Renee tersenyum miring, ia ditarik Ivana, hanya sebentar sebelum cahaya jingga kembali meledak menjadi titik-titik kecil yang melayang di udara.
Ivana langsung menarik tangannya dan ular yang menggigit Renee itu mencabut tariknya, mendesis penuh ancaman.
Renee menatap cahaya itu dengan kening berkerut, meski ia masih belum terbiasa dengan cahaya jingga yang berkeliaran di sekitarnya, tapi ia merasa senang.
Renee merasa kalau ia memiliki sesuatu untuk menang dari segala hal aneh di kota Dorthive ini.
"Dasar ...." Ivana bergumam tidak jelas.
"Apa?" Renee memutar pedang pendeknya, ia berdiri tegak dan matanya menyipit.
Luka gigitan di lengannya itu perlahan menutup, cahaya jingga terus berpendar seperti titik debu yang berterbangan, terlihat indah di mata Renee, namun terlihat berbahaya di mata Ivana dan para monster
"Aku tahu kalau kau akan menjadi lebih sulit untuk dihadapi." Ivana mendengkus, ular di lengannya jatuh ke atas tanah dan membesar dengan perlahan-lahan seperti batang pohon kelapa.
"Yah, aku juga terkejut." Renee mengusap lengannya yang pulih, cahaya jingga bergerak dengan kilauan yang kuat, seakan sedang melingdungi Renee dari berbagai sudut. "Tapi aku juga merasa senang, kita sekarang seimbang."
Kalau Renee manusia biasa, ia pasti sudah berakhir ketika diinjak dan dicekik oleh Ivana ketika ia akan membunyikan lonceng.
Ivana memiringkan kepalanya, untaian rambutnya yang tergerai itu jatuh ke tulang-tulang yang mencuat di pundaknya, wajahnya cekung dan lehernya memanjang. Siapa pun yang melihat penampilan Ivana sekarang, pasti tidak akan menduga kalau ia adalah seorang kepala pelayan di Mansion keluarga Emmanuel dulunya.
Renee menahan napas, orang yang di depannya ini adalah orang yang mengurung Leo bertahun-tahun di Mansion, orang ini juga yang mengendalikan semua orang di kota Dorthive menjadi monster.
"Aku tidak tahu apa alasanmu melakukan ini semua," kata Renee dengan napas tertahan, pedang pendek yang ia pegang diselimuti cahaya jingga yang menyilaukan. "Tetapi aku … akan mengakhirimu."
Ivana mendecih mendengarnya, sebelum Renee bisa mengoceh lebih banyak, ia menerjang.
BUKH!
Renee menghindari kaki Ivana yang ingin menginjak, kaki itu kemudian menginjak tanah dan membuat tanah yang lembab itu berlubang, air yang ada di dalam sana mulai merembes keluar.
Ular besar yang ada di sekitar Ivana maju dengan mulut yang terbuka lebar, memamerkan taring yang tajam. Renee menghalau dengan pedang pendek yang kini telah diselimuti cahaya jingga.
SRATS!
Pipi sang ular tergores, cahaya jingga yang menyelimuti pedang pendek milik Renee menempel di pipi ular.
"Shh!" Ular itu langsung mengibaskan ekor menyerang Renee, wanita itu berlari ke samping dan langsung di hadang oleh Ivana.
Renee merasakan lengannya ditarik tangan kasar Ivana, lalu ia dihempaskan ke atas tanah, kepala ular yang tergores pipinya tadi mulai diselimuti cahaya jingga.
"Apa yang kau lakukan padanya?" Ivana mengulurkan tangannya, langsung ditepis oleh pedang pendek Renee hingga tangan monster Ivana tergores, cahaya jingga langsung menempel seperti debu, cahayanya semakin terang.
Ivana menatap tangannya, hanya sesaat sebelum ia mengayunkan cakarnya mengenai wajah Renee.
"Arh …."
Renee berjalan mundur, meski luka-lukanya akan pulih karena cahaya jingga yang melindunginya, tapi kalau ia terus menerus dilukai seperti ini rasanya sangat sakit. "Kenapa kau begitu terkejut?"
Ivana tidak menjawab perkataan Renee segera, ia mengibaskan tangan yang ditempeli cahaya jingga, wajahnya berusaha terlihat tenang, tapi entah kenapa Renee bisa merasakan kalau ia sedikit panik.
