Baixar aplicativo
6.66% Gejolak Dendam / Chapter 2: Ucapan Yang Menyakitkan

Capítulo 2: Ucapan Yang Menyakitkan

"Ssttt ... Nggak boleh begitu, walaupun lulusan SMA, biasanya tetap ada lowongan, kok!" Ucap Tristan.

"Halah, paling cuma sebagai office girl!" Sahut Yurika.

"Nggak apa-apa yang penting halal." Balas Tristan.

Benar ucapan Tristan, yang Vania butuhkan saat ini adalah pekerjaan yang halal, tak apa kalau hanya sebagai seorang office girl, ia pun akan mensyukuri itu.

Langit terlihat mendung, petir pun sudah terdengar dentumannya. Vania mengangkat jemuran di belakang rumah, pakaian ia, Arzan dan juga kedua mertuanya.

"Mama, nanti aku mandi hujan ya!" Ucap Arzan yang meminta izin pada Vania.

"Kalau hujannya besar, boleh mandi hujan, tapi kalau hujannya hanya gerimis, jangan!"

"Oke Mama!" Balas Arzan sambil berlari lagi ke halaman rumah.

Hujan pun turun dengan lebatnya, Arzan membuka pakaiannya, lalu ia mandi hujan bersama teman-temannya. Vania memperbolehkan anaknya mandi hujan karena ia tidak ingin anaknya kehilangan kebahagiaan dimasa kecilnya yang tidak akan terulang.

Arzan dan Keanu asyik bermain air, di depan rumah Keanu. Keanu adalah sepupunya Arzan, anak dari Yurika dan Tristan. Saat mereka sedang bermain, halaman rumah Yurika sudah dipenuhi air, seketika Liora yang keluar rumah terpeleset sampai terjungkal.

"Aww Mama ..." Jerit Liora yang kesakitan. Anak perempuan yang berusia tiga tahun itu lepas dari pengawasan orang tuanya.

Mendengar jeritan sang anak, Yurika secepatnya keluar.

"Ya Allah Liora!" Ucap Yurika sambil menggangkat Liora yang masih menangis.

"Ini lantai kok banyak airnya ya?" Tanya Yurika.

"Iya Ma, ini Arzan yang siram-siram air ke.rumah kita." Adu Keanu.

Mendengar pengaduan anaknya tersebut, Yurika langsung emosi. "Hei kamu, sudah membuat Liora terjatuh, sana pergi jangan main-main disini!" Hardik Yurika.

Arzan dengan wajah polosnya, langsung kembali ke rumahnya. Padahal bukan hanya ia saja yang membasahi lantai rumah Yurika, Keanu pun ikut andil, tapi karena aduan Keanu jadi hanya Arzan yang disalahkan.

"Sudah mandi hujannya?" Tanya Vania pada Sang Anak. Hujannya belum berhenti tapi tumben sekali ia menyudahinya.

"Sudah!"

"Kenapa, mukanya kok sedih?" Tanya Vania seraya memperhatikan wajah sang anak.

"Tadi aku diomelin, sama Mama Yurika." Adu Arzan. Ia memanggil Yurika dengan sebutan Mama.

"Memangnya kenapa kok bisa diomelin?"

"Karena lantai teras rumah Mama Yurika banyak airnya, lalu Liora terjatuh, padahal aku sama Keanu yang main air, tapi hanya aku yang disalahkan." Adu Arzan dengan wajah memelas.

"Yaudah ga apa-apa. Yuk masuk ke dalam!"

Vania memandikan anaknya. Watak Yurika memang seperti itu. Bukan baru sekali ini saja ia memarahi Arzan, ia sering memarahi Arzan atas kesalahan yang bukan Arzan sendiri yang melakukannya. Pernah saat itu, Arzan, Keanu dan teman-temannya yang lain sedang bermain di depan rumah Yurika, lalu mereka mengotori rumah Yurika. Yurika yang baru saja membersihkan lantai, tiba-tiba marah dan Arzan lah yang kena sasaran. Kalau Arzan dan Keanu rebutan mainan pun, Keanu yang selalu dimenangkan oleh Mamanya itu.

Vania memandikan Arzan, setelah itu menyuapinya makan, lalu Arzan ngantuk dan akhirnya ia tertidur. Vania terdiam di dalam kamarnya, ia teringat almarhum suaminya itu, ia rindu sekali dengannya.

Setelah isya, di rumah mertua Vania masih diadakan tahlil untuk mendoakan almarhum suaminya, Vania membantu ibu menyiapkan makanan untuk bapak-bapak yang nanti akan hadir.

"Kamu ngapain dandan segala Van?" Tanya Yurika yang juga sedang membantu meletakkan kue ke atas piring.

Padahal Vania hanya memakai bedak dan sedikit lipcream berwarna nude, tidak berlebihan, ia hanya tidak ingin terlihat pucat.

"Hanya pakai bedak dan sedikit lipcream kok, Mbak!"

"Ga usah dandan, kamu itu janda, rawan jadi fitnah! Apalagi ini yang datang-datang Bapak - bapak." Ketus Yurika sambil melirik Vania.

