Baixar aplicativo
50% Ketika CEO Tampan Jatuh Cinta / Chapter 3: Bercanda Yang Keterlaluan

Capítulo 3: Bercanda Yang Keterlaluan

" Jadi, mau Anda bagaimana, Bu?" tanya David.

Wenna tersenyum puas, " buat ulang, saya mau steak yang baru. Dan pelayan tadi, turunkan jabatannya. Gak usah jadi pelayan lagi, gak becus!" sinis Wenna pada pelayan wanita bernama Ria tadi.

" Baik, saya akan membuatkan ulang pesanan Anda. Tapi masalah karyawan kami, mohon maaf. Itu urusan perusahaan kami, tidak bisa diganggu gugat oleh pihak mana pun " balas David dengan nada tegas. Alaric mengangguk samar, setuju dengan ucapan David—rekan kerja samanya.

Meskipun tamu, tetap saja tidak berhak ikut campur masalah karyawan restoran ini.

" Dih, katanya restoran elite tapi pelayanannya buruk " dengus Wenna.

" Ya udah, secepatnya buat steak baru untuk saya. Karena saya baik hati, kali ini saya maafkan tingkah kurang didikan pelayan itu " lanjutnya sambil menunjuk Ria.

" Baiklah. Kalau begitu saya akan menyiapkan menu Anda secara khusus dan mengantarkannya pada Anda secara langsung setelah selesai " ujar David lalu melangkah pergi.

" Maaf, Bu. Terima kasih, " lirih Ria. Ia bingung apa salahnya, tapi sebagai karyawan meminta maaf adalah cara terbaik untuk menyelesaikan masalah.

" Udah, sana. Muak lihat muka kamu," usir Wenna sambil mengibaskan tangannya.

Setelah pelayan dan si Chef pergi, Wenna tertawa pelan.

" Seru banget Al, kamu lihat gak muka ketakutan si pelayan tadi? Susah ya hidup jadi orang miskin, baru di bercandain dikit aja udah takut sampai mau nangis pucat gitu mukanya " kekeh Wenna.

Alis kanan Alaric terangkat, " maksud kamu? Dibercandain sedikit?" Jadi kamu itu tadi bercanda?" tanya Alaric.

" Iya dong, steaknya enak kok. Cuma aku gak suka aja lihat pelayan tadi, muka miskinnya gak cocok untuk kerja di tempat kayak gini. Makanya aku pikir bisa buat dia dipecat biar gak ngerusak pemandangan, eh tapi karena aku baik hati dan kasihan lihat dia. Ya udah deh, aku maafin aja " jawab Wenna sambil terus tertawa senang. Ia memang sangat senang menindas orang lain yang lebih lemah darinya.

CURRRR

Tawa Wenna terhenti ketika cairan berwarna hijau yang sedikit lengket dan kental mengalir di rambut dan wajahnya, " APA-APAAN LO, GEMBEL?!" bentak Wenna pada gadis gembel yang tadi ia sebut lantaran menyiramkan jus alpukat padanya.

" Oh, Tante.. Namaku bukan gembel, tapi Aika " cengir gadis muda itu.

Alaric hampir saja tertawa ketika mendengar Wenna dipanggil Tante, berani sekali gadis itu, pikirnya.

" Persetan sama nama lo! Kenapa lo siram gue?" tanya Wenna sambil berdiri menatap gadis yang lebih pendek darinya itu.

" Biar otak Tante bersih, soalnya tadi aku kira otak Tante itu rusak, kotor, atau busuk. Seumur hidup saya selama 18 tahun, baru kali ini lihat dan dengar secara langsung ada orang sejahat ini " balas Aika dengan nada berani, ia sama sekali tidak takut.

Lagi-lagi, tamu restoran itu menatap ke arah Wenna. Penampilan Wenna yang biasanya anggun itu kini tampak kacau dengan jus alpukat yang menetes terus dari rambutnya.

" Jahat? Sembarangan lo, anak kecil. Atas dasar apa lo bilang gue jahat, hah?! " geram Wenna. Tangannya meraih tissue yang Alaric sodorkan untuk membersihkan dirinya.

Sedikit banyak, Wenna kesal pada Alaric yang hanya diam saja di saat ia diserang anak kecil seperti ini. Sayangnya, Alaric tidak peduli. Ia justru menikmati tontonan seru di depannya dengan tenang.

" Tante kan jahat, masa cuma karena alasan muka orang kelihatan miskin dia jadi gak boleh kerja? Bercanda Tante bilang? NGOTAK DONG TANTE! Jangan muka sama badan aja yang dipermak terus, itu otak juga dibenerin. Bagi Tante itu bercanda, tapi bagi pelayan tadi? Kalau dia beneran dipecat karena ulah Tante gimana? Lagian pesanan yang datang juga semua sesuai pesanan Tante kok, jangan buat keributan dan nyalahin orang yang gak salah. Dasar Tante lampirrr!" omel Aika dengan nada menggebu-gebu. Dengan tenaga kuat ia menusukkan pisau steak itu ke daging steak milik Wenna, " Tante bilang orang miskin? Terus Tante apa? Masa ini steak medium dibilang merah banget, keras, pernah makan steak gak sih Tan?" ejek Aika.

