Amiko dan Jaxon akhirnya kembali.
"Ada apa di sana?" Tanya salah satu orang itu.
"Tidak ada apa-apa, hanya kristal biasa." Kata Jaxon.
"Sepertinya kamu adalah ahli portal, cobalah buat sebuah portal keluar." Kata seorang anak kecil.
Jaxon mencoba, tetapi tidak bisa.
"Tidak bisa, sihirku sudah dilupakan di luar sana." Kata Jaxon.
"Begitu...." kata anak itu sedih.
Langit tiba-tiba bergetar dan mengeluarkan darah.
"Apa? Apa ini?" Kejut anak itu.
Amiko dan Jaxon segera berlari ke arah pohon itu, di mana gadis kecil berambut putih duduk di sana.
"Kembalikanlah kami!" Teriak seorang lelaki.
Gadis itu hanya diam saja.
"Dasar!" Teriak lelaki itu, lalu lelaki itu memukuli gadis itu.
Langit semakin retak.
"Tunggu!" Teriak Amiko.
Tetapi lelaki itu tidak menghiraukan Amiko.
Jaxon berjalan dan menahan tangan lelaki itu.
"Hei! Lepaskan!" Teriak lelaki itu.
"Apa yang kamu pikirkan? Dengan begitu justru kita tidak akan bisa keluar dari tempat ini!" Kata Jaxon.
Amiko berjalan ke arah anak itu. Amiko menahan pendarahan di kepala gadis kecil itu yang sudah mengucurkan banyak sekali darah. Dari langit, darah sudah tidak mengeluarkan darah lagi.
Gadis itu hanya diam saja.
Amiko berlutut di atas kedua kakinya di depan gadis itu.
"Kamu Fany ya..." kata Amiko.
Gadis itu diam saja.
"Ya... kamu adalah Fany.. nama yang manis." Kata Amiko.
Gadis itu diam saja.
Amiko berpikir.
Amiko mencoba untuk memeluk gadis kecil itu.
"Kamu tidak ingat ini?" Tanya Amiko.
Gadis itu hanya diam.
Lalu Amiko mencoba untuk mengelus kepala gadis itu, tanpa disadari elusan tangan Amiko sangat mirip dengan elusan gadis berambut putih pada memori Forgotten. Gadis kecil itu bereaksi.
"Aaah... aaah... ah....?"
Semua orang terkejut, termasuk Amiko.
Amiko mencoba untuk mengelusnya lagi dengan cara yang sama, gadis kecil itu mulai sedikit bereaski, matanya tidak kosong lagi.
Jaxon berlutut di samping Amiko. Jaxon memeluk tubuh gadis kecil itu bersama dengan Amiko.
Gadis kecil itu meletakkan kepalanya di atas pundak Jaxon.
Amiko memeluk gadis kecil itu.
"Fany... namamu Fany..." kata Amiko.
"Fa... ny?" Tanya gadis kecil itu.
"Ya...." jawab Jaxon.
Amiko mengelus-elus gadis kecil itu lagi.
"Aku lupa, rasanya..." kata gadis kecil itu.
"Bagaimana kalau kita bantu untuk mengingatnya?" Tanya Jaxon.
Amiko mengelus-elus kepala gadis kecil itu lagi. Amiko menyentuh pipi kanannya.
Amiko tersenyum,
"Kamu sangat cantik, pasti ibumu senang." Kata Amiko.
"Siapa... ibuku?" Tanya gadis kecil itu.
"Mungkin kamu akan mengingatnya..." kata Jaxon.
Jaxon memeluk gadis kecil itu, lalu Amiko memeluknya juga. Gadis kecil itu memegang tangan mereka.
"Tangan...." kata gadis kecil itu.
Langit berubah menjadi Aurora yang indah, menggambarkan pelukan Amiko dan Jaxon dan juga pelukan dari seorang gadis berambut putih.
.
.
"Teman-temanmu juga pasti senang..." kata Jaxon.
"Teman-teman?" Tanya gadis kecil itu.
