Baixar aplicativo
86.9% Edgar's Prisoner / Chapter 73: Shock

Capítulo 73: Shock

Adel yang baru saja tiba kembali ke apartemen mewah milik Max membawa serta Helen.

"Adel, ini tempat siapa?" tanya Helen.

"Ini tempat aku," jawab Adel sambil mendudukkan diri di sofa dan menyalakan televisi.

"Adel, jangan bercanda. Kamu mana mungkin mampu membeli apartemen semewah ini," balas Helen sambil duduk di samping Adel.

"Bukan aku yang beli. Ada seseorang yang membelikan untuk aku," kata Adel.

"Adel, siapa orang itu? Kamu jangan aneh-aneh, nanti nasib kamu sama kayak Hanna. Mengerikan tahu," balas Helen.

"Sudah, kamu mau minum apa? Di dapur banyak minuman," kata Adel.

"Enggak. Aku mau pulang, aku takut janti pemilik tempat ini kembali ke sini. Memang kamu sudah bilang sama dia kalau kamu hawa teman kamu datang?" tanya Helen.

"Enggak, dia tidak tahu. Bisa repot kalau dia tahu," jawab Adel.

"Tempat ini indah, tapi apakah kamu jual diri?" tanya Helen.

"Ngapain aku kerja kalau jual diri," jawab Adel.

"Siapa tahu karena kamu bosan dan tidak mau ketahuan orang aja. Dia pasti memberi uang ke kamu, Adel. Ada apa sih dengan kalian ini?" tanya Helen dengan raut wajah khawatir.

"Sudah, jangan khawatir. Tidak baik tahu kita seharian tadi sudah pusing sama mamanya Hanna," jawab Adel.

"Adel, kamu tolong jenguk mamanya Hanna. Aku takut dia makin tidak waras," kata Helen.

"Ya sudah aku akan mampir ke sana setelah pulang kerja, tapi kamu harus menginap di sini hari ini," balas Adel.

"Aku akan menginap di sini karena sudah bawa baju ke sini, tapi jujur aku takut nanti pemilik rumah ini datang," kata Helen.

"Dia hari ini tidak akan datang," balas Adel.

"Oke. Aku haus, tolong ambilkan minum," kata Helen.

"Kamu sudah kayak nyonya aja di sini, ambil sendiri di dapur," balas Adel.

"Tidak sopan kalau aku masuk ke dapur rumah orang," kata Helen.

"Alasan aja. Ya sudah aku ambilkan. Tunggu di sini, jangan ke mana-mana," balas Adel.

"Iya, makasih," kata Helen.

"Sama-sama," balas Adel.

Adel menjulurkan lidahnya lalu pergi ke dapur untuk mengambil minuman dan camilan. Helen yang ditinggal sendirian berdiri dari duduknya dan menatap sekeliling. Helen melihat-lihat lukisan yang dipajang dan ingin tahu siapa pria yang dekat dengan Adel saat ini, tapi dia tidak menemukan apa pun. Tidak ada foto-foto Adel dan pria yang dekat dengan Adel.

"Helen, kamu ngapain?" tanya Adel.

"Adel, kamu bikin aku terkejut aja," balas Helen.

"Kamu memang mau mencari apa?" tanya Adel.

"Aku penasaran aja sama pemilik apartemen ini. Dia siapa sih?" tanya Helen.

"Tidak ada foto dia di sini. Dia tidak mau ada foto dia dipajang," jawab Adel.

"Aneh," balas Helen.

"Sudah, tidak usah berpikir macam-macam. Makan nih camilan sama dan minum minuman yang aku sudah siapkan untuk kamu," kata Adel.

"Iya, Adel," balas Helen.

"Aku sebenarnya masih syok dengan keadaan mamanya Hanna. Aku sedih melihat dia seperti tadi dan aku heran siapa orang yang bisa menculik Hanna sampai kepolisian saja tidak menemukan dia," kata Helen.

"Pasti orang yang berpengaruh di negara ini dan punya koneksi," balas Adel.

"Kamu sepertinya santai banget saat teman kita hilang," kata Helen.

"Sedih dan syok juga, tapi kehidupan kita akan terus berjalan. Aku juga akan berusaha membantu keluarga Hanna, apalagi yang bekerja cuma papanya Hanna dan Niko saat ini. Niko masih kuliah," balas Adel.

"Iya nanti kita bantu bantu aja. Dikit aja sudah berarti buat mereka," kata Helen.

"Teman aku sekarang bijak banget sih, tapi sayang belum punya kekasih," balas Adel cekikan.

"Biarin belum punya daripada bermasalah seperti kamu dan Hanna," kata Helen.

"Sudah, mending makan dan kita ke kamarku," balas Adel.

"Ke kamar kamu dan pria itu? Ogah," kata Helen.

"Spreinya sudah aku ganti kok," balas Adel.

