Seorang pria dengan setelan jas mahal yang membalut tubuh atletisnya sedang mengendarai mobilnya dengan kecepatan yang cukup tinggi, beberapa kali orang membunyikan klakson dan berteriak padanya agar berhati-hati. Alasannya tidak lain adalah rentetan pesan dari sang kekasih yang terus memborondong ponselnya, wanita itu terus mendesak Alaric agar secepatnya tiba di mall tempat ia berbelanja.
Wenna Lucionis :
" Cepetan dong! "
" Kamu ini gak dengar ya waktu aku bilang jemput sebelum jam 5? Kenapa malah sekarang udah jam 5 kamu malah belum sampai juga, Alaric? "
" Aku udah capek nih, lama kamu! "
Pria itu hanya melirik ponselnya sekilas dan semakin memacu mobilnya agar bisa segera sampai di tempat ia menjemput Wenna–kekasihnya.
Ponsel pria tampan itu kembali berdering,
Wenna Lucionis :
" BALAS! Kamu udah dimana?!"
Dari cara Wenna menulis pesan, pria itu sudah tau bahwa sang kekasih pasti kesal.
" Kalau kamu gak balas atau angkat telepon aku, kita putus!" ancam Wenna di pesan yang baru dikirimkan lagi. Dan sedetik kemudian, nama Wenna Lucionis tertera di layar ponselnya.
Alaric–pria itu, menghela nafas pelan. Mau tak mau ia sedikit memelankan laju kendaraannya dan mengangkat panggilan dari Wenna, " halo, sayang?" sapa pria itu lembut.
" KAMU UDAH SAMPAI MANA SIH, ALARIC?!" bentak Wenna dengan nada kasar.
" Aku udah di jalan, sayang. Maaf, tadi ada karyawan yang kecelakaan kecil di perusahaan, jadi aku temani ke rumah sakit untuk urus dia " balas Alaric dengan suara yang masih sama lembutnya.
" Jadi kamu lebih mentingin karyawan kamu? Dari pada aku yang pacar kamu? Aku udah nunggu hampir sepuluh menit, Alaric! Mikir dong! Aku capek " ketus Wenna.
" Iya, sayang. Maaf ya. Sebentar lagi aku sampai kok. Kamu nongkrong di dalam mall aja dulu sambil nunggu aku, kan ada kartu kredit yang aku kasih. Bayar pakai itu, " ucap Alaric.
Sejak pendekatan dengan Wenna setahun yang lalu, Wenna memang sudah meminta diberikan kartu kredit dan mulai menggunakan kartu itu hingga sekarang untuk berbelanja memenuhi kebutuhan hidup sosialitanya.
Wenna berdecih, " lama. Gak guna banget kamu, jemput tepat waktu aja gak bisa. "
" Pokoknya buruan sampai deh, kalau sepuluh menit lagi kamu gak sampai aku pulang sendiri " ancam Wenna lalu memutuskan panggilan sepihak.
Begitulah Wenna Lucionis, si model terkenal karena wajah cantik dan berasal dari keluarga Lucio, ayahnya merupakan seorang pianis dari Prancis. Gen cantik Wenna berasal dari sang ayah yang keturunan eropa dan ibunya yang wanita Indonesia. Namun, tak ada manusia yang sempurna. Di balik fisik indahnya, sifat dan perilaku Wenna cukup menyebalkan menurut banyak orang. Angkuh, tidak menghargai orang, memandang rendah orang lain, merasa dirinya yang paling sempurna, dan sering bersembunyi di balik wajah polosnya. Dan parahnya lagi, selalu memanfaatkan Alaric.
Akhirnya, tidak sampai lima menit kemudian Alaric tiba di pusat perbelanjaan yang merupakan salah satu dari sekian banyak usaha yang dikelola oleh perusahaannya. Ya, mall itu milik Alaric sekarang. Namun ia tidak mengatakan hal itu pada Wenna, agar kekasihnya tidak semena-mena pada semua staff di mall ini.
Tangannya bergerak untuk menghubungi Wenna,
" Aku udah di lobby, " ujar Alaric.
" Jadi? Kenapa kalau udah di lobby? Ya ke sini dong, aku gak mau ngangkat belanjaan sebanyak ini sendirian kayak orang susah. Aku ini model, harus jaga image " balas Wenna dengan nada judes.
Helaan nafas pelan Alaric keluarkan, " Lea mana? Biasanya kan belanjaan kamu selalu dibawa sama dia, " ia menyebut nama manajer Wenna yang biasanya selalu mengekor kemana pun Wenna pergi.
" Aku suruh pulang, soalnya aku mau hari ini kamu yang bawain barang belanjaan aku " jawab Wenna.
