasakan sakit. "Dia … bukan orang yang seharusnya kita manfaatkan begitu saja."
Bella langsung berbalik, menatap Leo dengan tatapan penuh ketidakpercayaan.
"Apa yang kau katakan? Kau tahu siapa sebenarnya ... Renee?!"
Belum sempat Leo menanggapi perkataan Bella, Sebuah ledakan yang keras dari ruang depan membuat ia beserta Bella terhempas menjauh.
KRAK!
Dinding yang berdiri kokoh tiba-tiba saja retak dan mulai berjatuhan, raungan para monster bergema dengan nyaring.
"Apa-apaan ini?" Bella dengan cepat menarik Leo untuk menjauh, di detik berikutnya dinding yang retak itu mulai berjatuhan.
Dinding yang ambruk itu membuat cahaya bulan di luar menyelinap masuk, Bella menggigil, di depan sana ia melihat Ivana dengan wujud yang mengerikan, wanita itu tubuhnya lebih besar daripada sebelumnya, berdiri dengan punggung yang bengkok. Kedua tangannya terlihat sangat aneh, mungkin sangat pendek. Roknya mengembang dan ada seekor ular besar yang mendesis.
Leo melihat semua itu dengan kening yang berkerut.
Di depan Ivana, Renee berdiri dengan pedang pendek, rambutnya tergerai di belakang punggungnya.
Bella tiba-tiba merasakan sesuatu yang tidak asing, seperti … Renee memiliki aura penindasan yang sangat kuat.
Leo diam-diam menyunggingkan seringai tipis di wajahnya, dugaannya tidak salah, wanita itu memang pilihan terbaik yang dikirim oleh Ratu di tempat ini.
"Hah …." Bella tidak melanjutkan perkatanannya, ia menggigit bibir ketika melihat Renee tanpa ragu mengayunkan pedang pendek. "Apa yang terjadi?"
Ada kilatan cahaya berwarna jingga yang samar di sekitar Renee, seperti cahaya matahari yang bersinar saat senja, cahaya itu berpendar menerangi kegelapan yang pekat, membuat Ivana yang ada di depannya mendesis marah, hanya sesaat sebelum keadaan sekitar kembali menjadi gelap.
"Renee!"
Bella melepaskan ikatan di pinggangnya dan melirik pedang retak milik Leo yang tak jauh dari mereka, ia melirik Leo lalu ke arah Renee.
Ia harus membantu Renee, Ivana adalah sosok ancaman yang sangat berbahaya di kota Dorthive, ia tidak boleh melewatkan kesempatan yang sangat nyata ini. Meski kedua kakinya gemetar dengan hebat, ia tidak boleh berdiam diri saja.
"Argh!"
Ivana menjerit sekali lagi, ia melompat menghindari pedang pendek Renee daan menghentakkan kakinya, Renee tidak pantang menyerah, begitu Bella ingin mengambil pedang, Leo langsung menahannya.
"Apa? Ini kesempatan yang bagus untuk mengalahkan Ivana!"
"Biarkan Renee yang menghadapinya." Leo menahan tangan Bella, kalau wanita itu menghentakkan tangannya bisa dipastikan ia akan jatuh lagi. "Kau ingin tahu siapa dia, kan?"
Bella menelan ludah, ia menarik napas dalam-dalam dan perlahan mulai tenang.
BRAKH!
Tak jauh dari mereka, Renee menghindari ular yang menghempaskan kepalanya ke lantai, wanita itu memutar pedang pendek di tangannya dan lagi-lagi cahaya jingga kembali memercik.
"Cahaya jingga itu …." Bella menggosok matanya, seketika itu juga kakinya yang gemetar menjadi lemas dan ia terjatuh ke lantai. "Aku pasti salah lihat."
"Tidak, kau tidak salah melihat."
Bella enggan mengakuinya, awalnya ia pikir tadi ia salah, tapi ia sudah melihat cahaya jingga itu untuk yang kedua kalinya.
Tanpa disadari air mata Bella menetes jatuh melewati pipinya yang pucat, meski cahaya itu masih samar, ia seperti melihat harapan yang besar pada Renee. Jantungnya berdebar dengan kencang dan bibirnya menjadi kelu.
"Leo … dia bukan hanya pilihan Ratu, tapi juga pilihan Dewa," kata Bella dengan suara bergetar.
Wanita berambut pendek itu mengusap air matanya dan tersenyum tipis.
"Haruskan aku katakan kalau kita beruntung, orang dengan kekuatan suci saat ini tengah berdiri di depan kita?"
Leo tidak berkata apa-apa lagi ketika cahaya jingga yang samar itu meledak di depan mereka.