Baixar aplicativo
1.12% Kisah Helena / Chapter 4: Hari Ke -2 Di Kerajaan Aarez (Part2)

Capítulo 4: Hari Ke -2 Di Kerajaan Aarez (Part2)

"Mengapa anda ingin sekali saya menjadi permaisuri Raja Louis, kalau anda tahu Raja Louis tidak menginginkannya sama sekali. Bahkan... Raja sudah memiliki dua permaisuri sebelumnya. Mereka sepertinya lebih pantas berdampingan dengan Raja Louis, ketimbang denganku yang hanya seorang anak petani."

Akhirnya Helena sudah melepaskan semua pertanyaannya, selama ini dia belum mendapatkan kejelasan. Semua pertemuan Helena dengan Ratu Revania dirumah sakit, adalah sebuah kebetulan yang sangat aneh.

Revania tertawa mendengar perkataan Helena barusan, setelah beberapa saat tertawa puas. Barulah ia menghirup kembali shisha miliknya, dan kepulan asap seketika kembali muncul.

"Dilara dan Emira, kakak adik yang sangat bodoh. Rakyat Aarez bahkan berpikir akulah yang memilih mereka berdua. Hh! Ratu Marie sangat pandai sekali mengarang cerita." Revania mengucapkan seraya mendengus kesal.

"Mereka sudah berada disini sudah hampir dua tahun tahun, kalau bukan karena ibu dari Raja Louis, yang memilih mereka. Tidak mungkin kakak adik itu bisa berada disini." Mimik wajah Revania sudah berubah, seperti ada kebencian ketika ia mengingat mengenai ratu sebelumnya.

"Kau tahu, bahkan saat pernikahan mereka yang dilakukan jeda hanya satu bulan. Louis? Dia sama sekali tidak mencium mereka, sampai dengan sekarang Loius tidak ingin menyentuh mereka berdua." Lanjut Revania dan terkekeh puas.

"Ratu Marie Louis, maksud anda? Beliau baru saja meninggal beberapa bulan lalu." Ucap Helena menimpali. "Apa yang kau tahu mengenai Ratu Marie, Helena?" Tanya Revania dengan ketertarikan tinggi.

"Ratu Marie Louis, merupakan Ratu ketujuh yang memimpin Negara Aarez. Setelah kita lepas dari Negara Antarez beberapa tahun yang lalu, Ratu Marie banyak melakukan perubahan pada sektor ekonomi. Berasama dengan Raja Stephen Louis, Ratu Marie memimpin negara Aarez dengan sangat baik. Bahkan namanya masuk dalam lima puluh besar, wanita yang berpengaruh di dunia." Ucap Helena memberikan penjelasannya.

"Kau menyebutkan kelebihannya saja, lalu apa kekurangannya?" Revania masih memancing Helena, agar permaisuri itu terus mengeluarkan kemampuan tersembunyinya.

"Mmm... " Helena tampak ragu. "Katakan saja, Helena. Hanya ada aku yang mendengarnya, toh.. kenyataannya dia juga sudah meningal." Revania berusaha meyakinkan.

"Sayangnya terlalu banyak kesenjangan yang ada pada negara Aarez, memang secara ekonomi negara kita berkembang pesat. Hanya saja, pembagian hasil ladang, dan pajak negara terlalu besar untuk kalangan ekonomi bawah. Seperti para petani, dan buruh kasar." Ucap Helena, tapi dia sendiri takut dengan penjelasannya sendiri

"Pintar sekali. Kau benar sekali Helena, dan saat ini suamiku. Raja Louis, dia berusaha keras untuk memperbaikinya. Karena dia tahu, jika kita terus melakukan hal ini. Maka akan ada pertentangan, dan akan lebih banyak lagi rakyatnya yang terlantar." Revania meletakkan Shishanya.

