Mendengar itu Alesha melepaskan pelukannya dan menatap George serius. Dia melihat wajah George berubah tegang.
" George, aku hanya ingin bertemu teman lamaku sebentar saja. Aku sudah sangat lama tidak bertemu dengannya dan yah... semalam di bar aku bertemu dengannya tapi entahlah aku tidak ingat apa-apa setelah itu dan tau-tau kau sudah bersamaku. sekarang ceritakan padaku apa yang terjadi". Ucapnya penasaran.
Alesha ingin tau kenapa George seakan-akan menyembunyikan sesuatu darinya. Dia sebenarnya sudah mulai curiga saat George memintanya untuk tinggal diapartemennya terlebih dengan pengawalan.
George menatap Alesha dalam-dalam. Sangat dalam bahkan Alesha hampir saja tenggelam kedalamnya kalau saja dia tidak cepat kembali fokus kepertanyaannya kepada George.
"Apa hubunganmu dengan Jimmy vanhelton, Alesha?" Tanya George dengan serius. Pertanyaan itu sontak membuat Alesha terkejut. Dia tidak menyangka George mengenal Jimmy tapi cara George menatapnya seakan mengisyaratkan emosi yang Alesha tidak pahami.
" Kau mengenalnya? tapi kenapa aku merasa kau sangat membencinya, George. Jimmy itu sahabat baikku. Kami sudah lama tidak bertemu jadi aku bermaksud untuk menemuinya, apa yang sebenarnya mengganggumu sampai kau bersikap aneh seperti ini?" tanya Alesha tidak mengerti.
Melihat ekspresi Alesha yang terkejut dengan sikapnya, buru-buru George menghela napas dalam untuk menormalkan emosinya yang sempat memuncak. Lalu berkata.
"Alesha, aku minta kau jangan pernah lagi menemui Jimmy." Dia menggenggam erat jemari Alesha berharap persetujuannya segera.
Mendengar itu kening Alesha berkerut semakin tidak mengerti. "Apa maksudmu melarangku bertemu Jimmy. Kau tidak perlu cemburu kalau itu memang kecemasanmu, aku hanya ingin bertemu dengannya sebentar saja. Lagipula kau bilang aku punya pengawal jadi kau seharusnya tidak khawatir".
" Aku tidak ingin kau berhubungan lagi dengannya Alesha. Kau bisa bebas berteman dengan siapapun yang kau mau tapi tidak dengan dia, aku mohon". ucap George dengan tatapan penuh harap.
"Tapi kenapa..!!?" kali ini Alesha membalas George dengan nada tinggi. Dia mulai kesal dengan sikap George yang sangat aneh dan kekanak-kanakan. Dia hanya ingin bertemu sahabat lamanya dan George melarangnya. Sangat menyebalkan. Pikirnya.
George terdiam lalu kembali menatap Alesha dengan serius.
"Aku tidak ingin kau dalam bahaya, apa kau tau siapa sebenarnya dia?" ucapnya lembut.
"Bahaya apa George, aku sangat tahu sifat Jimmy. Bahkan aku lebih mengenalnya dari pada mengenal dirimu. Dia sahabatku yang sangat baik George. Sejak remaja kami sudah berteman, dia sudah kuanggap sebagai saudara dan sangat sayang padanya. Aku sangat ingin bertemu dengannya, George. Aku mohon kau mengertilah dan ijinkan aku bertemu dengannya ya?
Ucapan Alesha yang terdengar sangat dalam sontak membuat emosi George terasa mendidihkan otaknya jernihnya, mendengar kekasihnya bercerita tentang pria lain dengan begitu tulus dan penuh perasaan bahkan memohon padanya untuk menemuinya seakan itulah hidupnya membuat hatinya perih.
Dia tidak menyangka Alesha bahkan membandingkannya dengan pria itu. Sungguh ironis. Dia kemudian bangkit dari duduknya dan berjalan menuju jendela dan menatap kosong.
"Kalau memang kau sangat ingin menemuinya, pergilah. Aku tidak akan melarangmu lagi. Aku hanya khawatir, rasa sayangmu terhadapnya bisa mencelakaimu dan menjauhkanmu dariku". Ucapnya pedih.
Alesha kemudian bangkit dan berlari kearah George lalu memeluknya dari belakang.
"Omong kosong apa yang katakan itu George, kau benar-benar cemburu. Tapi aku suka sikapmu ini, sangat manis. Jangan khawatir sayang, kau sangat tahu kalau rasa sayang dan cintaku padamu melebihi apapun. Bahkan melebihi perasaamu padaku. Jadi jangan pernah berpikir untuk meragukannya sedikitpun". Ucapnya tulus.
George lalu berbalik dan menatap Alesha, mencari kebenaran pada apa yang didengarnya barusan dan disana dia melihat ketulusan yang membuat hatinya kembali menghangat. George tersenyum lalu mengecup kening Alesha dengan lembut penuh sayang. Mereka kemudian berdekapan beberapa lama, merasakan kehangatan cinta mereka yang semakin kuat.
"Baiklah, kau mau menemui sahabat tersayangmu kan. Pergilah". ucap George sambil memasang muka cemberut seakan masih belum rela melepas Alesha.
"Apa kau yakin George?" tanya Alesha karena masih melihat ketidakrelaan George.
