Baixar aplicativo
5.81% Diary Horor / Chapter 16: Kamar Pesugihan (bagian 3)

Capítulo 16: Kamar Pesugihan (bagian 3)

Merasa aneh karena kejadian beberapa malam ini, Sari berniat bertanya pada Airin. "Bu, Sebenarnya siapa wanita yang tidur di kamar yang saya tempati? Padahal kata ibu tidak ada pembantu lain selain saya dan Ratna, lalu wanita yang di kamar atas... "

"Dia teman saya" Airin menatap tajam. "Dia memang tinggal di kamar atas, kamu ga usah takut. Dia ga akan ganggu kalau kamu ga melanggar aturannya. Ingat, jangan pernah membuka gorden di siang hari, teman saya ga suka! Paham?"

"Paham Bu" ucap Sari mengangguk. Tatapan Airin benar-benar tidak seperti biasanya.

Malam berikutnya Sari tidak bertemu dengan wanita yang disebut sebagai teman Airin itu. Sekarang sudah tujuh hari Sari bekerja, pagi itu ia buru-buru karena bangun agak kesiangan.

Sari Buru-buru mandi, ganti baju, tapi ia lupa satu hal. Sari membuka gorden dan juga jendela kaca. Setelah itu, iapun bergegas untuk melakukan pekerjaannya.

Hari itu, tidak seperti biasanya Airin pulang sore hari. Jauh lebih awal dari biasanya, tapi kali ini agak berbeda, Airin pulang sambil sesumbar mencari Sari.

"Ratna! Dimana suster Sari?!" tanya Airin sedikit berteriak.

"Ada dikamar Bu, sama Dedek" jawab Ratna ketakutan. Tanpa bicara lagi, Airin bergegas ke kamarnya.

"Selamat sore Bu. Bu Airin sudah pulang?" Sari menyapa ramah.

"Aku sudah bilang sama kamu jangan pernah membuka gorden kamar itu. Kenapa kamu buka ha?!" hardiknya, Airin terlihat marah besar.

"Maaf Bu, saya pikir kamar butuh ventilasi jadi... "

"Ga mau tau! Pokoknya kamu harus tutup semua sekarang juga!" mata Airin melotot, ia terlihat sangat berbeda dari biasanya.

"Ba... Baik Bu" jawab Sari bergegas menuju kamarnya dan menutup jendela serta gorden seperti semula. Meskipun Sari tidak tau kenapa Airin semarah itu, tapi setiap bos memang memiliki peraturan yang berbeda-beda, meskipun peraturan Airin agak aneh.

Malam harinya, waktunya jam istirahat dan kembali bekerja esok hari. Sari berjalan ke balkon untuk pergi ke kamarnya, tapi kali itu ia kembali melihat gerombolan anak muda seperti yang ia lihat beberapa waktu lalu. Hanya saja sekarang, anak muda itu terdiam, menatap dengan tatapan tajam kearahnya.

"Maaf ada apa ya? Sebenarnya siapa kalian?!" Sari mencoba bertanya tapi mereka tetap diam memelototinya.

Sari berlari masuk kedalam kamar lalu menguncinya, wanita misterius sudah ada disana, tidak tidur seperti biasanya tapi duduk tegak menunduk dengan rambut yang menutupi wajahnya.

"Mbak?" tanya Sari, "Itu, di luar... " ucapnya lagi gemetar, tapi wanita itu tidak juga bergeming.

Sari berjalan ke sisi lain tempat tidur dan merebahkan diri membelakangi wanita itu, tak lama kemudian suara bantingan pintu kamar mandi terdengar kencang. Sari terperanjak kaget, saat ia menoleh ke wanita yang duduk tadi, dia sudah tidak ada di sana.

"Aaaaaaaaarrkh" Jeritan melengking terdengar dari kamar mandi. Sari kaget hingga dirinya terhempas ke lantai.

Brak... Brak... Brakkk... Berkali-kali pintu kamar mandi terbanting keras, disusul kemudian suara jeritan lagi. Sari mulai gemetar ketakutan, ia menyeret tubuhnya hingga mendekati pintu tapi kakinya sulit sekali untuk bergerak.