"Aku sangat bahagia menikah dengan Louis, kami saling mencintai. Waktu itu aku masih berusia 22 tahun, dan Louis 25 tahun. Sampai akhirnya, aku tidak bisa memberikan keturunan untuk Louis. Dan itu pun aku mengetahui, setelah ditahun ketiga pernikahan kami." Revania mulai bercerita, dan Helena masih menyimak dengan serius.

"Setahun yang lalu, sebelum kematian mertuaku yang sangat aku sayangi." Revania mengucapkan dengan kalimat ironi-nya. "Ratu Marie, menunjuk keluarga Chayton yang memiliki dua anak wanita. Dilara dan Elmira, agar menjadi permaisuri Louis." Tangan Revania mengepal erat, ada rasa kesal yang sedang ia tahan. Helena semakin menunjukkan ketakutan, siapa tahu Revania juga kesal terhadap dirinya.

"Keluarga Chayton, keluarga terpandang. Karena James Chayton, merupakan penasihat kerajaan dan orang kepercayaan dari mertuaku sendiri. Sayang sekali otak kedua putrinya, tidak sehebat ayahnya." Sindir Revania.

"Lalu, kenapa anda masih mencarikan permaisuri untuk Raja Louis, kalau anda memang masih mencintainya? Dan menapa anda ingin saya... Mmm... Agar bisa tidur bersama dengan sang Raja?" Tanya Helena dengan hati-hati, dia tidak ingin melukai perasaan Revania.

"Hhh..." Revania menghela napasnya dengan perlahan. "Negara ini memiliki peraturan yang harus ditaati." Sesaat Revania terhenti dari ucapannya, Helena melihat ratu yang sedang menahan sesuatu. Entah mengapa, Helena yakin sempat melihat mata Revania yang berkaca-kaca saat menceritakanya.

"Sebuah peraturan aneh, bahwa sang Raja harus memiliki keturunan. Dan... Jika Ratu tidak bisa memberikan keturunan, maka Raja harus memilih salah satu permaisurinya, agar memiliki penerus dari Raja." Lanjut Revania.

"Tapi... Jika hal itu tidak bisa dilakukan, maka sang Raja harus turun tahta. Tahta kerajaan dapat diberikan kepada adik, ataupun satu garis keturunan lainnya. Permasalahannya adalah, saat ini raja Louis merupakan anak tunggal.." Revania menatap Helena, menunggunya memberi kesimpulan ataupun pendapat.

"Aku tahu mengenai peraturan itu, Bahwa Raja Louis harus memiliki keturunan. Sayangnya Raja Loius juga sudah kehilangan kakaknya, ketika berada didaerah konflik. Hhh... Maafkan aku Ratu Revania, ini pasti berat untuk anda. Tapi... mengenai anak, aku yakin kalau anda pasti bisa.."

"Helena..." Potong Revania cepat.

"Aku sedang dalam keadaan sakit, dan waktuku tidak banyak. Louis tahu kalau hidupku mungkin hanya hitungan hari, minggu, bulan? Dia... bahkan rela turun tahta! Daripada harus memiliki anak dari dua permaisuri bodohnya itu! Tapi... semua perjuangannya nanti akan sia-sia." Revania menampilkan mimik yang teramat serius.

"Seperti yang kau bilang, rakyat miskin di negara ini cukup banyak dan terlantar. Aku tidak bisa seegois itu, membiarkan mereka menderita. Sedangkan aku hidup bahagia di masa-masa terkahirku dengan Raja." Revania meraih tangan Helena dan menggenggamnya dengan kuat.

"Ratu Revania?" Helena tampak bingung.

"Aku ralat ucapanku, aku benar-benar sudah sangat sekarat Helena. Riasan ini membantuku agar terlihat lebih baik." Salah satu tangan Revania, menarik sendiri rambutnya. Helena memperhatikan dengan bingung, apa yang sedang dilakukan oleh sang Ratu?

"Ra...ratu...A..anda." Helena sangat terperanjat, ketika mengetahui kalau Revania ternyata mengenakan rambut palsu. Saat ini tidak ada sehelai rambut yang berada dikepalanya, dan hati Helena terenyuh melihat kondisi Revania yang memprihatinkan.