"Pasti benar kalau kamu sudah aneh-aneh sama pria itu," kata Helen.

"Helen, memang kita ini di mana? Namanya juga kita sudah dewasa," balas Adel.

"Kamu makin tidak punya otak saat sudah dewasa," kata Helen ketus.

"Sudah, jangan berisik. Pusing nih," balas Adel.

"Ya sudah mending kita nonton drama Korea aja," kata Helen.

Mereka menonton drama Korea hingga berjam-jam.

***

Di kediaman Odilio, Edgar bersama Hanna sedang berada di dalam kamar. Edgar memperlihatkan video lucu dan baju-baju yang cantik untuk Hanna.

"Sayang, bagus tidak? Kita beli kalau kamu suka," kata Edgar.

"Memang bajuku tinggal sedikit?" tanya Hanna.

"Tidak. Ini untuk kamu pakai saja dan supaya kamu terlihat lebih modis," jawab Edgar.

"Aku tetap saja tidak cantik saat memakai pakaian modis," balas Hanna.

"Hanna, lihat aku," kata Edgar.

Hanna menatap mata Edgar yang sangat dia sukai.

"Mata kamu indah," kata Hanna.

"Kamu mau mataku? Nanti aku congkel buat kamu," balas Edgar.

"Edgar, tidak lucu. Menyeramkan," kata Hanna sambil mencebikkan bibirnya.

"Bibirnya jangan monyong seperti itu, memang mau aku sosor?" tanya Edgar.

"Sosor? Kamu sudah kayak bebek aja," jawab Hanna.

"Aku tahu kamu suka aku sosor," kata Edgar.

Edgar memeluk dan mengecup-ngecup Hanna lalu menggelitikinya membuat perempuan itu tertawa.

"Minta ampun tidak?" tanya Edgar yang masih menggelitiki Hanna.

Hanna meminta Edgar berhenti menggelitikinya, tapi pria itu tetap tidak mendengarkannya.

Hanna, kamu kekasih aku yang paling cantik. Apa kamu mau ikut aku ke mana pun aku pergi?" tanya Edgar.

"Aku tentu saja akan terus bersama kamu. Saat ini aku belum bisa mengingat apa-apa," jawab Hanna.

"Kamu nanti juga akan sembuh dan mengingat masa lalu kamu. Kita besok berangkat ke London," kata Edgar.

Hanna terkejut dengan perkataan Edgar. Dia tidak menyangka mereka akan meninggalkan negara ini secepat itu.

"Cepat sekali. Kenapa besok? Aku kira aku sementara akan berobat dulu di sini. Baru juga sehari aku keluar dari rumah sakit," balas Hanna dengan raut wajah sedih.

"Sayang, ini demi kita. Aku ingin kita segera menikah setelah kamu sembuh dan kamu bisa melanjutkan studi kamu juga," kata Edgar.

"Memang aku bukan lulusan sarjana?" tanya Hanna.

"Belum. Kamu kecelakaan dan belum menyelesaikan studi kamu," jawab Edgar.

"Aku pasti masih kuliah kalau tidak mengalami kecelakaan," kata Hanna.

"Iya. Kita juga pasti sudah menikah," balas Edgar.

"Maafkan aku," kata Hanna.

Edgar memeluk Hanna lalu mengecup kening perempuan itu. Dia menatap mata Hanna yang sangat indah baginya.

"Tidak apa-apa. Semua yang terjadi ini memang membuat kita terkejut, tapi ini menjadi pembelajaran untuk kita agar cinta kita lebih kuat," kata Edgar.

"Iya kamu benar. Aku sangat mencintai kamu," balas Hanna.

"Aku juga. Sekarang kamu pilih mau baju yang mana buat di sana nanti," kata Edgar.

Hanna meminta Edgar untuk membeli pakaian di mal saja, tapi pria itu menolak.

"Kenapa kita tidak boleh ke mal?" tanya Hanna.

"Sayang, kamu belum boleh terlalu capek. Kita tidak bisa jalan-jalan terlalu lama di mal, aku tidak mau musuh keluargaku mengincar kamu," jawab Edgar.

"Apa kecelakaan ini ada sangkut pautnya dengan musuh yang kita miliki?" tanya Hanna.


next chapter
Load failed, please RETRY

Status de energia semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Pedra de Poder

Capítulos de desbloqueio em lote

Índice

Opções de exibição

Fundo

Fonte

Tamanho

Comentários do capítulo

Escreva uma avaliação Status de leitura: C73
Falha ao postar. Tente novamente
  • Qualidade de Escrita
  • Estabilidade das atualizações
  • Desenvolvimento de Histórias
  • Design de Personagens
  • Antecedentes do mundo

O escore total 0.0

Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
Vote com Power Stone
Rank NO.-- Ranking de Potência
Stone -- Pedra de Poder
Denunciar conteúdo impróprio
Dica de erro

Denunciar abuso

Comentários do parágrafo

Login