Tangan Sari mencoba menggapai dan membuka kunci pintu, matanya waspada ke arah kamar mandi yang lampunya mulai nyala dan mati. Pintu itu tertutup rapat, tak lama kemudian pintu di gebrak dari dalam. Jeritan wanita itu semakin kencang, seperti orang yang marah, ngamuk. Saking gemetarnya, Sari kesulitan membuka pintu kamarnya.

Krengkeeeeetttt.... Pintu kamar mandi terbuka lebar, namun terlihat kosong dan tidak ada orang. Setelah berusaha keras membuka pintu akhirnya Sari berhasil juga, sebelum lari keluar ia menengok lagi ke kamar mandi, ternyata sosok wanita berambut panjang berbaju putih sudah berdiri tegak di depan pintu.

Sari semakin gemetar ketakutan, ia langsung berlari menuju balkon tapi saat di sana, gerombolan anak muda yang berwajah pucat menghadangnya. Berdiri menutupi jalan.

Sari semakin ketakutan, tanpa pikir panjang, Sari berlari sambil menutup mata. Saat melewati gerombolan laki-laki itu, ia seperti menubruk gumpalan asap.

Mereka bukan manusia, mereka bukan manusia! Saji mulai terisak, ia bergegas turun ke kamar dimana Ratna tidur.

"Astaga! Kaget tau sus!" Protes Ratna terperanjak dari tidurnya karena Sari tiba-tiba memeluknya.

"Mbak Ratna mereka bukan manusia Mbak, bukan manusia" ucap Saji lirih dan gemetar.

"Mereka siapa Sus?" Ratna memegang pundak Sari, ia merasakan tubuh yang gemetar, wajah pucat, keringat dingin dan terlihat sangat ketakutan.

"Ini minumlah, tenangkan dirimu Sus" Ratna memberikan segelas air putih untuknya. Setelah tenang ia menceritakan apa yang ia alami di kamar atas.

"Kamu yang sudah lama kerja disini, kamu pasti tau sesuatu kan?!"

Tangan Ratna tergenggam erat, tapi mulutnya tetap diam meskipun Sari menekannya untuk memberitahu apa yang terjadi. "Ratna!" Sari mencengkram bahu Ratna.

"Sus, aku ga berani cerita" jawab Ratna lirih, kini dia juga mulai merasa ketakutan. Melihat Ratna yang melas, Sari jadi tidak tega memaksanya. Akhirnya mereka berdua tidur bersama meskipun di kamar yang sempit setidaknya aman.

*****

Pagi harinya, meskipun semalam ia mengalami hal yang luar biasa menakutkan baginya, Sari tidak berani menceritakannya kepada Airin. Sari mengambil bayi untuk berjemur matahari pagi, saat itu Airin masih belum berangkat kerja.

"Selamat pagi Bu" sapa Sari ramah.

"Makanya Sus, saya kan sudah bilang jangan buka gordennya. Temanku jadi ngamuk kan ke kamu?. Lain kali jangan diulangi lagi ya!" ucap Airin sebelum pergi.

"Iya Bu, maaf" ucap Sari.

Aneh meskipun Sari tidak cerita tapi Airin sudah berbicara seperti itu, itu berarti dia memang sudah tau dengan apa yang terjadi semalam.

Sambil menggendong bayi, Sari menatap kamar yang di balkon yang terlihat dari jalan komplek depan rumah Airin. Ia masih terus kepikiran, apa teman bu airin itu hantu? Sari yakin sekali kalau semalam bukanlah mimpi.

"Suster baru ya?" sapa seorang pembantu rumah sebelah. Mengagetkan Sari yang sedang fokus melihat kamar atas.

"Eh, iya Mbak" jawab Sari.

"Betah kamu kerja di rumah ini? Soalnya sebelum kamu juga udah gonta ganti suster loh, dan setiap yang pulang dari rumah Bu Airin mereka kelihatan ketakutan. Kamu ga takut?"

"Em... Emangnya kenapa mbak, kok mereka bisa ketakutan?" tanya Sari mencoba mencari tahu, padahal dia sendiri juga sebenarnya ketakutan.

"Bu Airin itu dah kondang disini, semua warga kompleks juga udah tau Sus"

"Tau tentang apa Mbak?" Sari semakin penasaran.

