Baixar aplicativo
100% Double G / Chapter 3: Geby 03 - Keluarga Baru

Capítulo 3: Geby 03 - Keluarga Baru

Setelah kejadian di kantin waktu gue tetap kekeh untuk duduk di bangku kantin bagian pojok kanan belakang itu, kini nama gue jadi trending topik SMA Cendrawasih. Dengan caption

'Geby gebetan baru Gio'

'murid baru kelas XII MIPA 2 sasaran baru Gio sang Playboy cap kakap'

"Apa apaan mereka, gue aja kenal Gio juga nggak sengaja, kenapa juga nyebutin nama lengkap gue, Lo juga Ly pake ember segala, ngeselin ih. Nggak lagi gue berurusan sama dia." Semprot gue setelah Lya melihatkan postingan akun Ig milik SMA Cendrawasih yang berisikan tentang kejadian di kantin itu.

Sekarang gue sudah ada di apartemen milik bokap yang di berikan ke gue itu. Bersama para ciwi ciwi gue. Eh maksudnya sahabat gue.

Lya, Serah, dan Jihan sedang main aplikasi TikTok yang viral itu, Lena asik Chatingan dengan pacarnya. Ya diantara kami berlima hanya Lena lah yang punya pacar, bukannya tidak laku tapi jual mahal Bos. Gue dan ketiga sobat gue sudah menjadikan Jihan sebagai Best friends forever kami. Jadinya kami sekarang berlima, nambah satu anggota. Oke back to topic, sedangkan gue ngedumel setelah Lya memperlihatkan postingan itu.

"Jadi cowok yang Lo bilang kemarin itu. 'Sorry tadi gue kesiangan, terus ketinggalan bis, udah gitu nabrak cowok sampai handphonenya retak. Omaygat, cowok itu ganteng juga loh, manis, tinggi.' si Gio?" Ujar Lena panjang meniru ucapan gue kemarin

"What?" Kaget ketiga teman gue mendengar penuturan Lena

"Kok Lo nggak cerita?"

"Lo kok ngasih taunya sama Lena doang?"

"Jadi Lo kemarin kenalan?"

Pertanyaan berurutan di lemparkan ketiga orang yang kaget itu,

"Gue lupa, nggak sempat cerita sama Lo, iya kemarin gue nabrak dia sampai handphonenya retak" kata gue menjawab satu persatu pertanyaan sahabat gue

***

"Kayaknya gue suka deh sama tuh murid baru" jelas Gio. Kini dia sedang berada di tempat biasanya, tongkrongan bersama yang lain.

"Ha?" Teriak kaget dari teman temannya

"Apa, Lo suka sama Geby bos?"

"Demi apa?"

"Serius?"

Pecah sudah tawa teman temannya, menertawakan ucapannya barusan. Bagaimana tidak ketawa, Gio seorang playboy cap kakap itu menyukai gadis imut, nan mungil itu. Apa lagi dari sisinya gadis itu terlihat seperti gadis polos, jelas bukan tipe seorang Gio. Tipe cewek Gio itu, berbody goals, berpakaian ketat, berdandan seperti Tante Tante girang. Wkwkwk

"Aduh, udah dong kalian. Kasihanilah perut gue ini, hahahaha" ucap Zey diselah ketawanya, Gerald sampai terkekeh keras. Ini pemandangan yang hampir tidak pernah seorang Gerald keluarkan.

"Terserah Lo deh bos, tapi gue kasih tau aja dia masih polos kayaknya. Bukan tipe Lo banget" lagi. Ketawa mereka meluncur, bahkan anggota satu komitmennya pun pada ketawa.

"Udah lah, mending gue cabut dulu" setelah mengatakan itu, Gio bangkit dari duduknya mengambil kunci motor dan jaket kebanggaan komunikasi nya.

Sampai diluar pun ia masih mendengar suara tawa dari teman temannya. Udah dong, kasian bang Gio nya diledekin terus

***

Geby sedang mencibirkan bibirnya dan menyumpah serapah papih nya, bagaimana tidak kesal dia dipaksa ikut makan malam dan menginap dengan keluarga baru papihnya itu. Yang di mana ia hanya menjadi penonton kehangatan keluarga itu. Iri? Tentu Geby iri dengan saudara tirinya itu, mendapatkan kasih sayang ayah. Katanya ' berterima kasihlah, kepada mama mu ini. Karena kalau bukan dia, kau tidak ada di bagian kami saat ini'. Sungguh ucapan yang menyakitkan dari seorang ayah untuk anaknya

Geby hanya menundukkan kepalanya, menahan keras air matanya yang siapa terjun ke pipinya. Dengan cepat Geby bangkit dari tempatnya, tanpa menyelesaikan makannya, ia sudah tak napsu. Tanpa kata kata ia masuk ke kamar sang Abang, anak dari mama barunya itu. Hanya abangnya itu yang mengerti perasaannya. Menangis dalam diam dikamar Michel yang tak lain Abang tirinya.