"Benar... teman-teman... siapapun itu..." kata Amiko.
Amiko mengelus pipi gadis kecil itu.
"Teman-teman...." kata gadis kecil itu.
Di bagian langit yang lainnya, muncul sebuah gambaran dari Aurora nan indah. Gambaran itu menggambarkan gadis kecil itu bersama dengan anak-anak lainnya, di sisi lainnya ada dua wanita memeluknya, 3 lelaki berdiri di samping-sampingnya, dan satu gadis berdiri di antara mereka semua, mereka terlihat berbahagia.
"Teman-teman....." kata gadis kecil itu.
Lalu di sisi lain, ada gambaran semua orang yang berada di sana.
.
.
"Fany... tidak ada yang melupakanmu.... meskipun kamu telah berkata aku lupa, tetapi sepertinya teman-temanmu tidak akan lupa.... lihatlah.... mereka tersenyum padamu." Kata Amiko sambil menunjukkan langit indah itu.
"Aku?" Tanya gadis kecil itu.
"Ya... tidak akan ada yang melupakanmu.... teman-temanmu akan selalu bersamamu." Kata Amiko.
"Bukannya tidak ada siapapun yang mengingatku? Hanya.... dua wanita itu... Rei dan Heartbreaker.." kata gadis kecil itu.
"Tidak hanya mereka.... mungkin teman-temanmu malu saat melihatmu karena kamu cantik. Mungkin kamu harus menyapanya terlebih dahulu." Kata Jaxon.
"Begitu...." kata gadis kecil.
Aurora lain muncul di atas langit, menggambarkan tentang dirinya yang berbahagia menggunakan seragam sekolah.
Tubuh gadis kecil itu bersinar. Karena terkejut Amiko dan Jaxon melepaskan pelukannya sementara.
Semua orang di sekitar mereka terkejut. Gadis itu mulai melayang ke atas. Gadis itu meringkuk, dan pakaiannya berubah menjadi seragam anak sekolah.
Gadis itu tersenyum.
"Sepertinya aku memang harus menyapa mereka ya." Kata gadis itu.
Lalu gadis itu berlari ke atas langit dengan bahagia. Saat gadis itu sudah sampai di langit, langit bercahaya sangat terang.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Ah.... aku..." kata Forgotten.
"Ingat...." kata Forgotten.
Lalu lubang yang sangat amat besar tercipta. Forgotten tersenyum.
Semua orang yang terjebak pada dunia terlupakan milik Forgotten sudah kembali lagi.
Baju Forgotten yang tadinya adalah jubah yang sedikit lebih besar dari tubuhnya, berubah menjadi seragam anak sekolah.
"Kak Amiko!" Kata Kurosa senang.
Kurosa memeluk kak Amiko dengan erat.
"Jaxon!" Kata Haru sambil berlari ke arahnya.
Semuanya berbahagia, termasuk Forgotten.
"Aku tidak terlupakan..." kata Forgotten.
Forgotten tersenyum. Lalu entah mengapa tubuhnya menghilang.
Semuanya terkejut.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Ada banyak anak-anak kecil yang ketakutan dan bernaung di dalam gedung yang setengah hancur. Anak-anak itu menangis.
Sosok gadis kecil berambut putih datang dan mendaratkan kakinya di sana.
"Halo." Kata gadis itu.
"Fany?" Kejut salah satu anak.
"Fany?" Kejut seorang wanita tua.
Gadis itu tersenyum lebar, ia meneteskan beberapa air mata.
"Aku pulang." Kata gadis itu.
"Kurosa, coba cek sekeliling. Kita akan mencari teman-teman." Kata Amiko.
"Tapi sepertinya sihir Denzel sudah kembali berfungsi.. aku akan cek keadaan teman-teman terlebih dahulu." Kata Kurosa.
Kurosa berkata,
"Check friends status."
Kurosa melihat semuanya.
"Sebagian besar telah tertidur. Ada yang sangat sekarat, yaitu Asuka." Kata Kurosa.
"Baiklah kita ke sana dahulu." Kata Amiko.
