Baixar aplicativo
7.31% Kannoya Academy / Chapter 32: The real lion

Capítulo 32: The real lion

"Yang lainnya di mana ya?" Tanya Ardolph.

"Semoga aku bisa bertemu dengan seseorang di sini." Pikir Ardolph.

Sambil menggaruk-garuk rambutnya yang berwarna coklat tua itu, ia pun melihat ke arah langit.

"Apa itu? Burung?" Tanya Ardolph.

Ia melihat ada 3 burung besar datang kepadanya.

"Burung macam apa ini? Mengaa sebesar manusia?" Tanyanya heran.

"Hehehe.. kau tak perlu bingung." Kata seorang burung itu.

"Hah? Burung bisa berbicara?" Kejut Ardolph.

"Hey, jangan mengejek kami ya, petok!" Kata seorang burung lainnya.

"P-petok? Ayam bisa terbang?" Tanya Ardolph.

"Jangan meremehkan kami ya." Kata burung lainnya.

"Aduh, berurusan dengan burung-burung ini susah sekali." Kata Ardolph.

"Hoo begitu ya! Ayo! Kita bertarung! Pasti akan lebih mudah nantinya!" Kata salah seorang burung itu.

"Hey kalian! Apakah kalian ini berani melawan seekor serigala?"

"Siapa itu?" Tanya Ardolph.

"Grrrr... lebih baik kalian urus yang lain saja!"

"Ah.. tuan singa! Maafkan kami!" Kata mereka sambil terbang pergi.

Singa itu segera menampakkan diri.

"Lama tak jumpa, Ardolph. Rupanya kamu sudah berubah ya?" Tanya singa itu.

Ardolph ternganga. Ia tak bisa berkata apa-apa.

"Kenapa begitu terkejut Ardolph? Apakah karena aku ini seekor singa?" Tanya singa itu.

"T-tak mungkin, K-Kito!" Kata Ardolph.

"Hm.. hm.. hm.. rupanya kamu masih mengingatku!" Kata Kito sambil merangkak maju.

"M-mengapa kamu berubah menjadi seekor singa?" Tanya Ardolph.

"Justru aku yang seharusnya bertanya, mengapa kamu tidak berubah menjadi seekor serigala?" Tanya Kito.

"Aku sudah melenyapkannya!" Kata Ardolph.

"Huh? Mengapa?" Tanya Kito.

"Itu jelas-jelas sihir parasit yang hidup di dalam tubuh kita!" Kata Ardolph.

"Padahal kita sudah sepikiran waktu kita kecil, sihir parasit itu tidak ada!" Kata Kito.

"Tidak, itu benar-benar ada! Buktinya kamu!" Kata Ardolph.

"Aku? Kenapa? Katanya sihir parasit itu melemahkan seseorang. Tetapi aku ini menjadi lebih kuat!" Kata Kito sambil meraung dan mendorong Ardolph hingga terjatuh.

"Ah.. Kito! Ada apa denganmu?" Tanya Ardolph.

"Aku yang harusnya bertanya, ADA APA DENGANMU? DENGAN SIHIR SERIGALAMU YANG HEBAT? SIHIR SERIGALA TANAH, YANG BISA MEMBUNUH BANYAK ORANG DALAM SEKALI SERANG? MENGAPA KAMU TIDAK MEMANFAATKAN HAL ITU?" Tanya Kito sambil berdiri di atas Ardolph.

"Memanfaatkannya untuk apa? Aku tidak perlu sihir seperti itu! Aku hanya butuh.. teman! Sudah, teman saja, maka aku akan menjadi lebih kuat!" Kata Ardolph.

"Oh ya? Coba kalau begitu!" Kata Kito sambil mencakar Ardolph. Tubuh Ardolph yang tercakar itu segera terbakar. Ardolph berusaha untuk memadamkan api itu.

"Lihat, kamu saja kesusahan untuk memadamkan api itu!" Kata Kito.

"Kito! Lebih baik jika kamu mengusir sihir parasit yang ada di dalam tubuhmu itu! Sekarang juga!" Kata Ardolph.