Vania pun ke kamar mandi untuk menghapus bedak dan lipcream yang ia pakai, lalu ia kembali membantu Ibu Rani. Walau makeup-nya sudah dihapus, wajah Vania tetap saja terlihat cerah, karena memang kulitnya putih dan wajahnya cantik, walau tanpa makeup tetap terpancar kecantikannya.

Selesai tahlilan, Vania membereskan semua piring-piring, lalu ia mencucinya. Sedangkan Yurika melipat tikar dan membersihkan lantai. Ketika Yurika sedang mengepel lantai, tiba-tiba saja Arzan berlari, lalu ia terpeleset. Arzan pun menangis.

"Makanya kamu jangan nakal, Mama lagi ngepel, kamu malah lari-larian!" Ucap Yurika, bukannya menolong, ia malah menyembur Arzan dengan kata-kata seperti itu.

Vania yang mendengar anaknya menangis, langsung menyudahi pekerjaannya, lalu ia memeluk Arzan.

"Anak nakal!" Sungut Mbak Yurika yang masih mengepel lantai. Vania yang mendengar perkataannya sangat sedih, anaknya yang saat ini sudah menjadi anak yatim, malah dikatai seperti itu. Vania dan Arzan langsung masuk ke dalam kamarnya.

Vania menangis, ia tersinggung sekali dengan ucapan kakak iparnya itu. Ibu mana yang tidak kesal kala anaknya dihina, Ibu mana yang tidak ingin membalas kala anaknya dilontarkan perkataan yang tak sepantasnya, apalagi usia Arzan baru lima tahun, wajar saja kalau ia sedang aktif-aktifnya. Keanu pun begitu, tak kalah aktifnya, namun Yurika tidak pernah menjelek-jelekkan anaknya sendiri.

***

Tin ... Tin ...

Tristan membunyikan klakson mobilnya.

"Arzan, ayo bareng aja berangkat sekolah sama Keanu!" Ajak Tristan saat Arzan ingin berangkat ke sekolah. Arzan sangat senang, jika diantar dengan mobil, karena ia jarang sekali naik mobil, setiap hari Arzan selalu naik ojek bersama mamanya.

"Papa, kan jauh sekolah Keanu dan sekolah Arzan!" Ujar Yurika yang mendengar suaminya ingin mengajak Arzan untuk berangkat bersamanya.

"Nggak apa-apa, kan masih searah. Yuk Arzan naik!" Titah Tristan dari dalam mobil. Arzan menginginkan mamanya juga ikut mengantarnya.

"Mas, boleh aku ikut?" Tanya Vania.

"Boleh, ayo!"

"Eh kamu ngapain ikut-ikut?" Tanya Yurika yang sedang menyapu halaman.

"Mau antar Arzan, karena dia suka nangis kalau nggak ditunggu sama mamanya." Jawab Vania.

Akhirnya Yurika mengizinkannya, lalu Arzan dan Vania langsung masuk ke dalam mobil.

"Maafkan Yurika ya Van, kalau dia sering bicara yang menyakiti kamu!" Ucap Mas Tristan. Ia tahu kalau istrinya sering berkata yang menyakitkan, sudah berkali-kali dinasehati olehnya tapi tetap saja selalu keluar kata-kata yang tidak enak didengar.

"Iya Mas, nggak apa-apa kok!" Jawab Vania. Walaupun perkataan Yurika sering menyakiti hatinya namun masih bisa ia maafkan.

"Kamu sudah coba melamar pekerjaan dimana aja Van?" Tanya Tristan.

"Belum sih Mas, baru cari info dan tanya-tanya aja ke teman dan saudara, tapi belum ada lowongan. Ternyata susah juga ya cari pekerjaan!"

"Iya. Begitulah hidup di Jakarta!"

Tak terasa akhirnya sampai di sekolah Arzan, Tristan memberhentikan mobilnya di seberang sekolah, lalu Arzan dan Vania turun dari mobil.

Ketika Vania dan Arzan ingin menyebrang jalan, Tristan memperhatikan wajah janda beranak satu, yang merupakan adik iparnya itu, ia begitu cantik, badannya juga terlihat langsing, tidak seperti istrinya, Yurika yang gemuk, wajahnya berjerawat, sangat jauh berbeda dengan sewaktu ia gadis.


next chapter
Load failed, please RETRY

Status de energia semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Pedra de Poder

Capítulos de desbloqueio em lote

Índice

Opções de exibição

Fundo

Fonte

Tamanho

Comentários do capítulo

Escreva uma avaliação Status de leitura: C2
Falha ao postar. Tente novamente
  • Qualidade de Escrita
  • Estabilidade das atualizações
  • Desenvolvimento de Histórias
  • Design de Personagens
  • Antecedentes do mundo

O escore total 0.0

Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
Vote com Power Stone
Rank NO.-- Ranking de Potência
Stone -- Pedra de Poder
Denunciar conteúdo impróprio
Dica de erro

Denunciar abuso

Comentários do parágrafo

Login