Lalu mereka berusaha untuk menyusul kepada Asuka.
Mereka sampai pada Asuka dan merawatnya, tetapi Kurosa merasa sesuatu yang tidak beres.
"Aku ingin.... pergi ke musuh selanjutnya... tinggal satu... Rei.... aku ingin ke sana... lukaku hanya kecil jadi mungkin aku bisa membantu!" Kata Kurosa.
"Aah... aku juga ikut!" Kata Alvina.
"Tapi Alvina... kamu sudah kelelahan..." kata Kurosa.
"Tidak apa-apa... aku baik-baik saja." Kata Alvina.
"Baiklah.." jawab Kurosa.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Ardolph masih tertidur..." pikir Yukina.
Yukina mengingat mimpinya dahulu, ketiga cahaya.. ia merasa ada yang aneh.
"Aku akan mencari musuh terakhir kita..." kata Yukina.
Yukina menitipkan Ardolph pada Name dan Nomu, lalu ia mencari Rei.
.
.
.
.
.
.
.
"Baiklah, aku beri kesempatan terakhir." Kata Rei.
Night Hero dan Sun Hero segera menerjang ke arah Rei dengan cepat.
Sun Hero dan Night Hero membara. Tangan Sun Hero penuh dengan api, dan sihir Night Hero menjadi semakin tebal.
.
.
Mereka berhasil menyerang Rei, Rei mundur sedikit, tetapi mereka tetap mengenai tubuh Rei.
Rei terpukul mundur, dan Sun Hero dan Night Hero berhasil mendarat di atas kedua kakinya.
Rei melihat, tangan kirinya penuh dengan luka-luka kecil dan pipi kanannya terdapat goresan kecil yang mengeluarkan sedikit darah.
.
.
Night Hero dan Sun Hero terkejut.
Tiba-tiba dari pinggul kanan mereka ke pinggul kiri mereka mengeluarkan darah. Lalu tubuh mereka terjatuh ke depan dan kaki mereka terjatuh ke belakang.
"Bagaimana.... mungkin?" Pikir Night Hero.
"Ini... sihir ini.... yang digunakan olehnya... tidak terlihat.." pikir Sun Hero.
Mereka berdua terjatuh ke atas tanah.
"Rupanya kalian akan meninggal dengan cara ayah kalian meninggal ya.... tidak sesuai dengan rencanaku tetapi tidak apa-apa lah..." kata Rei.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Hahaha, ternyata kalian hanya 0, 01% lebih kuat dari orangtua kalian... bodoh sekali." Kata Rei.
.
.
"Begini saja sudah meninggal?" Tanya Rei yang bosan.
Rei melihat ke langit.
"Aku mau menbunuh pahlawan lainnya..." kata Rei.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Aku..." pikir Night Hero
"Gagal...." pikir Sun Hero
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Yasumi...."
"Natsuna...."
.
.
.
.
.
.
"Huh?" Kejut Night Hero dan Sun Hero.
Dua orang berdiri di hadapan mereka.
Night Hero dan Sun Hero terkejut sekali.
"I-Ibu?!" Kejut Night Hero.
"A-Ayah?!" Kejut Sun Hero.
Kedua orangtua Night Hero dan Sun Hero tersenyum.
"Ah... kita gagal ya...." keluh Night Hero.
Ibu Night Hero menggeleng.
"Kamu belum gagal." Kata ibunya.
"Ayah... maaf.... aku gagal sebagai pahlawan... aku... kalah.." kata Sun Hero.
"Kalau begitu namanya bukan pahlawan!" Kata ayahnya tegas.
Sun Hero terkaget.
"Kalau kamu menyerah, padahal kamu belum mencoba... memang kamu sudah mencoba, tetapi belum semuanya." Kata ayahnya.
"Belum semua?" Kejut Sun Hero.
"Ya... masih ingat teknik kita kan?" Tanya ayah Sun Hero.
"Tentu saja..." jawab Sun Hero.
"Kalau begitu...." kata ayahnya sambil tersenyum.