"Kau tahu yang terburuknya Helena, karena sudah tidak ada lagi keturunan dari Aarez. Maka... tahta bisa jatuh ketangan penasihat raja. Apa sekarang kau paham maksudku?" Ucap Revania, dan dia kembali menata rambut palsunya.

"Hah?" Helena mendekap mulutnya sendiri. "Memiliki atau tidak memiliki anak dari anak keluarga Chayton... Tetap saja tahta dan kemenangan berada dipihak mereka." Helena membuat kesimpulannya.

"Kau benar sekali Helena, itulah sebabnya aku sendiri yang harus mencarikan permaisuri untuk suamiku sendiri. Menyelamatkan posisinya sebagai seorang raja, walaupun aku harus merelakan hatiku." Ucap Revania, dan satu tetes air mata sudah berhasil lolos melewati pipinya.

"Dan kau Helena, kau orang yang tepat untuk menggantikanku. Maaf sekali aku harus menggunakan nenekmu, agar kau bisa menurut dengan perintahku. Tapi tenang saja, sesuai janjiku, jika kau berhasil mendapatkan hati sang raja. Aku akan menanggung semua biaya pengobatan nenekmu Helena." Ucap Revania kembali.

Helena hanya terdiam sesaat, dia sudah mendapatkan semua jawaban dari pertanyaannya selama ini. Tapi mengapa? Rasanya sangat berat sekali, Raja Louis sangat begitu mencintai Ratu Revania. Bukankah sangat jahat, jika Helena dengan terang-terangan harus mendapatkan hati raja tersebut?


next chapter

Capítulo 5: Flashback – Awal Mula pertemuan 1

Pagi hari disebuah balai kota, sudah banyak penduduk kota Aidon yang memadati tempat tersebut. Siapa yang menyangka kota kecil yang jauh dari pusat kota Aarez, akan kedatangan seorang tamu kehormatan. Ratu Revania sendiri yang akan datang berkunjung.

Dari pagi penduduk kota Aidon sudah sangat sibuk memadati jalan, berharap bisa mengambil gambar dari wajah cantik Ratu Revania yang tersohor. Para media dan pers juga sudah bersiap-siap, tidak akan melewatkan moment penting seperti ini.

Pintu balai kota yang tadinya tertutup, tiba-tiba terbuka. Seorang gadis berambut pirang, dengan pakaian kumuh baru saja dipaksa keluar oleh dua orang pria berbadan besar.

"Anda harusnya membayar mahal atas penemuan saya ini!" Teriak Helena, kedua kakinya melemparkan tendangan kearah pintu masuk. Dan kedua tangannya masih dipegang erat oleh pria yang berada disisi kanan dan kirinya.

"Uang itu seharusnya sudah cukup! Lagi pula penemuanmu masih sangat mentah! Aku harus menyempurnakan kembali mesin pembangkit listrik itu." Pria berbadan bungkuk dengan tubuh yang sedikit gempal, berada diambang pintu masuk. Kedua matanya yang lebar, dengan hidungnya yang runcing.

"Pantas kau dijuluki si-penyihir tua yang kejam!" Umpat Helena kesal dengan lantang. "Tuan Ron! KUMOHON!! Setidaknya beri sedikit tambahan." Lanjut Helena dan mulai memasang wajah memelasnya.

"Terima atau tidak? Terserah dengan kau gadis licik! Waktuku tidak banyak, sebentar lagi Ratu Revania akan datang!" Ucap Ron mendengus kesal.

***

Beberapa jam kemudian.

Mata biru itu menatap sinis pada pria tua yang memiliki tubuh bengkok, ada kesan tidak puas saat Revania menanyakan pertanyaan mudah, mengenai alat penemuan terbarunya. Mengenai pembangkit listrik dengan menggunakan kekuatan air, dan akan membantu pengairan pada ladang dan sawah untuk para petani di Negara Aarez.

