Siang itu Diego dan Odie sudah berada di mansion. Para pelayan pun menyambut kedatangan pasangan pengantin baru itu, mereka juga membawa koper milik Tuan dan Nyonya untuk di letakan di kamar. Dengan senyum lebar Nyonya Stevany menyambut kedua anaknya datang.
"Selamat siang sayang, bagaimana malam kalian, apa menyenangkan?" ledeknya pada Diego dan Odie.
"Ibu, jangan bercanda berlebihan," jawab Diego dengan raut wajah yang sedikit cemberut.
"Apanya yang bercanda? Benar kan semalam kalian baru saja merayakan malam pertama?" Pertanyaan itu langsung membuat Diego dan Odie bungkam.
"Kenapa diam?" imbuh Nyonya Stevany.
Namun keduanya masih bungkam, dalam hati Diego hanya mengumpat, kenapa Ibunya harus membahas ini? Padahal ia sengaja tidak membahas kejadian terkam menerkam semalam, atau malam pertama, mungkin lebih tepat malam kedua bagi pengantin baru itu. Wajah Odie pun berubah merah seperti tomat, karena mendengar Ibu mertuanya membahas malam pertama.
"Sudahlah Bu, aku ingin istirahat," ucap Diego sambil berlalu pergi ke kamarnya.
Melihat suaminya pergi Odie menghampiri Ibu mertuanya, "Bu, ada yang ingin aku bicarakan."
"Ya, katakanlah."
"Tapi jangan di sini," pinta Odie.
"Baiklah, ayo ke ruang kerjaku," ajak Ibu mertuanya. Dan Odie mengikutinya.
"Katakanlah apa yang ingin kau katakan, di sini aman," Nyonya Stevany membuka percakapan.
"Baik, meski sekarang saya telah menjadi istri Diego, apa boleh saya tetap bekerja sebagai Bodyguard nya?" pertanyaan yang Odie lontarkan.
"Apa! Memang seberapa besar kebutuhanmu? Sehingga masih mau bekerja?" jawab Nyonya Stevany yang sedikit emosi.
"Bukan itu maksud saya, tapi saya hanya tak biasa hidup tanpa bekerja," terang Odie sedikit gemetaran.
"Kalau begitu boleh, tapi ada syaratnya."
"Apa," tanya Odie cemas memikirkan syarat itu.
"Buat putraku mencintaimu, mudah kan?"
"Apa saya bisa? Itu mustahil. Tapi ... akan saya coba," Odie ragu jika ia bisa membuat bos angkuhnya bisa ia jinakan, dan bisa mencintainya.
"Tak ada yang mustahil di dunia ini sayang, aku yakin ada sesuatu uang Tuhan rencanakan dan membuat kalian terikat dalam hubungan ini. Tinggal bagaimana kalian menjaganya saja, dan aku percaya, jika kau mampu menjinakan putraku yang liar itu, percayalah," Nyonya Stevany mencoba membuat Odie percaya diri.
♡♡♡♡
Odie keluar dari ruang kerja mertuanya, ia lalu melangkah menuju kamarnya. Namun alangkah terkejutnya saat mendapati kamar yang ia tempati sudah kosong, barang-barangnya pun tak terlihat di sana. Ia lalu pergi ke dapur menemui salah satu pelayan.
"Jhon, apa kau tahu kemana semua barang-barangku?" tanya Odie.
"Maaf Nona, ups ... Nyonya muda. Semua barang-barang anda ada di kamar Tuan muda. Nyonya besar lah yang meminta kami memindahkanya," terangnya pada Odie.
"Oh begitu ... , terimakasih," setelah mendengar penjelasan pelayanya Odie pergi meninggalkan dapur.
Odie hanya terdiam mencerna penjelasan pelayan tadi. Dia kira statusnya hanyalah status, dan ia akan menjalani kehidupanya seperti biasa. Namun rencana Nyonya Stevany itu tak bisa di ganggu gugat, apa yang ia perintahkan tak boleh di langgar. Dengan langkah yang begitu berat Odie berjalan menuju kamar suaminya.
Sesampainya di depan kamar Diego ia ragu untuk masuk, tapi ia berpikir kalau tak masuk masalah akan datang. Ia pun memutuskan untuk masuk, dan mulai detik ini ia harus siap dengan segala sesuatu yang akan sangat berbeda dengan kehidupan yang ia jalani dulu. Dengan status Nyonya muda di keluarga Jouller sudahh bisa di pastikan kehidupanya akan berubah 180 derajat.
Dengan perlahan ia membuka pintu kamar, ia memang sudah terbiasa memasuki ruangan itu, tetapi kali ini memang berbeda. Ruangan ini akan menjadi kamarnya entah sampai kapan ia pun tak tahu. Setelah masuk ia melihat semua barang-barangnya sudah tertata rapi di sana, ia melangkahkan kakinya lagi menuju walk in closet, matanya menelusuri ruangan itu, dalam hatinya ia sangat terkejut melihat semua pakaian yang ada di sana. Pakain bermerk terjajar rapi di sana.