"Begitu...." jawab Sun Hero sambil tersenyum kembali.
"Yasumi.... Natsuna.... bangunlah.... kalau tidak.... pahlawan lainnya juga akan dibunuh oleh Rei.... kamu sudah melihatnya kan?" Tanya ibu Night Hero.
"Ya..." jawab Night Hero.
"Kalau begitu, tunggu apa lagi... ayo bangun... ibu yakin kamu masih bisa.... ibu yakin.... kamu lebih kuat dari ibu ataupun ayah..." kata ibu Night Hero.
"Itu semua karena.... kalian adalah anak ibu dan ayah." Sambung ayah mereka.
"Dan sepertinya... menurut ibu... kalian adalah yang terkuat dari pewaris sihir kita." Kata ibu mereka.
"Karena itu... kami tidak bisa berharap pada siapapun...." kata ayah mereka.
"Selain dari kalian, anak-anak kami yang terkasih...." sambung ibunya.
"Aku akan berusaha... tapi... bagaimana...?" Tanya Night Hero.
"Meskipun menggunakan teknik ibu dan ayah... ibu dan ayah sendiri juga mengetahui.... beberapa tahun lalu.... Rei tidak terkena efek apapun dari serangan ayah dan ibu..." sambung Night Hero khawatir.
"... kamu masih bimbang Yasumi! Kekuatan bukan hanya dari kekuatan sihir dan skill, tetapi..... itu juga dari hati, dari perasaan..." kata ayah mereka.
"Begitu..." kata Night Hero.
Ibu mereka tersenyum.
"Tenang saja.... kami akan membantu.... jangan takut meninggal." Kata ibu mereka.
"Aku tidak takut hehehehe." Kata Sun Hero.
"Kalian memang hebat...." kata ayah mereka.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Hm.... benar-benar sudah mati ya.... baiklah... aku akan mencari pahlawan lainnya..." kata Rei sambil berpaling dari mereka berdua.
Rei terhenti, Rei merasakan sesuatu.
"Sudah kuduga... kalian pasti akan bangun lagi untuk menunda kematian kalian!" Kata Rei senang.
Rei kembali melihat ke arah mereka.
Night Hero dan Sun Hero saling berpegangan tangan.
"Apa yang akan kalian lakukan tanpa kaki kalian? Beritahu aku." Kata Rei.
.
.
"The Night!" Kata Night Hero.
"The Sun!" Kata Sun Hero.
"Itu lagi?" Keluh Rei.
.
.
Sedikit berbeda, mata mereka berdua bercahaya. Mata Sun Hero bercahaya bagaikan matahari bersinar, sangat terang memancarkan lidah-lidah api dari matanya. Mata Night Hero memancarkan warna rembulan nan indah yang berwarna keunguan.
"Hanya sedikit berbeda.... membosankan..." kata Rei.
.
.
"Kakak.... ini perjuangan terakhir kita.... mari kita lakukan yang terbaik..." Kata Sun Hero.
Night Hero mengangguk.
Sun Hero menyalurkan sihir apinya pada tangan kanan Night Hero. Gagang Night Hero tidak hanya mengeluarkan sihir gelap saja, tetapi bersama dengan sihir api mereka ikut membara.
"Ibu... ini yang terakhir... sesuai janjiku... aku akan menjadi malam ketenangan semua orang.... " pikir Night Hero.
"Ayah... sesuai janjiku.... aku akan menjadi matahari semua orang.... " Pikir Sun Hero.
Mereka melihat Rei dengan tatapan yang sangat tajam, sihir mereka berdua bertambah kuat.
"Kakak... fokuskan langsung mengenai jantungnya, siapkan juga penyerapan stamina... agar jika kita gagal.... yang lain bisa melanjutkan perjuangan kita dengan lebih mudah..." kata Sun Hero.
"Baik." Jawab Night Hero.
.
.
Night Hero mengarahkan sihirnya ke atas bersama dengan api Sun Hero.
