Baixar aplicativo
5.88% Kekasih Brengsekku / Chapter 14: 14. Traktiran dari Rey

Capítulo 14: 14. Traktiran dari Rey

Bel istirahat pertama terdengar menggema ke seluruh penjuru sekolah. Semua murid beramai- ramai menuju kantin sekolah untuk segera mengisi perut mereka. Ada juga beberapa siswa yang memilih nongkrong di beberapa sudut sekolah. Sekedar melepas penat sesaat, setelah otak mereka diisi mata pelajaran.

"Pergi ke kantin bareng kami." tandas Rey.

"Aku tidak terlalu lapar, kau saja yang pergi" tolak Audy.

"Temani aku makan." desak Rey.

"Tapi..."

"Tidak ada bantahan, my baby girl!" potong Rey cepat.

Tangan kanan pemuda itu melingkar erat pada pinggang ramping milik Audy. Ia sengaja menahan tubuh gadis itu agar tidak dapat melarikan diri dengan beribu alasan. Rey sengaja memperlihatkan hubungannya bersama Audy secara publik. Supaya tidak ada seorang pun yang berani berpikir untuk memiliki gadis tersebut.

Wyne beranjak dari kursi dan berjalan menghampiri sahabatnya. Gadis itu dapat melihat ketidaknyamanan pada diri sahabatnya. Namun, tidak ada yang bisa ia lakukan. Audy harus bersikap tegas apabila merasa tidak nyaman dengan keberadaan Rey disisinya.

"Kau bisa ke kantin bersama, aku akan mentraktirmu makan sepuasnya untuk merayakan kebersamaan kami." terang Rey dengan tidak tahu malu.

"Ah! Terima kasih." sahut Wyne sambil tersenyum paksa.

Kemudian Rey segera menarik pelan gadis di sebelahnya. Ia berjalan melewati Wyne sambil membawa Audy pergi. Lalu anggota the prince's lain mulai mengikuti pasangan tersebut dari belakang. Sebuah tangan menjulur ke depan menarik lengan Wyne.

Hal itu membuat gadis tersebut terkejut. Ia segera menoleh kearah si pelaku. Namun, sebelum ia mengeluarkan serangkaian keluhan. Marco lebih dulu menyeret tubuh Wyne supaya bergegas mengikuti Rey dan Audy. Sekuat tenaga gadis itu mengelak agar cengkeraman Marco terlepas dari lengannya. Akan tetapi, sekali lagi ia harus mengakui kekuatan pria itu.

"Lepas! Aku bisa berjalan sendiri!" desis Wyne merasa kesal.

"Tidak! Nanti kau bisa tersesat." jawab Marco seenaknya.

Akhirnya Wyne mengalah, karena ia menyadari usaha yang dilakukannya sia- sia saja. Ia mengalihkan pandangan matanya kearah lain dan menghembuskan nafas dengan kasar. Disisi lain, Marco tersenyum penuh kemenangan. Cengkeraman tangan pemuda itu perlahan mengendur, berubah menjadi bertautan.

Sesampainya di kantin, Rey membawa Audy ke sebuah meja kosong tanpa penghuni. Kedekatan keduanya telah menjadi berita panas selama beberapa hari ini. Membuat semua orang yang melihatnya menjadi iri. Bahkan segelintir orang secara terang- terangan memberi tatapan tidak suka dan mengatakan hubungan pasangan itu tidak akan bertahan lama.

Namun, Rey bersikap tidak peduli pada berita yang beredar di sekitar. Ia menikmati setiap moment kebersamaannya dengan Audy. Akan tetapi, iblis dalam diri pemuda tersebut terus memberontak. Berusaha membangkitkan hasrat seorang Rey untuk mencicipi kenikmatan duniawi.

Peraturan di kantin sekolah mengharuskan para siswanya mengantre terlebih dahulu. Mereka diminta mengambil peralatan makan yang tersedia. Kemudian satu- persatu berjalan mendatangi meja prasmanan untuk mengambil sendiri makanan kesukaan mereka. Namun, berbeda dengan Rey dan anggota the prince's. Seorang pelayan kantin bergegas datang menghampiri Rey.

Pelayan tersebut menyapa Rey dengan ramah seperti biasa. Lalu bersiap mengeluarkan sebuah pulpen serta note kecil untuk mencatat pesanan Rey dan kawan- kawannya. Pelayan itu dengan sabar melayani mereka semua.

"Mau pesan apa?" tanya Rey kepada Audy.

"Aku belum lapar." jawab Audy.

"Lasagna 2 dan orange juice 2." putus Rey kepada pelayan kantin tanpa menggubris jawaban dari Audy.

"Baik tuan muda." jawab pelayan itu dengan sopan.

Setelah itu anggota the prince's plus Wyne mulai menyebutkan pesanan mereka. Sebelum pergi untuk menyiapkan pesanan mereka semua. Pelayan kembali memeriksa catatannya. Supaya tidak terjadi kesalahan yang fatal.

"Pingky sudah sembuh, kapan mau diambil?" tanya Aland kepada saudari kembarnya.

