Manager itu hanya tersenyum mendengarkan penjelasan Nana, meskipun hatinya sangat iri melihat Lion yang dia kagumi dan bahkan dia cintai dari sejak awal bertemu dia nyatanya sudah memiliki calon istri yang terlihat biasa saja.
Beberapa saat kemudian setelah mencoba banyak pakaian akhirnya Nana menemukan satu yang cocok dengan gayanya, akan tetapi dia masih bingung kenapa Lion memintanya untuk memilih baju secara bukankah Lion mengatakan tidak akan mengajaknya ke acara amal?
Ketika Nana ngobrol dengan beberapa orang butik, tiba-tiba dua orang lelaki kekar, tubuhnya tinggi dengan stelan jas hitam di lengkapi kaca mata hitam menghampiri Nana.
"Apakah anda Nona Nana?" Tanya salah satu lelaki itu menggunakan bahasa Inggris.
Nana menengok dengan ekspresi bingung dia bertanya, "Iya ini saya, ada apa ya? "
"Kami pengawal tuan Lion, dia meminta kami menjemput Nona untuk ke tempat selanjutnya" Jelas pengawal itu.
"Kemana?" tanya Nana dengan heran.
"Salon"Jawab pengawal itu dengan tegas.
Nana semakin dibuat bingung, tadi di butik dan sekarang ke salon, sebenarnya Lion ingin melakukan apa padanya? ini benar-benar membuat fikiran Nana semeraut, sambil menarik nafas dalam, Nana membawa barang-barangnya.
Dengan menggunakan pakaian yang sudah di pilih di butik Nana berjalan di dampingi dua pengawal itu untuk masuk ke dalam mobil mewah yang sudah di siapkan Lion.
"Kenapa aku merasa sedang shooting sinetron? apakah ini nyata? ataukah aku sedang bermimpi berada di negeri dongeng?" batin Nana.
Beberapa saat kemudian Nana sampai di depan salah satu salon kecantikan mewah di Jerman.
"Apakah kita sudah sampai?" tanya Nana pada pengawal itu.
Pengawal itu langsung mengangguk dan turun untuk membukakan Nana pintu.
Nana keluar dari mobil dengan di dampingi pengawal Nana berjalan menuju salon.
Di depan pintu masuk salon, Nana sudah di tunggu manager dan para kariyawan salon, melihat kedatang Nana mereka langsung memberi hormat pada Nana.
Nana tersenyum dan merasa risih melihat orang memberi hormat padanya.
Menager salon langsung membawa Nana masuk ke dalam, setelah berada di dalam Nana tercengang dan heran melihat salon itu sepi pengunjung sama seperti butik yang tadinya dia datangi.
"Kenapa salon ini juga sepi pengunjung? bukankah salon dan butik tadi adalah tempat mewah?" batin Nana.
"Semoga Ny Lion puas dengan layanan salon kami!" ucap manager salon itu dengan ramah. Ekspresi Nana berubah aneh ketika dia di panggil dengan sebutan Ny Lion.
Meski bingung Nana tidak mau ambil pusing bagaimana orang memanggilnya, dia mengangguk dan langsung memberi hormat sambil tersenyum.
"Silahkan ke sini !" kata salah satu pegawai salon itu.
Nana mengikuti pegawai salon dengan patuh, setelah itu dia duduk di depan cermin yang sangat terang, sampai Nana kaget melihat wajahnya sendiri yang begitu polos tanpa make up.
"Ya ampun apakah itu aku?, ihhh gak banget sih wajahku gak kayak orang-orang yang di sini cantik dan kinclong, tapi apakah aku sedang ikut teater tentang gadis buruk rupa dan pengeran? aku bukan gadis buruk rupa kok, aku hanya tidak biasa dandan he he" gumam Nana sambil menatap cermin.
"Gaun yang Nona pakai sungguh indah, aku sudah memburu gaun ini dari kemarin tapi stok sangat terbatas dan juga dompetku tidak mampu membayarnya" kata Brieta salah satu pegawai salon yang di percaya mendandani Nana.
Mendengar dan melihat ekspresi Brieta dari cermin membuat Nana bingung harus berkata apa Nana hanya tersenyum tipis.
"Baiklah Aku akan mulai merias wajah Nona dulu, supaya tidak terlihat pucat begini, biar tuan Lion semakin tergila-gila sama Nona he he " Brieta mempersiapkan semua perlengkapan kosmetik yang berada di atas meja. Mendengar perkataan Brieta, Nana tersenyum lagi dan berfikir kalau Lion kan memang sudah gila jadi tidak perlu susah payah membuatnya menjadi gila lagi.
Sesaat kemudian, Brieta meminta Nana duduk dengan tenang dan mulai meriasnya.
Beberapa kali Brieta menyapukan bedak dan perona pipi pada wajah Nana. Terakhir saat ia mengoleskan lipstik berwarna magenta, Brieta langsung melontarkan pujian, "Nona, ternyata kau cantik sekali kalau sudah dandan he"
Pujian itu membuat Nana mengerjapkan mata menatap cermin menikmati bayangannya terpantul pada layar cermin.
"Ohh astaga benarkah gadis cantik di cermin itu adalah aku?".Gumam Nana sambil tersenyum.
"Nona cantik, pantas tuan Lion teramat mencintai Nona" Lanjut Brieta.
Nana tersenyum mendengar apa yang dikatakan Brieta, meskipun dia masih bingung kenapa Lion melakukan hal ini untuknya dan mengaku-ngaku dia calon istrinya pada orang banyak tapi tetap dia harus bersikap tenang.
"Nampaknya ada yang kurang" Brieta mengangkat dagu Nana sedikit, setelah itu dia menyapukan sikat kecil untuk merapikan ujung alis Nana, gerakan jemari Brieta begitu lincah.
"Cantik, terimaksih sudah mendandaniku," Kata Nana sambil berdiri merapikan pinggang gaun yang sedikit kusut.
Brieta tersenyum dan mengangguk, setelah itu dia merapikan kembali kosmetik yang sudah dia gunakan, lalu mengajak Nana berjalan keluar menuju mobil mewah yang Nana pakai datang tadi.
"Apa kamu akan ikut?" Tanya Nana pada Brieta yang mengikutinya dari belakang.
Brieta mengangguk, "Tentu karena tugasku masih belum selesai".
Nana bingung, tugas apakah yang di maksud oleh Brieta, namun dia memilih diam dan bersama Brieta dia masuk ke mobil.
Sedang dari kejauhan, Lion tidak bisa memalingkan wajahnya dari Nana yang terlihat manis dan cantik, cerminan kecantikan wanita Asia yang lahir alami.
"Sudah aku duga, itik yang buruk rupa bisa berubah menjadi angsa kalau sudah di dandani" batin Lion sambil tersenyum simpul.
"Sekarang jalan pak!" ucap Lion pada supirnya ketika melihat Nana sudah masuk ke dalam mobil.