"Bagaimana? Kau tak keberatan bukan?" Cindy yang merasakan aura gelap dari mantan suami cuma bisa mengangguk.
"Baiklah, kau bisa ke kamar tamu dan ingat satu hal. Jangan pernah mengganggu Nabila, jika kau melakukan sesuatu terhadap Nabila maka kau akan berurusan denganmu. Mengerti?" Sekali lagi Cindy mengangguk lalu pergi ke ruang tamu di mana dia tahu tempatnya.
Setelah masuk Cindy berdecak kesal. "Kalau tahu Leo kembali tampan, lebih baik aku tak usah menceraikannya. Karena lambat, aku pun kehilangan kesempatan untuk rujuk dengan Leo malah dia menikah dengan seseorang yang tak bisa dibandingkan sama aku. Tapi yah tak apa-apa, cepat atau lambat aku akan pasti akan merebut semuanya. Wanita itu tidak akan menang melawanku."
🌟🌟🌟🌟
Keesokan harinya, Nabila terbangun dan mendapati Leo tengah tertidur lelap. Dia pun berangsur bangkit secara pelan-pelan agar tak membangunkan sang suami.
Tapi Nabila tak tahu bahwa Leo pura-pura tidur. Dia bahkan sempatnya tersenyum jahil seraya membuka kelopak matanya barang sebentar. Ketika Nabila kurang waspada saat itulah Leo langsung menangkap tubuh Nabila dan dia baringkan tubuhnya di atas ranjang.
"Leo?!"
"Hahaha ... sorry. Kau pasti terkejut bukan?" Nabila mengangguk.
"Leo lepaskan aku, aku harus bangun dan membuat sarapan,"
"Tidak boleh! Kau sedang hamil, mana mungkin aku membiarkan kau mengurus keluarga dengan keadaanmu seperti ini. Biarkan koki dan pelayan saja."
"Tapi Leo--"
"Kau mau kalau kita seperti ini terus?"
"Ti-tidak."
"Kalau begitu jangan banyak membantah."
"Baik." Leo tersenyum dan melepaskan Nabila.
"Ayo cuci muka dan kita sarapan." ujar Leo begitu dia bangkit lalu menuju kamar mandi sedang Nabila menggerutu dalam hati sebab kelakuan sang suami.
Keduanya akhirnya keluar dan menemui seluruh anggota keluarga yang berkumpul. "Maaf kami terlambat,"
"Tak apa-apa, Nabila setelah sarapan minum susumu ya."
"Iya Ibu." Mereka lalu duduk bersama-sama. Jika Leo tengah berbincang dengan ketiga anggota keluarga maka Nabila tengah mencari sesuatu.
Matanya lalu tertuju pada sosok wanita hamil tua yang baru saja keluar. "Akhirnya kau datang juga silakan duduk ayo makan bersama dengan kami." Perkataan Nabila sukses menyita perhatian mereka semua.
Begitu memandang Cindy tatapan mereka langsung berubah dingin. "Leo, kenapa dia ada di sini? Kau tahu bukan dia melakukan kesalahan yang sangat besar terhadapmu?" tanya Silvia secara terang-terangan.
"Aku tahu itu Ibu tapi Nabila ingin aku menampungnya untuk sementara."
"Nabila!" Suara galak Ibunya membuat Nabila menoleh pada sang Ibu mertua.
"Apa-apaan kau ini?! Kenapa kau menyuruh anakku untuk menampung wanita yang tak tahu diri! Apa kau tahu dia berbuat apa terhadap suamimu?!"
"Iya aku tahu."
"Lalu kenapa kau membiarkan wanita ini tinggal bersama kita?! Ibu tak sudi melihat wajah wanita yang telah meninggalkan Leo karena kecelakaan mobil!" Nabila melirik pada Cindy. Jelas terlihat, matanya berkaca-kaca.
Leo hampir saja tertawa. Wah, Cindy ternyata belajar akting beberapa bulan terakhir dan bodohnya Nabila percaya. "Sudahlah Ibu tolong jangan marahi dia, apa Ibu tak kasihan? Dia sedang hamil tapi seorang diri,"
"Leo setelah sarapan kau satu mobil dengan Ayah, ada yang harus kita bicarakan."
"Baik Ayah." Nabila pun meminta Cindy untuk duduk dan bersarapan dengan mereka. Karena kehadiran Cindy tak ada orang yang berbicara membuat suasana canggung kental terasa.
Fredikson dan Leo adalah orang yang pertama menghabiskan makanan. Keduanya pun meninggalkan keempat orang setelah berpamitan. Setibanya di dalam mobil Fredikson mulai membuka suara.
"Leo, kenapa kau membiarkan Cindy masuk kembali ke rumah? Jika karena permintaan Nabila seharusnya kau tak boleh memanjakan istrimu seperti itu. Kita tahu jelas bagaimana sikap Cindy yang sebenarnya tapi kita juga melihat betapa munafiknya dia di depan Nabila jadi ambilah cuti dari kantor, Ayah ingin kau menjaga Nabila dari wanita licik itu. Jangan biarkan dia untuk menyakiti Nabila. Mengerti?"
"Tentu Ayah. Terima kasih karena sudah mau mengertiku."
Sedang itu Silvia dan Adam langsung pergi begitu menghabiskan makanan mereka. "Cindy, apa kau minum susu Ibu hamil? Aku akan menyuruh pelayan untuk membuatnya dua."
"Ya terima kasih. Apa kau selalu seperti ini setiap harinya?" Nabila mengangguk seraya memberikan senyum manis.
"Semua anggota keluarga selalu memperhatikanku dan menyuruhku agar jangan terlalu banyak bergerak demi janinku. Apa kau juga seperti itu?" Sayangnya Cindy menggeleng.
"Aku tak punya keluarga yang menjagaku dengan baik ya dulunya aku bagian dari keluarga ini tapi sekarang ....." Cindy lalu membuang napas berat. Nabila yang melihat ekspresi sedih dari Cindy menggenggam tangan Cindy dengan hangat berusaha menghibur wanita yang tengah hamil tua itu.
"Jangan sedih lagi, kita sekarang keluarga dan kita akan sama-sama menjagamu sampai kau melahirkan nanti."
"Terima kasih ya, Nabila tapi sepertinya hanya kau yang bersimpati padaku anggota keluarga yang lain tidak."
"Itu mungkin karena mereka masih marah padamu. Sabar ya nanti juga marah mereka hilang dan bisa baik padamu." Kendati di luar Cindy mengucapkan terima kasih akan tetapi di dalamnya dia marah dan kesal. Susah payah dia melatih akting tapi malah semua anggota keluarga acuh tak acuh padanya.
Terutama Nabila. Wanita di hadapannya ini menjengkelkan tapi hanya dia yang termakan akting dari Cindy jadi kalau memanfaatkannya boleh juga karena Leo tampaknya sayang sekali pada wanita cacat ini.