Baixar aplicativo
8.8% Istri Terlarang milik Mafia Posesif / Chapter 25: Saatnya kembali

Capítulo 25: Saatnya kembali

Damian menatap Kana yang tertidur kembali setelah makan siang yang sebenarnya mereka lakukan pada jam 4 sore, rasa bersalah memenuhi dirinya. Ia benar-benar keterlaluan karena melakukan hal itu berulang kali kemarin malam padahal ini pertama kalinya Kana melakukan hal 'itu'. Tangannya bergerak merapihkan rambut Kana, istrinya benar-benar manis sekali. Pria itu tampak senang karena akhir-akhir ini Kana selalu tertidur dengan mudah ketika menggunakan lengan Damian sebagai bantal tak lupa dengan tangan gadis itu yang selalu memeluk tubuh kekar Damian.

" Kenapa kamu sehangat dan semanis ini, sayang?" gumam Damian lembut. Bibirnya mencium kening Kana berulang kali, ia benar-benar tidak bisa menahan buncahan perasaannya yang semakin membesar seiring berjalannya waktu. Terlebih setelah memiliki Kana seutuhnya, rasanya ia semakin gila dan candu pada gadis muda itu.

Waktu berganti, sudah berjam-jam Kana tidur namun gadis itu tak menampakkan tanda-tanda ia akan bangun. Damian bertahan pada posisi sebelah lengan yang digunakan sebagai bantal, ia sama sekali tak merasa pegal.

Sembari menatap Kana, benaknya melayang pada saat mereka melakukan hal 'itu' kemarin. Ia benar-benar bahagia bukan kepalang, terlebih lagi saat Kana meneriakkan namanya berulang kali. Lelaki itu benar-benar hanyut hanya karena seorang Kana yang sudah ia cintai sejak gadis itu berumur belasan. Berawal dari mengawasi keamanannya, dan berakhir mencintainya. Damian yang harusnya sudah menyerah pada kehidupan karena lelah, memilih bertahan hidup untuk melindungi gadis itu.

" Damian.. " gumam Kana dalam tidurnya.

" Ya, sayang?" sahut Damian pelan. Ia tidak tau Kana benar-benar memanggilnya secara sadar atau hanya mengigau.

" Aku mencintaimu. " ujar Kana. Damian memeluk Kana lebih erat, " aku tau. Aku lebih mencintaimu, sayang. Lebih dari apapun. " bisiknya dengan senyuman bahagia.

Bagi pria itu, situasi saat ini seperti mimpi. Manusia kotor sepertinya bisa diterima oleh Kana, dicintai oleh Kana, dan hidup bersama Kana adalah hal yang bahkan tidak pernah ia bayangkan.

Tangannya bergerak mengelus perut Kana, ' apakah anakku dengan Kana akan tumbuh disini?' pikirnya. Dengan cepat Damian menarik tangannya dan menutupi wajahnya dengan sebelah tangan.

' Apa yang kau pikirkan, Damian? Mana mungkin Kana mau memiliki anak bersama monster sepertimu. Jangan mengkhayal hal berlebihan, syukuri saja yang saat ini kau miliki. 'batin pria itu sambil tersenyum miris. Kini dirinya semakin serakah terhadap Kana.

" Tuan " panggil Raven dengan suara pelan dari balik pintu kamar. Damian tentu saja mendengarnya, pria itu memiliki indra yang lebih tajam dari manusia pada umumnya.

Secara perlahan Damian memindahkan kepala Kana ke bantal dan menuruni kasur dengan gerakan sehati-hati mungkin agar tidak membangunkan istrinya.

" Ibu tiri Nyonya sepertinya berniat bermalam didepan mansion bersama putrinya. " lontar Raven ketika Damian menutup pintu kamar.

" Biarkan saja. " balas Damian dingin. Ia malas menanggapi manusia yang selalu menjadi parasit di hidup Kana.

" Saya tidak yakin dia bisa dibiarkan begitu saja. " ujar Raven ragu.

" Ada apa?" tanya Damian yang merasa ada hal lain yang ingin raven katakan.

" Sepertinya mereka memiliki foto Nyonya saat mandi dan mereka mengancam akan menyebarkan foto itu ke internet. "

Damian menggertakkan giginya, rahangnya terlihat menegang. Ia benar-benar ingin mengamuk namun takut mengganggu tidur Kana, " apa yang dia minta?" geram pria itu.

" Bertemu Nyonya Kana, sepertinya untuk mengancam Nyonya. " ucap Raven.

" Berani-beraninya wanita tua itu. " desis Damian dengan mata penuh emosi.

" Bereskan barang-barang, kita akan kembali besok setelah Kana bangun. " perintah Damian lalu masuk kembali ke kamar tanpa menunggu jawaban Raven.

Raven langsung menjalankan perintah Tuannya, semua orang pun menyadari sepertinya Ibu tiri Kana membuat masalah.

" Persiapkan dirimu untuk menghadapi ibu tiri Kana, Lily" lontar pria itu pada Lily yang sedang membereskan barang-barang Kana.

" Harusnya Tuan bunuh saja wanita sialan itu. " ucap Lily datar.

" Kenapa? Jika saja kau bisa mengurusnya, Kana tidak akan terjerat masalah apapun dari wanita sialan itu. " balas Raven.

" Jangan lancang, Raven. " desis Lily kesal. Raven terkekeh dengan nada mencemooh, " apakah perkataanku salah? Jika saja kau sebagai i-" ucapan Raven tepurus saat Lily menertawai dirinya dengan wajah meremehkan.