"Ooh... sama persis dengan kekuatan orangtua kalian... bahkan jurusnya juga... sepertinya punya kalian akan lebih lemah..." kata Rei.
"Jangan bimbang.." pikir Night Hero.
"Jangan menyerah..." pikir Sun Hero.
Sihir itu naik hingga ke langit. Langit di atas Night Hero berubah menjadi langit malam, dan langit di atas Sun Hero berubah menjadi langit yang penuh dengan cahaya.
"Hm... sedikit berbeda..." pikir Rei.
Night Hero dan Sun Hero memejamkan kedua matanya sebentar.
"Ibu..." pikir Night Hero.
"Ayah..." pikir Sun Hero.
Mereka meneteskan air matanya.
Lalu Night Hero dan Sun Hero saling berpandangan sebentar.
"Ayo..." kata Night Hero.
.
.
.
.
Night Hero mulai mengendalikan sihirnya bersama dengan sihir Sun Hero.
"Hm... apa itu? Mengapa?" Kejut Rei.
"Tidak hanya dua orang... tetapi... banyak.... banyak sekali yang melawanku!" Pikir Rei.
Di belakang Night Hero dan Sun Hero, Rei melihat bahwa banyak sekali orang yang menbantu mereka berdua.
.
.
.
"Ini yang terakhir! The blast of the Sun and the Night!" Teriak Sun Hero dan Night Hero.
Night Hero mengarahkan sihirnya dengan sihir Sun Hero untuk berputar di sekeliling mereka dahulu agar Rei tidak bisa menghindar dan pandangannya terganggu.
Lalu Night Hero mengarahkan sihirnya ke arah Rei, tepat terkena pada dada kirinya.
.
.
.
Sun Hero melihat ke arah Night Hero.
"Kakak.... bolehkah aku meminta sesuatu... yang terakhir saja..." kata Sun Hero.
"Ya... apa itu?" Tanya Night Hero.
"Kakak... kakak jarang tersenyum.... tersenyumlah saja... sekali ini..." kata Sun Hero.
Night Hero pun tersenyum pada Sun Hero.
"Lihatlah.. Natsuna.. aku tersenyum..." kata Night Hero.
Sun Hero pun merasa senang tercampur haru,
"Kakak... kamu mirip sekali dengan ibu.... senyummu penuh dengan kasih... dan ketenangan..." kata Sun Hero.
"Natsuna... kamu juga... tersenyumlah..." kata Night Hero.
"Baik... kak... lihat." Kata Sun Hero sambil tersenyum.
"Memang aku sering melihat senyumanmu, kamu mirip dengan ayah, senyumanmu penuh dengan semangat dan membuat orang lain ingin tersenyum juga.... kamu sudah berhasil menjadi Sun Hero, menjadi matahari bagi semua orang." Kata Night Hero.
"Kamu juga kakak... senyummu... membawa ketenangan... tepat seperti misi Night Hero." Kata Sun Hero.
Mereka berdua tersenyum.
.
.
.
.
.
.
.
.
Kurosa dan Alvina merasa penasaran dengan keadaan Night Hero dan Sun Hero.
"Coba cek." Kata Alvina.
"Tadi mereka baik-baik saja sih... Check friends status.." kata Kurosa.
Mereka berdua terkejut.
Kurosa dan Alvina segera berlari secepat-cepatnya.
"Tidak!" Pikir Kurosa.
"Jangan!" Pikir Alvina.
.
.
.
.
"Aku berada sedikit lebih dekat dengan Rei... mungkin aku akan cek keadaan para pahlawan itu.." pikir Junko.
"Check friends status." Kata Junko.
Junko terkejut.
Junko segera meletakkan Denzel di atas tanah dan berlarilah ia dengan cepat.
"Semoga sempat!" Pikir Junko panik.
Você também pode gostar
Comentário de parágrafo
O comentário de parágrafo agora está disponível na Web! Passe o mouse sobre qualquer parágrafo e clique no ícone para adicionar seu comentário.
Além disso, você sempre pode desativá-lo/ativá-lo em Configurações.
Entendi