Baixar aplicativo
14.28% In The Heart Of The Rock / Chapter 15: Tekad Dan Keberanian

Capítulo 15: Tekad Dan Keberanian

Flashback on

Aroma bisa menjadi salah satu faktor yang dapat menstimulasi perasaan atau kondisi emosional seseorang. Setiap orang tentunya mempunyai kenangan atau sederhananya ingatan. Ingatan terkadang hanya terfokus pada beberapa indera utama saja, seperti pendengaran dan penglihatan yang pada saat terjadinya kejadian kita curahkan perhatian dan energi untuk menggunakan kedua indera tersebut. Sehingga ketika kita berusaha untuk mengingat sesuatu kejadian, pastinya hanya bayangan gambaran kondisi atau berupa suara-suara, dengan kata lain rekaman dari indera penglihatan dan pendengaran saja yang mendominasi. Namun, yang sebenarnya terjadi adalah setiap saat dan setiap waktu semua indera perasa pada tubuh kita akan merekam setiap kejadian yang kita alami. Secara sadar dan tidak sadar indera perasa pada kulit, penciuman pada hidung, perasa pada lidah, penglihatan dan pendengaran semua tetap bekerja dan merekam. Indera yang kita gunakan secara sadar akan menghasilkan ingatan yang dominan sedangkan indera yang digunakan secara tidak sadar akan menghasilkan ingatan tidak dominan.

Perasaan nyaman dan tidak nyaman, kehangatan, kesedihan ataupun kondisi yang secara langsung dirasakan pada fisik manusia seperti pusing, mual bahkan pingsan semua itu terkadang terjadi tanpa kita sadari. Seperti perasaan nyaman yang aku rasakan saat ini, setiap aku merasakan aroma ini saat itu juga hatiku langsung terasa hangat, pikiranku menjadi tenang, walaupun entah kenapa jantungku sendiri terasa berdetak sedikit lebih cepat. Saat aku duduk bersamanya di kursi taman ini. Aroma pepohonan, bunga dan entah aroma apa lagi yang aku rasakan saat ini. Aku yakin aroma wangi ini adalah aromanya. Setiap bertemu dengannya, bertatap muka dengannya, mengobrol dengannya, aroma ini selalu hadir dan aku rasakan. Aroma yang membuatku merasa nyaman.

Hari ini adalah ketiga kalinya aku duduk untuk makan siang bersama dengan Lia di taman. Makan sambil mengobrol ringan dan bercanda, terkadang kami pun tertawa-tawa dan terkadang aku hanya melihat senyum manis tersungging di bibirnya. Berharap agar setiap hari bisa terus bertemu dengannya. Setiap hari juga aku merasakan takut jika nanti tidak bisa bertemu dengannya lagi. Harapan akan kebahagiaan berimbang dengan ketakutan akan kesedihan. Perasaan yang terkadang membuatku mual dan sesak. Perasaan takut untuk kehilangan seseorang yang kita sayangi. Sungguh perasaan yang tidak bisa kita nikmati. Aku tidak akan merasakan perasaan itu lagi. Sungguh disayangkan jika kita hanya menghabiskan waktu hidup yang terbatas ini untuk menyesali sesuatu ataupun meratapi kesedihan. Sudah aku putuskan!!!

"Lia ...?

"Mmm ... ada apa? Mau tambah lagi, ya?" Dengan ekspresi imut, Lia pun menawarkan makanan di kotak bekal yang sedang dia pegang.

Hah ... Imutnya ... bagaimana ini? Kenapa aku jadi semakin gugup.

"Iya. Boleh aku tambah telur dadarnya?

Hah, kenapa aku jadi minta menambah makanan? Mana mungkin aku bisa menghabiskan telur dadar buatannya.

"Huh ... dasar pria gembul, ini telur dadarnya. Padahal, kan, tadi aku hanya bercanda, tapi tidak apa-apa." Lia pun menusukan garpu ke telur dadar di kotak makanannya dan memindahkannya ke kotak makananku.

Telur dadarku pun membelah diri menjadi dua. Aduh ... hari ini double makanannya! Berjuang! Berjuang! Habiskan! Habiskan!

Aku mencoba menyemangati diriku sendiri.

"Terima kasih."

"Eh ... haha ... Iya, Lia. Terima kasih, ya." Aku terkekeh di akhir ucapan.

"Mmmm ... dasar pria!"

"Lia."

"Iya, ada apa?"

"A-Aku ... "

"Minta tambah lagi?"

Lia pun kembali melihatku dengan wajah imutnya. Tidaaaak!!!! Aku semakin gugup!!!

"Bukan! Bukan itu maksudku! A-Aku ... sudah aku putuskan mulai saat ini aku ingin terus bersama Lia."