Tubuh Ron yang sudah membungkuk pada dasarnya, semakin membungkuk. Karena dia semakin panik dan cemas, mengetahui sang Ratu tidak puas dengan jawabannya.

"Aku akan mengirim seseorang untuk mengecek kembali penemuanmu, dan pastikan kau sudah memiliki jawaban atas pertanyaanku." Ucap Revania tegas, kemudian berjalan melewati Ron dengan langkah wibawa.

Revania sudah masuk kedalam mobilnya, kilauan cahaya masih saja terlihat jelas. Para wartawan tampak kesal, karena sang Ratu keluar tanpa mengucapkan satu patah kata pun.

"Meghan, pastikan ada seseorang yang mengecek penemuannya." Ucap Revania memandang kearah sisi jendela, ketika mobil hitam panjang itu mulai berjalan perlahan.

"Baik, Yang Mulia Ratu." Jawab Meghan, yang merupakan asisten pribadi Ratu Aarez.

"Bagaimana bisa! Dia sudah membuat heboh pemberitaan dimana-mana, sampai terdengar hingga kerajaan... tapi ketika ada kendala pada mesin penemuannya sendiri? Kau lihat tadi! Bodoh sekali pria tua itu!" Umpan Ratu Revania kesal dan geram.

Dalam keadaan seperti itu, Meghan tidak akan berani untuk berkata apapun. Dia tahu persis karakter sang Ratu, yang sangat suka dengan hal yang detail dan sempurna.

"Dimana kita sekarang?" Tanya sang Ratu ketika melihat kerumunan pasar yang tidak jauh dari tempat mobil melaju.

"Ohh... tempat itu. Sebuah pasar kecil, tapi cukup ramai. Karena pasar itu satu-satunya, tempat aktifitas perekonomian di kota kecil ini." Jawab Meghan dengan pasti.

"Aku ingin kesana sebentar, dan melihat rakyatku dari dekat." Ucap Revania, seketika Meghan menatap tertegun dan heran dengan permintaan Revania yang sangat aneh.

***

Mau tidak mau Helena sudah menerima uang yang tidak pantas menurutnya, wajahnya masih saja ia tekuk dengan kesal. Tapi aroma roti yang mulai menyengat dengan pekat pada hidungnya. Membuat Helena melirik kearah penjual roti, seorang wanita baru saja meletakkan roti yang masih hangat, dan memajangnya pada sebuah etalase kaca.

"Nenek akan senang pastinya." Helena tersenyum lebar pada roti yang tampak lezat. "Aku bisa membeli sedikit, dan... Ah... masih bisa membeli obat untuk nenek." Ucap Helena sembari menghitung lembaran kertasnya.

Helena gadis periang, pekerja keras, dan muda. Seorang anak petani, yang hidup bersama dengan neneknya. Tanpa ada ayah dan ibu, yang sudah lama meninggalkannya saat ia masih sangat kecil. Gadis muda itu tidak bersekolah, ia hanya membantu nenek untuk bekerja disawah. Tidak lupa dengan bekerja di ladang jagung keluarga Weasley, yang masih menghasilkan dan dapat membantu keuangannya.

Helena sebenarnya gadis yang sangat pintar, sayangnya dia tidak terlau beruntung. Negara Aarez, adalah sebuah negara baru. Negara yang sudah lepas dan menyatakan mandiri dari Kerajaan Antarez. Negara Aarez mencoba untuk menjadi negara yang maju, sayang sekali Negara Aarez banyak mengorbankan rakyat kecilnya.

Salah satunya Helena, gadis itu hanya belajar dari apa yang ia lihat dan ia dengar. Sebuah telivisi usang yang ia temukan pada tempat pembuangan sampah, menjadi satu-satunya sumber informasi dan sumber pembelajarannya.

Listrik!