"Ah! Benarkah?! Bagaimana kalau nanti sore, sehabis pulang sekolah?" sahut Audy dengan antusias.

"Oke!" balas Aland sambil menganggukkan kepala.

"Audy, pulang sekolah bersamaku." sela Rey singkat.

"Eh, tapi aku harus mengambil motor maticku." terang Audy.

"Aku akan menemanimu." putus Rey cepat.

"Tapi.."

"Tidak ada bantahan, dear." potong Rey tidak mau mengalah.

"Sejak kapan dia tidak boleh menolak permintaanmu? Dia memiliki hak! Dia bukan boneka barbie yang dapat kau mainkan sesuka hati." sanggah Aland tidak terima.

"Jangan terus melewati batasanmu, Land." desis Rey sambil mengeryitkan dahi merasa tidak suka.

"Aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan." elak Aland dengan mudahnya.

"Sepertinya kau sangat suka ikut campur." cibir Rey sambil tersenyum sinis.

"Jika hal tersebut ada hubungannya dengan Audy, jelas aku akan ikut campur!" tandas Aland santai.

Kedua pemuda itu saling memberi tatapan tajam. Tidak ada satupun yang mau mengalah. Suasana di meja tersebut berubah menjadi tegang. Semua orang menunggu dengan waspada.

Beberapa menit kemudian, dua orang pelayan mendorong troli berisi seluruh pesanan mereka. Setelah berhenti dan berada disisi meja. Dua pelayan tersebut menghidangkan makanan yang berada diatas troli ke atas meja kayu.

"Silakan menikmati hidangannya, apabila perlu sesuatu jangan sungkan untuk memanggil saya." ucap salah satu pelayan sebelum pergi.

Dengan ekspresi dingin Rey melambaikan salah satu tangannya sebagai tanda, agar pelayan tersebut segera pergi dari hadapannya. Suasana di meja itu kembali berubah sunyi mencekam. Audy mulai merasa bosan melihat Rey dan Aland bersitegang.

"Bisakah kalian berhenti saling menatap? Orang lain nanti akan salah paham! Jangan merusak nafsu makanku yang telah susah payah kubangun!" desah Audy setenang mungkin.

"Huft!"

Mendengar perkataan Audy, Aland dan Rey memutuskan untuk mengalihkan pandangan mereka kearah lain. Kedua pemuda itu serempak mendengus, karena mereka memahami maksud dari perkataan Audy. Seketika, suasana kembali normal saat suara tawa Marco dan Jason terdengar.

Audy memilih menikmati makanannya. Mengisi perutnya yang terasa lapar. Ia melirik sejenak kearah sahabatnya. Masih tampak kekesalan di wajah cantik Wyne. Ia cukup tahu pelaku yang membuat mood sahabatnya memburuk.

"Kita ke bengkel besok saja, Land" putus Audy.

"Loh kok besok? Tadi bilang mau diambil sore ini?" tanya Aland tak terima.

"Aku baru ingat, Masih ada yang mau kubahas dengan Rey." terang Audy sambil menatap saudara kembarnya.

"Huft, Baiklah!" balas Aland dengan tidak suka.

Pemuda yang berada disisi Audy segera menatap kearahnya. Walaupun ia sudah menebak dan tidak suka dengan topik pembahasan nanti. Rey tidak menunjukkan ekspresi apapun. Disisi lain, Audy berusaha menenangkan degup jantungnya.

Perasaan cemas kembali dirasakan oleh Audy. Ia berharap kekasihnya mau mengerti dirinya. Namun, gadis itu tidak tahu apa yang akan menanti dirinya. Senyum seringai tersemat di bibir Rey tanpa seorangpun menyadarinya.

Entah mengapa Audy merasa bulu kuduknya meremang. Tangan kanan gadis itu terangkat untuk mengusap tengkuknya perlahan. Kemudian ia mendongak ke atas menatap kearah kekasihnya. Akan tetapi, hasilnya nihil karena Rey telah menormalkan ekspresi wajahnya tanpa sepengetahuan Audy.


PENSAMENTOS DOS CRIADORES
lusy_gunadi lusy_gunadi

Berikan cinta kalian dengan menekan vote dan love pada tag yaa.. Terima kasih

next chapter
Load failed, please RETRY

Presentes

Presente -- Presente recebido

    Status de energia semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Pedra de Poder

    Capítulos de desbloqueio em lote

    Índice

    Opções de exibição

    Fundo

    Fonte

    Tamanho

    Comentários do capítulo

    Escreva uma avaliação Status de leitura: C14
    Falha ao postar. Tente novamente
    • Qualidade de Escrita
    • Estabilidade das atualizações
    • Desenvolvimento de Histórias
    • Design de Personagens
    • Antecedentes do mundo

    O escore total 0.0

    Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
    Vote com Power Stone
    Rank NO.-- Ranking de Potência
    Stone -- Pedra de Poder
    Denunciar conteúdo impróprio
    Dica de erro

    Denunciar abuso

    Comentários do parágrafo

    Login