Tentu saja aku tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutya. Aku sudah memutuskan untuk mengatakannya hari ini. Aku ingin melenyapkan perasaan takut yang selama tiga hari ini terus menghantui. Bukan! Bukan itu maksud utamanya. Aku hanya berusaha untuk jujur pada diriku dan padanya. Aku menyukainya dan aku ingin bersamanya. Aku harus menyampaikan secara langsung. Aku harus menciptakan tekad, keberanian dan kesempatanku sendiri.

Lia pun terlihat sangat terkejut dan hanya terdiam, aku juga hanya bisa terdiam. Namun, matanya yang terus menatap lurus ke arah mataku seakan ingin mengatakan ribuan hal dan perasaannya. Matanya yang terlihat semakin bersinar dan berkaca-kaca hingga akhinya tak sanggup lagi menahan genangan air mata pada kelopaknya. Aku melihat air mata perlahan mengaliri pipi Lia. Aku perhatikan aliran air mata yang terus mengalir menuruni pipi sampai akhirnya aku melihat dan tersadar. Bibir Lia yang menyunggingkan senyuman, senyuman yang dia tujukan hanya untukku. Melihat senyumannya padaku, terpesona kecantikan dan pancaran kehangatan seorang bidadari dunia. Aku pun perlahan mengusap air mata pada pipinya dengan tangan kananku, begitupun dengannya. Lia juga mengusap air mata pada pipiku dengan tangan kanannya. Perasaan ini, perasaan yang berhasil mengalahkan semua kesepian yang sedang dan pernah aku rasakan, aku tidak akan melupakan perasaan ini.

"Lia, suatu saat nanti ... apa kau akan melupakanku?"

Tangan kanan Lia yang sedang memegang pipiku, perlahan bergerak ke arah leherku. Lia pun memelukku dengan erat, membenamkan wajahku di bahu kirinya. Lia berbisik di telinga kiriku, sangat dekat sampai aku bisa merasakan hembusan napasnya.

"Aku tidak akan melupakanmu. Aku ingin terus bersamamu, Elliot"

Aroma ini ... aku memang sudah terpesona olehnya, pesonanya yang sudah melekat di alam bawah sadarku. Pesona yang akan selalu aku rasakan ketika berada dekat dengannya dan mencium aromanya. Emilia … dia adalah aroma kebahagiaanku.

Flashback off

***

Kebahagiaan berasal dari diri kita sendiri. Memang itu yang aku rasakan saat ini. Kondisi seperti apa pun ketika kita berusaha untuk mensyukurinya dan mengambil sisi positif, tentu kita bisa mencicipi manisnya kebahagiaan. Kehangatan dan kesegaran udara pagi hari ini sudah cukup mengingatkanku untuk bersyukur, hari ini Tuhan masih memberikan kehidupan dan kesehatan padaku. Udara pagi yang terasa segar dan menurutku masih terasa agak dingin ini sebenarnya membuatku semakin malas untuk melepaskan kantung tidur yang menghangatkanku semalaman tadi. Kemarin memang hari yang sangat melelahkan. Semalam tanpa kusadari, seketika memakai kantung tidur sepertinya aku langsung tertidur dan barusan tiba-tiba saja terbangun sampai-sampai aku merasa baru saja tertidur dan sudah pagi lagi. Apa malam tadi memang benar-benar pendek ataukah aku sendiri yang saking nyenyaknya sampai-sampai tidak menyadari jika aku sendiri sudah tertidur semalaman lamanya. Hah ... sepertinya aku akan melanjutkan kembali tidurku sebentar saja.

Seketika aku memejamkan mata berusaha untuk menikmati hangatnya kantung tidurku, tiba-tiba aku mencium aroma yang sangat wangi, aroma ini benar-benar aneh ... sepertinya aku sangat mengenalnya. Perasaan tenang dan hangat ini membuatku semakin menikmati waktu istirahatku di pagi hari ini dan walaupun aku ingin sekali untuk bangun pagi dan melanjutkan aktivitas yang aku rencanakan semalam tapi sepertinya kebahagiaan ini berhasil membuatku menyerah. Sepertinya aku akan tidur beberapa saat lagi.


next chapter
Load failed, please RETRY

Presentes

Presente -- Presente recebido

    Status de energia semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Pedra de Poder

    Capítulos de desbloqueio em lote

    Índice

    Opções de exibição

    Fundo

    Fonte

    Tamanho

    Comentários do capítulo

    Escreva uma avaliação Status de leitura: C15
    Falha ao postar. Tente novamente
    • Qualidade de Escrita
    • Estabilidade das atualizações
    • Desenvolvimento de Histórias
    • Design de Personagens
    • Antecedentes do mundo

    O escore total 0.0

    Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
    Vote com Power Stone
    Rank NO.-- Ranking de Potência
    Stone -- Pedra de Poder
    Denunciar conteúdo impróprio
    Dica de erro

    Denunciar abuso

    Comentários do parágrafo

    Login