Pembantu itu menoleh ke setiap arah, kemudian melirik sebentar ke arah kamar atas. "Sus, jangan mau kalau di suruh tidur di kamar itu. Karena itu kamar pesugihan!" bicara sedikit berbisik.

"Hah??? Kamar pesugihan??" Sari kaget sekaligus tak percaya. 

"Ya, dikamar itu sering sekali terlihat wanita berbaju putih dan rambut panjang. Selain itu, restoran Bu Airin juga seringkali meminta tumbal. Sudah banyak karyawan muda yang meninggal karena penyakit-penyakit aneh, tapi herannya yang meninggal itu selalu anak laki-laki usia 19san tahun"

Mendengar cerita pembantu itu, Sari berfikir sejenak. Ia ingat kalau beberapa kali melihat segerombolan anak muda dengan wajah pucat di balkon itu. Apa mereka tumbal???

"Setiap kali ada karyawan yang meninggal, restoran Bu Airin langsung banjir pengunjung Sus, kamu harus hati-hati ya" bisik si pembantu lagi.

Tak lama setelah itu, terdengar suara bantingan pintu yang sangat kencang dari kamar atas. Keduanya kaget dan langsung melihat ke kamar atas.

"Aku, aku pergi dulu" pembantu itu ketakutan dan langsung kembali masuk kedalam rumah sebelah. Begitu juga Sari, ia sudah tau sekarang, tentang siapa wanita misterius yang tidur seranjang dengannya dan juga pemuda yang suka berkumpul di balkon depan kamarnya. Sari bergegas masuk kedalam rumah, ia berusaha tenang dan melanjutkan pekerjaannya.

"Hari ini atau besok, aku harus keluar dari rumah ini!" gumam Sari.

Lebih baik dia pindah pekerjaan daripada harus tinggal di rumah yang melakukan pesugihan seperti ini.

Sari melangkah ragu menuju kamar atas, mau bagaimanapun juga, ia harus membereskan barang-barangnya dan berpamitan pada bosnya.

Sebelum masuk kedalam kamar, Sari menyisir seluruh ruangan dengan matanya. Setelah merasa aman, ia buru-buru memasukkan baju kedalam tasnya.

"Loh Sus, kenapa kamu bawa tas?" tanya Ratna.

"Aku gak betah mbak, aku mau pindah kerja saja. Rumah ini ga beres!"

"Tapi Sus... "

"Mbak Ratna juga sebenarnya tau kan tentang kamar pesugihan yang di atas?!"

Ratna terdiam, dia menunduk meremat jari-jemarinya.

"Ga apa-apa mbak, setelah bu Airin pulang nanti aku langsung pamitan" ucap Sarii. Ia meletakkan tasnya terlebih dahulu di kamar Ratna hingga Airin pulang nanti.

Malam telah tiba, Sari berpamitan dengan Airin yang sudah pulang dari bekerja. Meskipun Airin sangat keberatan kalau Sari pergi, karena selama ini dia sangat suka dengan Sari yang bekerja dengan rajin, tapi ia juga tidak bisa menahannya untuk tinggal.

Malam itu juga, Sari balik ke yayasan diantar oleh supir. Sebelum masuk ke dalam mobil, Sari menoleh ke arah kamar atas, di sana ia melihat wanita berdiri di atas balkon menghadap ke arahnya.

Sari bergegas masuk kedalam mobil dan pulang kembali ke yayasan untuk mencari pekerjaan baru. Berharap tempat bekerjanya lagi akan lebih baik dan damai.

 


next chapter
Load failed, please RETRY

Presentes

Presente -- Presente recebido

    Status de energia semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Pedra de Poder

    Capítulos de desbloqueio em lote

    Índice

    Opções de exibição

    Fundo

    Fonte

    Tamanho

    Comentários do capítulo

    Escreva uma avaliação Status de leitura: C16
    Falha ao postar. Tente novamente
    • Qualidade de Escrita
    • Estabilidade das atualizações
    • Desenvolvimento de Histórias
    • Design de Personagens
    • Antecedentes do mundo

    O escore total 0.0

    Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
    Vote com Power Stone
    Rank NO.-- Ranking de Potência
    Stone -- Pedra de Poder
    Denunciar conteúdo impróprio
    Dica de erro

    Denunciar abuso

    Comentários do parágrafo

    Login