Semua ini seperti mimpi bagi Odie, jangankan pakaian bermerk, baju yang layak seperti gaun saja tak pernah dia kenal. Pakaian yang ia gunakan setiap hari hanyalah celana jeans dan kaos oblong atau kemeja saja. Karena itu yang mampu ia beli, lagi pula untuk apa ia memakai gaun dan sebagainya sementara pekerjaanya tidak memungkinkan ia memakai gaun.
Bayangkan saja mana ada seorang Bodyguard memakai gaun? Pastinya akan sangat lucu. Namun kini semua menjadi nyata, Bodyguard ini akan memakai gaun. Ia tertawa dalam hati, "Benarkah ini nyata?"
Odie masih tak percaya akan kehidupanya yang baru. Ia merasa seperti Cinderella saja. Mungkin lebih tepatnya adalah Dari babu menjadi Ratu, ia lalu memperhatian pantulan dirinya di cermin besar di sana.
"Odie ... ini hanya mimpi, jangan berkhayal terlalu tinggi. Jika ini nyata kau harus sadar kenapa semua ini terjadi padamu?kau harus ingat di sini kau bukanlah orang yang berati baginya, kau hanya sebuah kesalahan baginya, " Odie berbicara sendiri seperti orang gila.
Saat dia tengah asyik di depan cermin, matanya melotot saat melihat sosok di belakangnya. Bukan hantu ini lebih menyeramkan dari hantu. Diego sedang memperhatikanya sedari tadi, dengan punggung yang menyender pada tembok, dan menyilangkan tanganya di dada bidangnya, yang di biarkan terpampang indah tanpa ada yang menghalanginya.
"Astaga ... dasar gila! Kau mau membuatku jantungan hah!" teriak Odie yang kaget.
"Kau yang gila! Tersenyum sendiri di depan cermin, bahkan berbicara sendiri, bukankah kau lah yang gila?" jawab Diego dengan santai.
"Terserah! Kenapa kau tak memakai baju?"
"Aku baru mandi, saat aku mau mengambil baju, aku lihat ada orang gila sedang bercermin. Jadi aku lihat dulu," Diego meledek Odie.
"Apa! Kau bilang? orang gila?"
"Hei ... jangan membentak ku! Siapa kau berani membentak seorang Diego," ucap Diego dengan keangkuhanya.
"Apa kau lupa Tuan Diego Kenath Jouller, jika sekarang aku adalah istri sah mu? dan ingat juga aku masih bodyguard mu," Odie memberanikan diri menjelaskan status barunya.
"Aku ingat, kau adalah kesalahan ku! Dan kenapa kau masih bekerja? Bukankah menjadi istriku sudah cukup untukmu? Dan jangan bilang kau masih akan mengatur hidupku?"
Hati Odie sedikit sesak saat Diego mengatakan jika ia adalah kesalahanya. Namun itulah kenyataan yang harus ia terima. Ia hanya mengikuti permainan yang Tuhan tuliskan untuknya.
"Kata-katamu sangat pedas ya Tuan. Tapi tak apa, dan ya ... aku masih akan mengatur hidupmu."
"Apa! Mana bisa? Aku akan cari cara agar kau tak mengatur hidupku!"
"Cari saja Tuan, kalau kau bisa tidak mencintaiku, aku pastikan kau akan terbebas dari ikatan dan juga kau akan mendapat kebebasanmu kembali," jelas Odie yang membuat Diego tertawa.
"Apa? Hahaha, aku bisa tidak mencintaimu? Tentu aku bisa! Dan apa alasanmu mengatakan ini?"
"Aku boleh bekerja lagi sebagai bodyguard mu, jika aku bisa membuatmu jatuh cinta padaku. Aku tahu itu tak akan mungkin, tapi kita tidak tahu akan rencana Tuhan bukan?"
"Kau benar, tapi tenanglah, aku akan berusaha agar aku tak mencintaimu," lagi-lagi Diego menunjukan keangkuhanya.
"Kalau kau bisa Tuan, karena aku akan tetap berusaha membuatmu mencintaiku, agar Ibumu percaya," Odie balik berbicara dengan sombong.
"Baik, kita lihat saja, siapa yang akan menang?" tantang Diego.
"Baik mulai detik ini jangan kaget Tuan, jika aku akan lebih agresif padamu. Dan ingat jaga adik kecilmu itu, agar tak tergoda denganku."
Dengan penuh keangkuhan Odie mencoba, agar tak kalah dengan Diego. Dia pun segera berlalu meninggalkan Diego yang masih di dalam walk in closet.
BERSAMBUNG...