"Ma, bisakah kita berjalan sendiri-sendiri? Jadilah seperti sifatmu yang dulu, karena kau yang sangat ini berhadapan dengan ku, bisa saja ku benci," ucap Nathan yang lantas bangkit dari tempatnya. Melepaskan cekalan tangan milik wanita paruh baya yang membuat pria itu tak nyaman.
Langkahnya di bawa untuk menjauh, keluar dari zona lingkaran yang sama sekali tak menguntungkan baginya. Setelah hatinya rapuh karena ketidak pedulian, orang yang menjadi alasan hidup kesepiannya itu malah tiba-tiba datang dan mengadu tentang segala hal padanya. Mama Nathan itu seperti tanpa rasa bersalah sedikit pun, menjelma menjadi sosok paling menderita. Wanita paruh baya itu jelas tak sedikit pun melihat kesedihan Nathan selama ini.
"Hei, bagaimana bisa kau meninggalkan mama yang tengah bersedih ini. Kau bilang akan membenci ku?"