Renee tidak tahu banyak tentang efek cahaya jingga yang muncul di sekitarnya pada orang lain, ia belum pernah mengujinya pada Leo atau Dylan, ia hanya mencobanya pada dirinya sendiri untuk memulihkan luka-lukanya.
Tapi Renee tidak tahu seperti apa efeknya pada para monster, kalau luka mereka pulih, bukankah itu artinya Renee berada dalam kondisi yang tidak menguntungkan?
Renee menatap wajah Ivana yang semakin lama semakin tidak senang, cahaya jingga yang menempel itu tidak menghilang, mereka seperti ditempel dengan lem yang kuat.
Ular yang terkena goresan itu pun mengalami hal yang sama, bedanya ia tidak mengibaskan kepalanya, ia menatap tajam Renee dengnya mulut yang terbuka lebar.
Renee mendengkus, ia menyeka pipinya yang masih menyisakan noda darah.
"Apa dugaanku saja atau kau sepertinya … takut?"
Ivana langsung berhenti, matanya menyorot Renee dengan tajam, Renee yang merasakan kegelisahan Ivana langsung tertawa.
"Aku benar, kan?" Renee kembali berbicara, matanya menyipit. "Aku jadi penasaran bagaimana kalau seluruh tubuhmu terkena cahaya ini?"
Ivana mengabaikan tangannya, seakan tersulut api, ia kembali menerjang Renee, kali ini lebih cepat dan kasar dari yang sebelumnya, cakar-cakar yang panjang itu terayun.
Renee menghantamkan pedang pendeknya ke arah Ivana dan mengenai tulang-tulang yang mencuat di bahu wanita itu, bunyi pedang beradu dengan tulang terdengar nyaring.
Para monster awalnya terlihat menjaga jarak dengan cahaya jingga kini mulai mendekat setelah mendengar dengkusan kasar dari Ivana.
"Kalian akan diam saja seperti orang bodoh di sana?!"
PRANG!
Pedang pendek Renee berbenturan dengan cakar Ivana, mata wanita itu hampir keluar dari tempatnya dan giginya gemetuk keras, para monster bergerak dan menyerang Renee lagi dan mereka terlihat sebisa mungkin untuk menahan diri tidak tersentak saat mengenai cahaya jingga itu.
"Ivana, kau benar-benar … membuatku kesal."
Ekor ular melilit kaki Renee dan menarik paksa ke belakang, ia hampir tersungkur jatuh, monster lain datang dengan sebuah kayu yang berayun ke wajah Renee, wanita itu menggerakkan tangannya, cahaya jingga langsung memercik, seperti kembang api.
"Argh! Sakit!" Monster yang memegang kayu itu terhuyung-huyung memegangi tangannya, kayu yang ia pegang jatuh menimpa kakinya. "Sakit! Sakit!"
Ivana tidak terpengaruh dengan teriakan monster itu, ia menabrak tubuh Renee dengan keras hingga wanita itu terjatuh lagi ke atas tanah, tidak sampai di sana saja, Ivana menindih Renee dan mengabaikan cahaya jingga yang semakin lama bersinar semakin kuat.
"Aku membuatmu kesal?" Ivana tersenyum miring, rambutnya yang berantakan itu terkulai di antara tulang-tulang yang mencuat di bahunya. "Kau pikir aku tidak kesal denganmu?"
Renee tidak menjawab perkataan wanita yang ada di depannya ini. Ia berusaha sekuat mungkin menahan tangan Ivana untuk melukai wajahnya lebih jauh lagi, takut kalau-kalau tangan itu bergerak sedikit saja, ia akan kehilangan lehernya.
"Aku tidak tahu apakah kau masih bisa sombong setelah ini atau tidak ... Renee," lanjut Ivana sambil menekan tangannya semakin dekat dengan leher Renee, senyuman miring di wajah monsternya itu membuat siapa pun yang melihatnya tidak nyaman. "Asal kau tahu saja, Renee … aku sengaja membuatmu keluar dari mansion dan membuatmu sibuk di sini bersamaku."
"Apa?" Renee menggertakkan gigi, keningnya berkerut dalam.
"Untuk apa lagi? Aku tidak ingin kau berada di sisi Leo."
Ivana tertawa, tetesan darah keluar dari mulutnya, cahaya jingga yang ada di dekatnya ini membuat tubuhnya semakin tidak nyaman, seperti ada sesuatu yang terus bergerak, menggerogoti dari dalam.
"Saat ini mungkin Marquis tersayangmu itu … sudah bertemu dengan Tuanku."