Dan sekarang ia sedang berada di jalan sepi, sunyi, menuju minimarket yang terletak tak jauh dari rumah sang ayah, hanya saja keadaan benar benar sepi, jam sudah menunjukan pukul 9 malam. Geby bisa saja memakai mobil untuk keluar rumah, tetapi sang ayah menolak tegas, ia tidak membiarkan Geby menggunakan salah satu dari koleksi mobilnya dengan alasan takut lecet. Sang ibu tiri tidak bisa membantunya karena suaminya sudah melarang keras, ia hanya mengucapkan kata 'hati hati'

Ia juga bisa saja meminta Michel untuk mengantarkannya, tapi setelah makan malam Michel langsung pergi begitu saja, katanya ada yang harus dia urus, penting.

Geby hanya membeli beberapa cemilan dan minuman soda yang berkemasan kaleng. Setelah membayar belanjaannya, Geby kembali berjalan menuju rumah melewati jalanan yang sepi itu lagi. Sebelum ia berangkat, Geby sempat melirik jam yang terpajang di dinding kamar Michel, abangnya. Terlihat pukul 9 kurang 10 menit, perjalan menuju Minimart 15 menit, yang artinya kini setengah 10 malam.

"Njirr, gelap amat" monolog Geby. "Kalau ada orang jahat gimana, malah nggak ada siapa siapa lagi" lanjutnya, setelah melirik ponsel yang ia genggam. Jalanan perumahan ini hanya di terangi lampu jalan saja.

Keberuntungan tak berpihak kepadanya, terlihat dari jauh ada 3 orang laki laki yang berbadan gendut dan perut buncit. Geby tidak bodoh untuk tidak mengetahui siapa mereka. Mereka preman yang biasa berada di gang sempit sebelah perumahan ini.

Langkah kaki Geby semakin berat, ia merasakan aura mencekam disekitar sini. Ia kembali mengingat kejadian sewaktu ia berumur 7 tahun. Kejadian yang sama dengan yang ia alami sekarang.

"Eh ada nona cantik" ujar salah satu dari preman itu melangkah menuju Geby. Geby hanya berjalan mundur dengan pelan, sungguh ia benar benar takut.

"Mau apa kalian" tanya Geby ketika ketiga orang tersebut sudah berada di hadapannya

"Nona cantik mau kemana?"

"Sama kita aja yuk" salah satu dari mereka yang menggunakan topi hitam mencolek dagunya, yang langsung ditepis kasar oleh Geby.

"Tolong... tolong" teriak Geby

"Udah lah nona, tidak akan ada yang menolong mu" Preman tersebut semakin kurang ajar, mereka hampir saja memeluk Geby kalau Geby tidak berlari kebelakang.

Ketiga preman itu terus saja mengajar Geby, sampai pada akhirnya Geby terjatuh diaspal itu. Belanjaan sudah jatuh berantakan di jalan tersebut.

"Nggak usah lari nona" Geby meringkuk, memeluk kedua lututnya dan menangis. Ia tidak bisa berbuat apa apa lagi, trauma yang pernah ia alami sewaktu kecil muncul kembali.

Geby hanya berdoa, meminta siapa saja yang lewat atau melihatnya untuk segera membantunya. 'siapa pun tolong' jerit batin Geby.

Salah satu dari mereka berjalan dan berjongkok dihadapan Geby.

"Tak usah takut sayang" ujarnya sambil mengelus kepala Geby. Bukannya diam Geby malah tambah takut

Hampir saja orang itu memeluk Geby sebelum akhirnya.....

BHUK

***

TBC...

Jangan lupa voment

Typo bertebaran:(

Terimakasih sudah mampir di cerita ini🖤

Jangan lupa vote dan coment ya😘


next chapter
Load failed, please RETRY

Novo capítulo em breve Escreva uma avaliação

Status de energia semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Pedra de Poder

Capítulos de desbloqueio em lote

Índice

Opções de exibição

Fundo

Fonte

Tamanho

Comentários do capítulo

Escreva uma avaliação Status de leitura: C3
Falha ao postar. Tente novamente
  • Qualidade de Escrita
  • Estabilidade das atualizações
  • Desenvolvimento de Histórias
  • Design de Personagens
  • Antecedentes do mundo

O escore total 0.0

Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
Vote com Power Stone
Rank NO.-- Ranking de Potência
Stone -- Pedra de Poder
Denunciar conteúdo impróprio
Dica de erro

Denunciar abuso

Comentários do parágrafo

Login