"Mengusirnya? Mengapa aku harus mengusirnya? Aku justru bertambah kuat seratus kali lipat! Lihat! Lihat!" Kata Kito sambil meraung ke arah Ardolph, sebuah raungan api pun keluar dari mulut Kito.

"Mengapa aku harus mengusirnya?" Tanya Kito.

"Kito! Kumohon!" Kata Ardolph.

"Mengapa kamu memohon begitu? Apakah kamu takut padaku?" Tanya Kito sambil mencakar Ardolph lagi.

"Mengapa aku harus mengusirnya? Dengan ini aku akan berkuasa atas semua sihir! Aku akan jadi lebih kuat lagi setiap harinya!" Kata Kito sambil menyerang Ardolph.

"Kito! Kamu meliar!" Kata Ardolph.

"Meliar adalah hal yang bagus! Aku akan lebih meliar lagi! Aku akan menguasai seluruh dunia ini! Aku akan menjadi segalanya!" Kata Kito sambil tertawa.

"Kito! Jangan!" Kata Ardolph.

"Jangan apa? Apakah kamu ingin menghalangiku untuk menjadi penguasa?" Tanya Kito sambil menginjak tubuh Ardolph.

"Meskipun kamu menghalangiku, aku tetap akan berkuasa! Hahaha-" kata Kito yang terpotong seketika tanpa ia sadari.

Ardolph melihat ke arah Kito. Perut kito tertebas. Rupanya tubuh Kito terbelah menjadi dua.

Ardolph pun terkejut.

"K-kito?" Tanya Ardolph.


next chapter

Capítulo 33: What the queen's want

Kito pun terjatuh. Tubuh yang sebelah sini terjatuh di sebelah sini dan tubuh yang satu di sisi lainnya.

Ardolph tak bisa berkata apa-apa. Ia masih terkejut akan semua kejadian itu. Saat tubuh itu terjatuh, dilihatnya Yukina berdiri di sana. Muka Yukina juga terkejut. Sepertinya mereka berdua terkejut.

"Y-yukina.." kata Ardolph.

"Ardolph. Kau baik-baik saja?" Tanya Yukina.

Ardolph tertunduk. Ia melihat ke arah mayat Kito.

"M-maafkan aku.. aku sepertinya.. berlebihan lagi." Kata Yukina merasa sangat bersalah.

"Tidak apa-apa. Aku sudah memperingatkan Kito, tetapi ia tidak mau dengar." Kata Ardolph santai.

Yukina masih merasa bersalah. Ia tertunduk, hendak menangis.

Ardolph meletakkan tangannya di atas kepala Yukina. Rambut merahnya nan halus itu dibelainya dengan belaian lembut.

"Tenang saja. Ini bukan salahmu." Kata Ardolph.

Akhirnya, mereka memutuskan untuk mencari yang lainnya.

"Ayo kak Rheinalth! Jangan lesu begitu!" Kata Mira.

Rheinalth sudah merasa sangat lelah dan kesakitan, tetapi Mira rupanya tidak mau berhenti.

"Oh, ya sudah kalau sudah tidak bisa apa-apa lagi. Aku akhiri saja!" Kata Mira.

Saat Mira hendak mendekat, ia mendengar suara seorang laki-laki yang berkata,

"Hentikan!"

Lelaki itu melemparkan pisau yang dibawa oleh Mira.

"D-Denzel." Kata Rheinalth lemas.

Denzel menyerang Mira, tetapi Mira menghilang. Mira menusuk Denzel 15 kali dalam 5 detik. Denzel terluka parah.

"Astaga, kakak-kakak ini rupanya orang-orang yang lemah! Sudah aku akhiri saja!" Kata Mira.

Tetapi secara tiba-tiba Mira tidak bisa menggerakkan tubuhnya.

"A-apa ini?" Tanya Mira.

"Mira." Kata Junko lembut.

"Kak Junko ada apa?" Tanya Mira.

"Jangan pernah sakiti mereka." Kata Junko.

"Ada apa kak Junko? Kamu tidak seperti biasanya, kejam dan tidak kenal belas kasih." Kata Mira.

"Pokoknya jangan sakiti mereka atau kamu yang akan kujadikan koleksi darahku selanjutnya." Kata Junko mengancam.