" Hm, oke. Aku parkir dulu, " ucap Alaric lalu mematikan panggilan mereka.
Alaric memarkirkan mobilnya tak jauh dari lobby mall, hak istimewa pemilik. Tanpa membuang-buang waktu, Alaric segera melangkah ke dalam mall agar Wenna tidak menerornya lagi. Alaric sudah tau Wenna nongkrong di kafe mana, sebab wanita itu memberitahunya tadi agar langsung ke sana.
" Alaric!" panggil Wenna ketika melihat pria tampan memasuki area kafe tempat ia bersantai.
" Maaf ya aku lama, " lontar Alaric.
Wenna mendengus, " maaf kamu gak bisa gantiin waktu model sibuk kayak aku, tiap menit itu berharga tau " gerutu Wenna.
" Ayo pulang, aku udah capek. Bawain belanjaan aku, " pinta Wenna sambil menunjuk paper bag dari berbagai brand terkenal.
Mata Alaric bergulir memandangi benda yang Wenna tunjuk, banyak sekali. Alaric tidak mempermasalahkan hal itu sedikit pun, meski Wenna menghabiskan uangnya milliaran dalam seminggu.
" Buruan dong! Aku mau tidur, capek. Lelet banget sih kamu disuruh " ketus Wenna.
Paper bag yang berjumlah lebih dari belasan itu tidak mudah dibawa oleh satu orang, dan Alaric berpikir keras bagaimana cara membawanya.
" Sayang, aku panggil staff buat bantu bawain belanjaan kamu aja ya?" tawar Alaric. Sedikit berharap kali ini Wenna mau, karena selama ini staff toko tempat Wenna belanja selalu menawarkan untuk dibawakan namun ditolak mentah-mentah oleh wanita itu.
" Gak. Harus kamu, aku maunya kamu yang bawain " tegas Wenna sambil menenteng tas Lv-nya dengan anggun khas seorang model.
Malas berdebat, Alaric pun akhirnya membawakan paper bag yang berisi belanjaan Wenna. Mereka berjalan beriringan, menimbulkan decak kagum dari beberapa orang yang kebetulan berselisihan dengan mereka.
" Ceweknya cantik banget ya, duh apalagi itu cowoknya kelihatan bucin sama ceweknya. Beruntung banget tuh cewek dapat cowok cakep dan bucin "
" Lo gak tau ya? Cewek itu kan Wenna Lucionis, si model terkenal di negara kita yang sampai di undang brand luar negeri. Anak satu-satunyanya pianis terkenal, itu lohh... keluarga Lucionis "
" Gila, udah keluarganya terkenal, dia juga terkenal, cantik, kaya, punya pacar cakep, bucin, sempurna banget hidup dia ya "
" Eh, cowoknya juga gak main-main loh. Lo tau gak itu Millano Group? Dia CEO sekaligus pewaris tunggalnya!"
" Wah, hebat ya Kak Wenna itu. Sempurna dan pasti bahagia banget jadi cewek "
Kasak-kusuk orang di sekitar mereka yang terdengar jelas membuat Wenna tersenyum, ia sangat bangga dipuji seperti itu. Wenna suka dengan julukan wanita sempurna yang hanya pantas melekat pada dirinya. Bagaimana tidak? Wenna memiliki semuanya. Cantik, kaya, keluarga terkenal, dirinya pun dipuja banyak orang, pacar tampan, royal, bucin, dan.. bodoh karena selalu menurut dengannya. Hebat kan?
Pria yang sejak tadi Wenna marahi adalah Alaric. Lebih tepatnya, Alaric Prince Millano. Keturunan Prancis mengalir di darahnya, membuat pria itu tampak sangat tampan. Selain ketampanannya yang sangat mempesona, Alaric juga sangat kaya lantaran ia menjabat sebagai CEO sekaligus pemilik Millano Group. Perusahaan yang memiliki banyak bisnis diberbagai sektor, dan Alaric tercatat di THEBEST sebagai pria termuda dalam 3 orang terkaya di benua Asia.
Sungguh pasangan yang sangat sempurna untuk seorang Wenna, kan? Keluarga Wenna kaya, tapi mereka tidak pernah menganggap Wenna sebagai anak lagi lantaran hidup wanita itu terlalu bebas sejak Sekolah Menengah Atas. Alkohol, obat, percintaan bebas seperti luar negeri, balap liar, semua Wenna lakukan. Itu sebabnya keluarga Lucionis memutuskan hubungan dengannya secara diam-diam.
Tapi, Wenna beruntung. Ia berhasil menggaet pria kaya dan tampan seperti Alaric untuk memenuhi gaya hidupnya.