"Tidak, tapi karena kau ingin sekali menemuinya maka aku bisa apa. Pergilah, pengawalku akan menjagamu". jawabnya dengan lembut.
" Kau sangat baik George, i love you so much. aku janji setelah ini apapun yang kau mau akan kulakan". Ucap Alesha sambil memeluk erat George.
" Apapun?" George mengangkat alisnya sambil tersenyum penuh arti. Karena saking senangnya Alesha hanya mengangguk berkali-kali. Matanya berbinar senang.
"Kalau begitu, aku akan bersiap sekarang" ucapnya senang kemudian berlari kecil menuju kamar mandi.
George kemudian meninggalkan kamar dan menuju ruang kerjanya. Dia lalu menelpon seseorang. "Kau bersiaplah, awasi setiap pergerakannya dan tetap waspada". ucapnya memberi perintah.
Raut wajah George telihat menggelap, rahangnya mengeras menahan emosi dan perasaan miris karena ternyata dia tidak bisa menghentikan Alesha bertemu dengan Jimmy dan yang lebih membuat hatinya berat adalah karena Alesha menyayangi pria brengsek itu. Sebenarnya George sangat tidak ingin Alesha pergi menemuinya tapi hal itu hanya akan menambah kesalahpahaman Alesha terhadapnya, apalagi Alesha terlihat sangat ingin bertemu dengan pria itu. Sehingga meski sangat berat untuk kali ini dia tidak bisa berbuat apa-apa. Dia lalu mengusap wajahnya dengan kasar. George sangat kesal.
" Tok..tok.." suara ketukan pintu membuyarkan pikiran kalutnya. Dia buru-buru menormalkan perasaannya lalu membuka pintu.
"Aku cuma mau bilang kalau aku akan berangkat sekarang" Ucap Alesha penuh senyum. George hanya membalas senyum Alesha dan mengangguk, tidak terucap sepatahpun dari mulutnya karena hatinya masih terasa gusar. Alesha kemudian melangkah menuju pintu dan menghilang dalam pandangan George. Meninggalkannya dengan perasaan hampa.
Mobil yang mengantar Alesha melaju dengan kecepatan sedang, jalanan kota london malam hari tampai ramai seperti biasa. Tak lama kemudian mobil berhenti didepan sebuah restoran mewah bergaya klasik. Alesha kemudian keluar dari mobil dan melangkah anggun masuk kedalam restoran.
" Selamat malam ada yang bisa saya bantu nona?" seorang pelayan menyapa Alesha dengan ramah.
" Iya, saya ada janji dengan tuan Jimmy valhenton" ucap Alesha tersenyum.
"Sebelah sini nona, beliau sudah sejak tadi menunggu anda" ucap pelayan itu seraya menujukkan jalan. " Terima kasih" ucap Alesha sebelum pelayan itu pergi.
Alesha tampak melihat sosok yang ingin ditemuinya berjalan kearahnya sambil tersenyum lebar dan merentangjan tangannya hendak memeluknya. Alesha yang melihatnya tersenyum penuh arti dan pada saat pria itu berada tepat didepannya dan akan memeluknya, dengan cepat dia melayangkan tinjunya kearah perut si pria itu. Alhasil karena pukulan tinju Alesha yang agak keras, membuat pria itu membungkuk dan meringis kesakitan.
"Itu janjiku, kau ingat?" ucap Alesha lalu melenggang santai menuju tempat duduk tanpa menghiraukan pria yang meringis karena tinjunya tadi.
"Alesha, kau sangat kejam. Aku tidak menyangka kau akan memukulku seperti ini". ucapnya sambil mengikuti langkah Alesha dari belakang.
Setelah mereka duduk pelayan kemudian datang menawarkan menu dan setelah bebetapa saat, makanan merekapun tersaji.
" Ini makanlah, kau suka pasta udang ini kan?" ucap pria itu sambil menyodorkan suapan pasta dari tangannya. Alesha yang tidak menyangka akan tiba-tiba diberi suapan terpaksa membuka mulut karena makanan itu sudah tepat berada didepan mulutnya. Pria itu tampak tersenyum puas.
" Kau suka makanannya?" tanya pria itu lagi. Alesha hanya mengangguk sambil tersenyum sambil mengunyah makanannya. Merekapun melanjutkan menyantap makanan dalam diam dan tenang. Setelah makan, pria itupun menuangkan anggur kedalam gelas lalu diberikan kepada Alesha. "Jimmy terimakasih, ini sudah cukup" ucap Alesha sambil menerima minuman itu.
"It's ok Alesha, aku hanya ingin memperlakukanmu spesial malam ini. Apa itu tidak boleh?" tanya Jimmy sambil tersenyum. Matanya menatap lembut Alesha seakan mencari harapan disana. Alesha hanya tersenyum kecil. Dia merasa kalau Jimmy kali ini terlalu berlebihan. Yah, mungkin karena dia hanya antusias, sama halnya dengannya. Pikir Alesha.
Jimmy menatap Alesha dengan serius, lalu berkata, "Alesha, aku ingin menikahimu dan kau tau? aku sudah mendapat restu orang dari tuamu". Pernyataan itu sontak membuat Alesha hampir memuntahkan anggur yang diminumnya. Mata bulatnya membesar menatap Jimmy dengan shock dan tidak percaya.