Junko merasa kesakitan. Ia pun terjatuh berlutut.
"Benar-benar... sakit.." pikir Junko.
"Sel darah putih seharusnya untuk melawan penyakit, tetapi.. dia bisa mengubahnya untuk merenyang diri sendiri.. dia juga kuat.." pikir Junko.
Junko berkata kepada Zuko,
"Zuko, kamu bersembunyilah. Disini sangat berbahaya."
Tetapi jawab Zuko,
"Aku tidak akan bersembunyi."
"Setindaknya, aku harus membantu kakak!" Kata Zuko.
Zuko berkata sambil merentangkan tangannya pada Junko,
"Regeneration Cells!"
"Ini.. sedikit percuma, tetapi.. terimakasih." Kata Junko.
Junko berdiri lagi.
"Dengan begini, aku bisa membuat senjata lain dengan darah ini." Kata Junko.
Ia mulai membuat sebuah pedang yang panjang.
"Magic eater." Kata Junko.
Seketika itu juga, pedang itu dilapisi oleh sihir 'magic eater'.
"Zeko, lakukanlah sesuatu!"
"Um.. white blood cell attacks!" Kata Zeko.
Tiba-tiba, kaki Junko tidak merasakan apapun. Junko terjatuh dengan sendirinya.
"Bagus, Zeko."
"Kakak! Apa yang kau lakukan?" Jerit Zuko.
"Aku.. membuat sel darah putihnya menggerogoti sel otot kakinya." Jawab Zeko.
"Kakiku.. tidak terasa.." kata Junko yang berusaha untuk berdiri.
"Cell regeneration!" Teriak Zuko.
"Zuko.. ini sedikit percuma.. karena jika engkau memakai jurus itu, maka sel darah putihku juga bertambah banyak.. tetapi, terimakasih atas perjuanganmu." Kata Junko.
Junko masih tidak bisa berdiri. Ia membuat reruntuhan di sekitarnya menjadi tumpuan untuknya berdiri.
"Sel otot.. juga sel sarafku digerogoti.." pikir Junko.
"Sekarang.. apakah aku hanya bisa seperti ini?" Pikir Junko.
Zeko mulai mengeluarkan jurusnya yang sama pada tangan Junko. Junko spontan terjatuh.
"Jika ia menggunakan jurus itu pada kepalaku, mungkin aku akan mati.." pikir Junko.
"Bagus Zeko. Sekarang, kau tahu harus apa kan?"
Zeko hanya mengangguk. Ia mengeluarkan sebuah pisau.
"Kakak! Jangan! JANGAN!" Tangis Zuko.
"Apakah... sampai disini saja...?" Pikir Junko.
"Aku sudah tidak bisa bergerak lagi.. apakah aku akan mati?" Pikir Junko.
"Denzel.. Zuko.. Zeko.. semuanya.. maafkan.." kata Junko dalam hati.
"Tetapi.. aku tidak mau jika berakhir seperti ini.. aku masih ingin bertemu dengan Denzel sayangku. Aku masih ingin melihat Katsumi dan sedikit berbincang dengannya. Aku masih ingin.. melihat Yukina dengan muka dinginnya itu.. tetapi dengan muka dinginnya itu, ia bisa memberikan kesan polos yang sangat manis... aku masih ingin.. hidup.." pikir Junko. Air mata mulai mengalir jatuh dari matanya.
Zeko sudah sangat dekat. Ia hendak menusuk Junko tepat di jantungnya.
Zuko segera berlari dan menahan kakaknya itu,
"JANGAN KAKAK! KUMOHON! DEMI AKU, IBU, DAN AYAH!"
Zeko tetap berusaha melawan adiknya itu,
"Menyingkirlah, Zuko! Aku tidak ingin kau terluka! Biarkan aku melakukan tugasku!"
Junko memejamkan mata tanda pasrah.
Di dalam pikiran Junko.
"Junko.."
"Eh? Denzelku?" Tanya Junko terkejut.
"Kau adalah pengguna sihir darah kan?"
"Tentu saja." Jawab Junko sedikit bangga.
"Apakah sel termasuk darah?"