" Tidak salah, tapi saranku tutup mulut lancangmu jika tak mau Tuan dan Kana mengetahui perasaanmu yang kau sembunyikan mati-matian itu. " desis Lily dengan seringaian licik.

" Perasaan apa?" tanya Raven dengan wajah bingung.

" Jangan berakting, kau kira aku tak tahu bahwa kau mencintai Kana? Matamu yang selalu menatapnya, ekspresi sedihmu ketika Kana bersama Damian, atau bahkan... raut bahagiamu ketika Kana bercerita padamu? Tuan mungkin tidak memperhatikan hal itu karena matanya hanya tertuju pada Kana, tapi aku si wanita tua ini melihatnya. Jadi, jangan lancang. Karena bagaimanapun aku juga orang yang penting bagi Kana. " kata Lily santai.

Raven sedikit mengeratkan genggaman tangannya, sial dirinya ketahuan.

" Sejak kapan?" tanya Lily.

" Jauh sebelum Tuan mencintainya. " jawab Raven lemah.

" Kenapa tidak kau kejar? Malah memilih sembunyi dan membiarkan Tuan memilikinya. "

" Memangnya aku mampu melindungi Kana sendirian? Kita sama. Kita adalah orang yang menyerah karena tidak memiliki kekuatan dan kemampuan untuk melindunginya. " ucap Raven dengan nada lirih. Akhirnya, perasaan yang selama ini disembunyikan ternyata ketahuan oleh orang. Tidak apa, selama bukan Damian dan Kana yang tau.

" Benar, kita adalah orang yang menyerah karena alasan yang sama. Tapi, apa yang membuatmu jatuh cinta pada Kana?"

" Memangnya siapa yang tidak jatuh cinta pada dirinya yang selucu dan sehangat itu? Kana terasa seperti cahaya dan udara yang menyegarkan bagiku. Tidak masalah dia tak tau, karena dengan mengawasinya dari dekat saja sudah cukup " kekeh Raven miris.

" Kuharap, akan ada suatu waktu yang membuatmu bisa mengungkap yang sebenarnya pada Kana agar perasaanmu lega. " ucap Lily dengan tulus. Mata wanita paruh baya itu mengamati Raven secara keseluruhan, wajah pria itu tak kalah tampan dari Damian, hanya kulit putih pucatnya itu yang membuat dirinya berbeda aura dari Damian. Untuk sifat dan kehidupannya, Raven terlalu misterius.

*****

" Semua persiapan untuk kembali sudah beres, tim saya juga sudah membaik dan siap bertugas kembali, Raven. " lapor Tyron.

" Bagian kami pun sama, semua sudah selesai dan siap untuk kembali. " tambah Mitha yang merangkap sebagai wakil kepala pelayan.

" Kalian naik terlebih dahulu ke kapal dan minta Koki kapal untuk menyiapkan sarapan. " perintah Raven. Tyron dan Mitha mengangguk dan segera bergerak.

Damian keluar dari kamar dengan wajah datar, tampaknya pria itu tidak tidur semalaman.

" Anda tidak tidur, Tuan?" tebak Raven. Damian hanya berdeham sebagai jawaban, " semua sudah siap?"

" Sudah, tinggal menunggu Nyonya bangun. "

" Kenapa menungguku bangun, Raven?" tanya Kana yang tiba-tiba muncul dari pintu kamar yang tidak tertutup rapat.

" Ibu tirimu tidak mau pulang jika tidak bertemu denganmu, sayang. " jawab Damian menghampiri Kana yang baru saja bangun. Dengan manja Kana menyandarkan kepalanya ke dada bidang pria itu, " jadi kita kembali kerumah sekarang?"

" Kita akan segera kembali setelah kamu siap. " ucap Damian memeluk istrinya dan mendaratkan kecupan dikening gadis itu berkali-kali. Raven menatap pemandangan itu dengan hati nyeri meskipun ekspresinya tetap datar.

" Kembali sekarang saja, aku akan mandi di kapal. " kata Kana.

" Lebih cepat lebih baik, karena aku yakin ibu gak akan cari aku untuk masalah yang sepele. " sambungnya.

Mata kana melirik Raven yang berdiri kaku, " apakah tidurmu nyenyak, Raven? Wajahmu terlihat lelah. " tanya gadis itu penuh perhatian.

Raven berdeham, jantungnya berdebar hanya karena ucapan penuh perhatian itu dilontarkan oleh Kana.

" Saya tidur dengan baik, Nyonya. Terima kasih atas perhatiannya. " jawabnya dengan senyum cerah. Padahal dirinya bohong, ia sama sekali tidak tidur karena mengurus banyak hal. Tapi ia tidak ingin Kana khawatir, masalah gadis itu sudah cukup banyak dan ia tidak ingin menjadi salah satunya.


next chapter
Load failed, please RETRY

Presentes

Presente -- Presente recebido

    Status de energia semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Pedra de Poder

    Capítulos de desbloqueio em lote

    Índice

    Opções de exibição

    Fundo

    Fonte

    Tamanho

    Comentários do capítulo

    Escreva uma avaliação Status de leitura: C25
    Falha ao postar. Tente novamente
    • Qualidade de Escrita
    • Estabilidade das atualizações
    • Desenvolvimento de Histórias
    • Design de Personagens
    • Antecedentes do mundo

    O escore total 0.0

    Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
    Vote com Power Stone
    Rank NO.-- Ranking de Potência
    Stone -- Pedra de Poder
    Denunciar conteúdo impróprio
    Dica de erro

    Denunciar abuso

    Comentários do parágrafo

    Login