PLAKKK

Wenna melayangkan tamparan pada Aika—si gadis gembel yang tadi sempat mencuri perhatian orang-orang darinya. Nafas Wenna memburu, dadanya naik turun karena terlalu kesal dengan gadis kecil ini.

" Heh, bocah! Jangan kurang ajar lo! Tau gak lo berurusan sama siapa? Gue ini Wenna Lucionis!" teriak Wenna emosi.

Aika memegangi pipi kirinya yang tertampar, seringaian mengejek tersungging dibibir tipisnya, " siapa itu Wenna Lucionis? Gak kenal. "

Wah, bukan main gadis ini. Alaric ingin mengacungi jempol karena selama setahun lebih ia bersama Wenna, baru kali ini ada wanita yang berani melawan Wenna. Biasanya, para wanita selalu takut atau mundur karena tidak ingin membuat masalah pada Wenna.

" Yang aku tau, di depanku ini cuma ada Tante Lampir yang bercandain pekerjaan orang supaya dipecat cuma karena mukanya kelihatan muka miskin. Jahat " cibir Aika.

" Wenna Lucionis? Berarti anaknya Dio Lucionis si pianis terkenal itu kan? Dengar-dengar dia juga jadi model, tapi kok attitude nya gak ada?" cibir beberapa orang.

Dua orang dewasa yang duduk semeja dengan Aika tadi menarik gadis itu, " Aika, udah. Jangan berurusan sama orang kayak dia, ribet nanti " ujar Amina—wanita usia tiga puluhan yang merupakan rekan kerja Aika.

" Nah, dengar itu kata temen lo. Jangan cari gara-gara sama gue, meskipun lo habisin semua harta lo buat membela diri nanti gak akan cukup kalau udah berurusan sama gue " hardik Wenna menakut-nakuti Aika.

" Duhh... Takut, "

" Tante pikir aku bakal bilang gitu kan?" kekeh Aika. Ia melangkah maju mendekatkan tubuhnya pada Wenna.

" Sama-sama manusia gak usah sombong, Tante " desis gadis itu.

" Terus mau lo apa?" tanya Wenna. Rasa semangat Wenna untuk melawan gadis ini semakin besar, baru kali ini ada orang yang berani melawannya. Pasti seru, jika membully gadis seperti Aika menurutnya.

" Mbak, " panggil Aika pada Ria—pelayan yang tadi Wenna fitnah.

" Ada yang bisa saya bantu, Bu?" tanya Ria sopan, matanya melirik Wenna takut-takut.

" Minta maaf, Tante " perintah Aika sambil merangkul Ria.

" Hah? Apa kata lo, bocah?" ulang Wenna memastikan pendengarannya.

" Minta maaf, ke Mbak ini yang udah Tante fitnah " tegas Aika.

Wenna tertawa lebar, tak menyangka ada orang yang berani menyuruhnya meminta maaf. Wenna Lucionis tidak akan pernah meminta maaf, sampai kapanpun.

Alaric tersenyum tipis, drama di depannya sungguh seru.

" Tante gak mau?" tanya Aika sambil menyeringai.

" Gak. Gue gak akan minta maaf ke siapapun, enak aja. Kalian ini orang miskin gak pantas dapat maaf dari gue, harusnya kalian yang sujud di kaki buat minta maaf karena udah kurang ajar" jawab Wenna sambil bersedekap dada. Ia tak sabar melihat Aika, si gadis gembel angkuh itu meminta maaf sambil bersujud di kakinya.

" Gak cuma sama dia, sama aku juga. Tante nampar aku loh tadi, saksinya banyak " lontar Aika.

" Gak akan, " tolak Wenna lagi.

David berjalan menuju Wenna sambil membawakan steak baru untuk wanita itu, sedikit banyak ia sudah tau apa yang terjadi antara gadis bernama Aika ini dengan Wenna.

" Om koki, restoran ini ada CCTV nya?" tanya Aika.

Merasa ditanya, David pun menoleh pada gadis itu.

" Ada, banyak. Buat apa?" tanya David.

" Buat sebar video Tante ini, yang katanya Wenna Lucionis model terkenal buat keributan di restoran dan nampar anak kecil. Habis itu aku laporin polisi, biar viral " terang Aika.

Tangan Wenna mengepal, ia baru sadar bahwa dirinya ini publik figur.


next chapter
Load failed, please RETRY

Status de energia semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Pedra de Poder

Capítulos de desbloqueio em lote

Índice

Opções de exibição

Fundo

Fonte

Tamanho

Comentários do capítulo

Escreva uma avaliação Status de leitura: C3
Falha ao postar. Tente novamente
  • Qualidade de Escrita
  • Estabilidade das atualizações
  • Desenvolvimento de Histórias
  • Design de Personagens
  • Antecedentes do mundo

O escore total 0.0

Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
Vote com Power Stone
Rank NO.-- Ranking de Potência
Stone -- Pedra de Poder
Denunciar conteúdo impróprio
Dica de erro

Denunciar abuso

Comentários do parágrafo

Login