"Pertanyaanmu sedikit konyol, Denzelku. Darah adalah sumber kehidupan manusia, dan di dalam darah terdapat sel." Jawab Junko.
Di dalam pikirannya itu, Denzel tersenyum pada Junko.
"Eeh? WAAA~MANISNYA SENYUMMU, OO DENZEL SAYANGKU~" Kata Junko yang sedikit lepas kendali.
"Terimakasih. Apakah kau menyadari perkataanmu?" Tanya Denzel.
"Tentu saja." Jawab Junko.
"Bukan, yang sebelumnya." Kata Denzel.
"Yang mana?" Tanya Junko.
"Di dalam darah terdapat sel." Jawab Denzel.
"Di dalam darah terdapat sel?" Tanya Junko tak paham.
"Ya. Coba pikirkan. Di dalam darah terdapat sel." Kata Denzel.
Junko pun berpikir.
"Aku.. belum mengerti.." kata Junko.
Denzel tersenyum,
"Baiklah, aku pergi dulu. Mungkin aku sedikit mengganggu konsentrasimu. Daah." Kata Denzel. Lalu Denzel menghilang.
"Eeh? EEH? TUNGGU! DENZELKUU~~" Jerit Junko.
Junko masih memikirkan hal itu.
"Di dalam darah terdapat sel.. di dalam darah terdapat sel.. di dalam darah terdapat sel.."
Akhirnya ia paham.
Junko kembali membuka matanya.
Zeko sudah hampir menusuk dada Junko, tetapi dengan sangat cepatnya Junko menangkis tusukan Zeko dengan pedang darahnya itu.
"Bagaimana... bisa.. ia bergerak?" Kejut Zeko.
Junko berdiri dengan mudahnya.
"Maaf, tapi.. aku adalah pengendali sihir darah. Di dalam darah terdapat sel. Dan yang kau gunakan untuk menyerangku kebetulan adalah sel darah. Jadi, maaf, darahku adalah milikku, seluruh tubuh ini adalah milikku. Seseorang tidak boleh mempermainkan tubuhku ini dengan cara apapun." Kata Junko.
Yukina mendapatkan sebuah rasa yang berbeda.
"Ada seseorang yang belum pernah kurasakan sihirnya sebelumnya.." kata Yukina.
"Eeh.. maksudnya?" Tanya Aerum.
"Hm.. aku kurang mengerti, tetapi.. ada sebuah rasa yang berbeda.." kata Yukina.
*ya, penyihir angin bisa merasakan hawa di sekitar mereka, jadi mereka bisa merasakan seseorang dengan hawa sihirnya.
"Ada seseorang yang paling kuat. Dan dia berada sangat jauh." Kata Yukina.
"Siapa?" Tanya Aerum.
"Aku.. tidak tahu.. tetapi, sepertinya ia adalah dalang dalam semua hal ini." Kata Yukina.
"Baiklah, kalau begitu.. kenapa kau tak datangi saja?" Tanya Aerum.
"Bagaimana dengan kalian?" Tanya Yukina.
Aerum tersenyum,
"Kita akan baik-baik saja, kita berjanji kita akan kembali."
Yukina pun membalas tersenyum kecil.
"Baiklah.." kata Yukina.
"Ke arah mana? Aku akan melontarkanmu." Kata Amiko.
Yukina tidak sadar jika yang berbicara padanya adalah Amiko, jadi ia berkata,
"Ke arah atas, mata angin Selatan."
"Yoosh! Bersiaplah!" Kata Amiko.
"Eeh? Tunggu! Apa?!" Kejut Yukina.
Tetapi terlambat, Amiko sudah melontarkan Yukina ke arah yang ia bicarakan tadi.
"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH" Jeritnya.
"Sekarang ini baru adil." Kata Amiko.
Jaxon tersenyum sombong.
"Baiklah, Amiko, kita mulai!" Kata Jaxon.
Você também pode gostar
Comentário de parágrafo
O comentário de parágrafo agora está disponível na Web! Passe o mouse sobre qualquer parágrafo e clique no ícone para adicionar seu comentário.
Além disso, você sempre pode desativá-lo/ativá-lo em Configurações.
Entendi