"Yah.. kakak.. tak usah bilang seperti itu saja Mira sudah takut.. sudah, Mira tidak bakal menyakiti mereka." Kata Mira.

Akhirnya Junko melepaskan Mira.

"Kak Junko aneh, sebenarnya ada apa sih?" Tanya Mira.

"Ada suatu hal yang serius yang baru aku sadari." Kata Junko.

"Apa itu? Kalau pak bos sudah menemui ratu kan sudah beres semua?" Tanya Mira.

"Justru itu. Kita bisa saja dalam masalah." Kata Junko.

"Kok bisa sih kak?" Tanya Mira.

"Apakah tujuan pak bos untuk membangkitkan sang ratu?" Tanya Junko.

"Hm.. untuk menguasai dunia?" Tanya Mira.

"Justru jika kita membangkitkan sang ratu, dunia ini akan hancur dan kita pun akan menjadi santapan kecilnya." Kata Junko.

"Hiih! Kok kak Junko bisa tahu?" Tanya Mira.

"Tentu saja, karena sang ratu itu lebih menghendaki kehancuran daripada penguasaan." Kata Junko.

"Aku tahu dari sampel darahnya." Kata Junko.

"Ooh, jadi begitu. Sekarang kita harus apa?" Tanya Mira.

"Kalau bisa kita harus menghentikannya." Kata Junko.

"Bagaimana caranya?" Tanya Mira.

"Kita harus mencarinya sekarang!" Kata Junko.

"Bagaimana dengan mereka?" Tanya Mira.

Junko segera mengeluarkan sihirnya,

"Blood healing." Kata Junko.

Semua luka Denzel dan Rheinalth pun pulih dalam sekejap.

"Kita harus segera mencari dia!" Kata Junko.

"Siapa?" Tanya Denzel.

"Dia adalah Ermin!" Kata Rheinalth.

"Kamu tahu darimana?" Tanya Denzel.

"Tentu dari bocah itu." Kata Rheinalth.

"Hiiih! Aku bukan bocah!" Kata Mira.

"Sudahlah! Aku dan Mira akan lewat sini, sementara kalian lewat sana. Denzel, berikanlah kepadaku hologram komunikasimu agar kita bisa tahu di mana dia." Kata Junko.

"Baiklah." Kata Denzel.

Lalu Denzel memberikan hologram komunikasinya di depan mata kanan Junko, seperti kacamata dari hologram.

"Dan jangan lupa." Kata Junko.

"Apa?" Tanya Denzel.

"Berikan kepadaku sebuah cintamu nan tulus! Bye bye!" Kata Junko sambil meninggalkan Denzel.

"Iiih! Junkooo!" Kata Denzel, mukanya merah sekali.

" Oh jadi begitu. Kamu sudah punya pacar." Kata Rheinalth.

"B-bukan!" Kata Denzel.

"Ohoo.. mukamu merah." Kata Rheinalth.

"Sudahlah, ayo pergi!" Kata Denzel.

"Huhuhu Denzel, kamu ini tidak mau mengaku ya?" Kata Rheinalth tersenyum nakal.

"Rheinalth!!!" Teriak Denzel dengan mukanya yang tersipu-sipu itu.


Load failed, please RETRY

Status de energia semanal

Capítulos de desbloqueio em lote

Índice

Opções de exibição

Fundo

Fonte

Tamanho

Comentários do capítulo

Escreva uma avaliação Status de leitura: C32
Falha ao postar. Tente novamente
  • Qualidade de Escrita
  • Estabilidade das atualizações
  • Desenvolvimento de Histórias
  • Design de Personagens
  • Antecedentes do mundo

O escore total 0.0

Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
Vote com Power Stone
Rank 200+ Ranking de Potência
Stone 0 Pedra de Poder
Denunciar conteúdo impróprio
Dica de erro

Denunciar abuso

Comentários do parágrafo

Login

tip Comentário de parágrafo

O comentário de parágrafo agora está disponível na Web! Passe o mouse sobre qualquer parágrafo e clique no ícone para adicionar seu comentário.

Além disso, você sempre pode desativá-lo/ativá-lo em Configurações.

Entendi