Satu kalimat tersebut merupakan masalah utama dari Negara Aarez, karena belum semua pelosok kota mendapatkan asupan listrik yang merata. Bahkan disaat dunia sudah sangat maju, masih banyak kota kecil dinegara Aarez, yang masih menggunakan lilin atau lampu buatan, untuk menerangi tempat tinggal mereka.

Memang hanya beberapa kota saja, tapi tetap saja kesenjangan sosial terjadi dan terlihat sangat jelas. Helena bahkan seringkali mengutuk sang Raja Aarez, yang berlaku tidak adil – menurutnya dan membatin didalam hati. Sisanya; puluhan kota lainnya, hidup dengan damai, makmur, dan sejahtera.

Celana hitam komprang, kemeja putih lusuh dan sebuah topi pet yang menutup semua rambut pirangnya. Begitulah penampilan Helena saat itu, jauh dari kesan sedeharna. Miskin, satu kata itu yang tepat menggambarkannya.

Bungkusan cokelat berisikan potongan roti yang lezat, sudah berada dalam dekapannya. Membayangkan wajah neneknya, yang akan sangat senang nanti. Tapi tidak lama pandangannya tertuju pada seorang wanita berambut pirang, wajahnya hampir tertutup dengan scarf merah, yang mengelilingi kepalanya.

Disamping wanita itu, seorang anak laki-laki yang lebih tua beberapa tahun darinya. Terlihat sedang merapat pada wanita itu, sangat mencurigakan. Karena salah satu tangan anak laki-laki itu, mulai menyelinap masuk pada tas kecil yang berada disisi tubuh wanita tersebut.

"Jack? HEI JACK!" Teriak Helena tiba-tiba, karena ia mengenal temannya itu. Ia pun berlari kearah temannya tersebut, tanpa pikir panjang.

"SIAL!" Umpat Jack kesal, lalu tanpa membalas ataupun menunggu Helena mendekat. Pria itu segera membalikkan tubuhnya, dan berlari sekencang mungkin.

Sebenarnya bukan hanya Jack si penguntit yang terkejut, tapi wanita berambut pirang dan juga wanita disampingnya pun kaget. Mereka berdua sedang asik didepan sebuah toko kain, menyadari ada yang aneh dan mencurigakan. Segera saja ia memegangi tasnya dengan erat.

"Anda baik-baik saja?" Tanya Meghan khawatir. "Ya... Aku baik-baik saja." Jawab Revania, dan pandangannya mengarah pada Helena yang sedang berlari kearah mereka berdua.

"Sial! Dia kabur! Apa anda baik-baik saja, Nyonya? Aku harap anak laki-laki itu tidak mengambil barang berharga apapun dari tas anda." Ucap Helena memegangi kedua lututnya, dengan napas tersengal.

"Ya, aku baik-baik saja." Jawab Revania, dan ia sedang memperhatikan wajah Helena dengan seksama. Tertarik dengan mata biru Helena, yang sama dengan matanya.


Load failed, please RETRY

Presentes

Presente -- Presente recebido

    Status de energia semanal

    Capítulos de desbloqueio em lote

    Índice

    Opções de exibição

    Fundo

    Fonte

    Tamanho

    Comentários do capítulo

    Escreva uma avaliação Status de leitura: C4
    Falha ao postar. Tente novamente
    • Qualidade de Escrita
    • Estabilidade das atualizações
    • Desenvolvimento de Histórias
    • Design de Personagens
    • Antecedentes do mundo

    O escore total 0.0

    Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
    Vote com Power Stone
    Rank 200+ Ranking de Potência
    Stone 0 Pedra de Poder
    Denunciar conteúdo impróprio
    Dica de erro

    Denunciar abuso

    Comentários do parágrafo

    Login

    tip Comentário de parágrafo

    O comentário de parágrafo agora está disponível na Web! Passe o mouse sobre qualquer parágrafo e clique no ícone para adicionar seu comentário.

    Além disso, você sempre pode desativá-lo/ativá-lo em Configurações.

    Entendi