Xing Jiu'an menatap ke arah langit. Di bawah kegelapan malam, orang-orang datang dan pergi silih berganti sambil tertawa senang. Hanya dirinya seorang yang tak cocok dengan dunia ini. Dia kemudian mengambil ponsel dari sakunya dan mendadak ingin menelepon seseorang. Saat layar ponselnya menunjukkan nama Mu Qing, dia berhenti dan dengan serius mengubah nama Mu Qing pada kontak di ponselnya menjadi, 'Kakak seperguruan Mu Qing'.
Beberapa saat kemudian, Xing Jiu'an mengetuk layar ponsel dengan lembut. Selama proses menunggu, jantungnya semakin berdebar cepat. Dia mengepalkan jari-jarinya dengan gugup. Dalam hati, dia bertanya-tanya, jika dia menelepon Mu Qing, apakah kakak seperguruannya itu akan menjawab panggilan teleponnya atau tidak. Jika Mu Qing menerima panggilan teleponnya, entah apa yang ingin dikatakannya.
Mendadak Xing Jiu'an menjadi gugup dan ingin menutup ponselnya, tapi pada saat ini panggilan tersebut terhubung. Orang yang menerima panggilan telepon di seberang sana hanya terdiam. Dia menunggu sejenak, lalu dengan suara pelan dia berkata, "Kakak seperguruan…"
Xing Jiu'an sudah lama tak memanggilnya begitu. Ketika dia masih kecil, dia turun gunung dan selalu mengikuti Mu Qing di sisinya. Mu Qing memiliki dua orang asisten yang setia membantunya, yang memanggilnya bos. Ketika itu, Xing Jiu'an masih belum beranjak dewasa dan masih dalam usia anak-anak. Mendengar Mu Qing dijuluki 'bos', dia merasa panggilan itu sangat menyenangkan, dia pun ikut memanggilnya seperti itu. Mu Qing sudah mengatakannya beberapa kali, namun dia tidak mengubahnya dan tetap memanggilnya demikian.
Belakangan ini, hubungan keduanya memburuk. Xing Jiu'an terkadang memanggil langsung nama Mu Qing. Panggilan 'kakak seperguruan' seperti yang dilakukannya tadi, sebenarnya sudah lama ditinggalkannya. Saat membicarakan panggilan tersebut, hubungan mereka berdua sudah tidak sama seperti dulu.
Sedangkan Mu Qing yang berada di seberang sana tertegun sejenak saat mendengar suara Xing Jiu'an. Dia kemudian berkata dengan nada suara yang terdengar sangat tenang, "Ada apa?"
Suara Mu Qing begitu tenang, kaku, dan dingin. Meskipun Xing Jiu'an sudah tahu dan sudah bersiap akan sikap Mu Qing yang seperti ini, ia tetap saja merasa sangat sedih. Entah mengapa, hari ini dirinya begitu sentimental. Sebenarnya, banyak hal yang ingin dikatakannya kepada Mu Qing. Sepertinya jika dia tidak mengatakannya, dia tidak akan punya kesempatan untuk bicara lagi.
"Kakak seperguruan, bagaimana kabarmu?" tanya Xing Jiu'an.
"Kabarku baik-baik saja," jawab Mu Qing.
"Baguslah kalau begitu." Xing Jiu'an berhenti sejenak, lalu melanjutkan kalimatnya, "Kakak seperguruan, sebelumnya aku sangat nakal dan tidak tahu apa-apa, jadi aku sangat merepotkanmu dan membuatmu marah besar. Aku minta maaf, ya."
Perkataan itu sepertinya tidak sulit untuk diucapkan. Xing Jiu'an saat ini berdiri di sebuah jalan kecil, di mana ada pohon di sampingnya. Kepingan salju kecil mulai jatuh dari langit. Di tengah kegelapan malam ini, salju yang berwarna putih itu terlihat sangat mencolok. Banyak orang yang datang dan pergi, dia pun seolah tidak kesepian lagi, meski lawan bicaranya di ujung sana sangat irit bicara dan terdengar sedih. Akhirnya dia pun ikut tidak banyak bicara. Dia sudah mengucapkan permintaan maaf, jadi dia tidak tahu harus berkata apa lagi.
Mereka berdua tumbuh bersama seperti saudara. Mereka juga bergaul selama lebih dari 10 tahun. Namun, sekarang mereka berdua bahkan tak tahu harus berkata apa. Ketika telepon keduanya tersambung, yang ada hanyalah keheningan. Hati Xing Jiu'an merasa masam dengan hal ini. Tangannya meraih kepingan salju yang jatuh. Di belakangnya, dia mendengar suara anak-anak dan suara orang yang saling bersahutan. Sementara itu, hanya ada keheningan di tempat Mu Qing dan napasnya yang ringan terdengar dari seberang sana.
"Kakak, bisakah hubungan kita tetap sama seperti dulu?" Setelah Xing Jiu'an terdiam cukup lama, akhirnya dia membuka kembali pembicaraan.
Mu Qing belum sempat membalas kata-katanya, tapi Xing Jiu'an mendengar suara teriakan orang yang sedang panik. Dia pun membelalakkan mata ketika melihat sebuah mobil yang lepas kendali sedang menuju ke arahnya. Dulunya, keterampilannya sangat bagus, dalam situasi ini, dia bisa menghindar dengan mudah. Hanya saja, kecelakaan sebelumnya sangat memberikan dampak besar pada dirinya. Saat dia berusaha menghindar, lengannya tak sengaja tergores. Sambil menahan rasa sakit di lengannya, dia berlari ke samping dan menghindar.
Sambungan telepon Xing Jiu'an dengan Mu Qing belum terputus. Mu Qing di seberang sana sepertinya sangat panik, "Jiu'an, ada apa?"
Xing Jiu'an maju dua langkah dan menjawab pertanyaan Mu Qing, "Aku tidak apa-apa."
Tepat pada saat itu juga, mendadak seseorang berteriak dari belakang dengan panik. Kerumunan menjadi kacau balau.
"Gadis itu, minggir! Minggir…"