Baixar aplicativo
0.25% Dia Imamku. / Chapter 1: Gadis cantik
Dia Imamku. Dia Imamku. original

Dia Imamku.

Autor: Inlut

© WebNovel

Capítulo 1: Gadis cantik

Malam itu hujan deras mengguyur suatu desa membuat jalan jalan tergenang air di mana mana.

Krek krek krek

Suara pintu yang dibuka.

"Wah hujannya deras banget sih bikin takut aja dan hawanya dingin banget," ucap seorang gadis yang berdiri di depan pintu rumahnya.

Dia bernama Sinta dia berumur 20 tahun dia adalah anak seorang pengusaha tempe dan tahu di desanya.

"Hujan deras ini sana masuk lah dulu kok malah hujannya di liatin," ucap Bapak Sinta yang tak sengaja melihat Sinta berdiri di depan pintu.

"Iya Pak ini juga mau masuk kok, aku cuman melihat keadaan luar banjir atau tidak" ucap Sinta kepada Bapaknya itu.

Bapak Sinta pun bergegas untuk kemar karena cuaca yang sangat dingin dan hujan yang deras Bapak Sinta memilih untuk tidur.

"Ah masuk takutnya ada petir, mana aku di depan pintu sendirian lagi ya ampun," gumam Sinta dari dalam hati.

Sinta pun menutup pintu dan mengunci pintu rumahnya dan bergegas ke kamar nya untuk berbaring dan menunggu hujan reda.

Sinta menunggu hujan reda sambil membaca buku, dia membaca buku karena dia sangat senang jika menghabiskan waktu luang dengan membaca buku.

Tok tok tok

"Sin sudah tidur belum?" tanya Ibunya dari luar kamarnya.

"Eh belum Bu kenapa Bu?" ucap Sinta kepada Ibunya.

"Ini lo Ibu bikin teh hangat sama pisang goreng kamu mau gak, enak banget loh mana ada sambelnya juga ini sin," ujar Ibunya kepada sinta.

Sinta pun membuka pintu kamarnya dan menemui Ibunya.

"Wah enak banget ini Bu mana masi hangat lagi di makan di cuaca yang dingin memang mantap Bu," ucap Sinta kepada Ibunya.

"Mau makan di kamar atau makan di luar bareng Ibu, soalnya Bapakmu sudah tidur kecapekan karena tadi banyak pesanan tahu sama tempe jadi kewalahan," ucap Ibunya kepada Sinta.

"Ya sudah makannya baremg Ibu aja di ruang tamu ayok Bu" ucap Sinta.

"Iyaa ayok," ucap Ibunya.

"Lah Bu Bapak kok bisa kecapekan lah buruh-buruhnya pada kemana Bu kan ada 8 orang buruhnya Bapak Bu" tanya Sinta kepada Ibunya yang sedang memakan pisang goreng.

"Iya ada buruhnya tapi buruhnya yang 2 orang lagi izin cuti jadi Bapak mu yang ikut ngurusin itu belum lagi ngantar tahu tempenya," ucap Ibunya Sinta

"Oalah Bu kasian Bapak ya Bu pasti capek banget karena kerjanya kan nonstop lo Bu," ucap Sinta kepada Ibunya itu.

Sinta melanjutkan makan pisang goreng dan minum teh hangat sembari menunggu hujan reda karena takutnya hujan deras mengakibatkan banjir.

"Ya mau gimana lagi Sin kan ini ya memang usaha Ibu sama Bapak Sin ini aja alhamdulillah bisa ada usaha begini cukup buat biaya kita dan bisa nabung juga buat masa depan kamu," ujar Ibunya kepada Sinta.

Sinta tersenyum dan memeluk Ibunya.

"Semoga sehat sehat terus ya bu sampai Sinta bisa banggain Ibu sama Bapak juga nantinya, Amin", ucap Sinta kepada ibunya yang tersayang.

Sinta Adalah anak satu-satunya dari orang tuanya dan Sinta tidak ingin membuat kedua Orang tuanya merasa terbebani akan adanya dia.

Setelah makan pisang goreng dan teh hangat Sinta merasa kenyang dan ibunya menyuruhnya untuk tidur ke kamar dan tidur

"Sin sana kamu pergi ke kamar dan tidir ini juga sudah malam loh Sin," ucap Ibunya kepada sinta.

"Iya Bu Sinta ke kamar dulu ya Bu udah ngantuk juga ini aku Bu," kata Sinta dengan nada lemas karena mengantuk.

Sinta pun pergi ke kamar dan hujan pun belum juga berhenti dan hujan malah semakin deras saja.

Ibunya pun juga tidur karena memang sudah sangat malam dan waktunya untuk beristirahat dan besok harus membungkus tempe karena banyak pesanan.

Ke esokan harinya Sinta bangun lebih pagi dari sebelumnya karena Sinta merasa ingin ke kamar mandi dan Ibu dan Bapaknya belum bangun.

"Duh mau ke kamar mandi kok masi gelap ya mana Ibu sama Bapak belum bangun lagi," gumam Sinta dengan pelan dan menuju ke kamar mandi.

Beberapa menit ke kamar mandi setelah itu Sinta kembali ke kamarnya tak lama kemudian Bapaknya pun bangun dari tidurnya.

"Eh sudah bangun kamu Sin jam begini la kok tumben banget ya biasanya aja siang bangunnya," ucap Bapaknya kepada Sinta yang barusan keluar dari kamar mandi.

"Terbangun karena pengen buang air kecil Pak jadi terpaksa bangun deh jam begini Pak hehe, " jawab sinta yang langsung masuk lagi ke kamar nya.

"Masuk ke kamar jangan tidur lagi Sin sini ikutan bungkus tempe dikit lagi, ini sama Ibu juga," ujar Bapaknya kepada Sinta.

"Iya Bapak dikit lagi Sinta ikutan bungkus tempe," ucap Sinta dari dalam kamar.

Akhirnya Sinta pun keluar dan berjalan ke arah tempat Bapaknya dan duduk untuk membantu membungkus tempe yang banyak itu.

"Lah Ibu mana Pak kok belum ada," tanya Sinta kepada Bapaknya.

"Ada itu masih di dapur masih ambil bungkusannya untuk ini membungkus tempe nya dikit lagi juga ikut gabung, ini di bungkus Sin karena pesanannya orang di antar jam 10 siang nanti," ucap Bapaknya itu kepada Sinta.

"Bapak banget ya Pak, ini semuanya Pak di bungkusinnya?" tanya Sinta.

"Iya semuanya tapi kan dikit lagi juga buruh-buruh nya Bapak kan pada datang mungkin sedikit lagi," ucap Bapaknya.

Tak lama kemudian pun Ibunya datang dengan membawa plastik untuk membungkus tempe.

"Ini plastiknya, lah ini anak gadis Ibu tumben jam segini baru bangun sudah bantuin bungkusin tempe lagi," ucap Ibunya dengan tersenyum kepada Sinta.

"Iya lah Bu menjadi anak yang berbakti Bu kepada Orang tua hehe," jawab Sinta kepada Ibunya.

Sinta pun ikut membungkus tempe bersama Bapak dan Ibunya dan tak lama kemudian datanglah buruh-buruh pabrik Bapaknya.

Mereka juga langsung ikut membungkus tempe agar cepat selesai dan yang lainnya mengurus tahu yang juga banyak orang pesan.

Bapak sinta adalah pengusaha pabrik tahu tempe yang besar dan banyak di kenal oleh orang-orang karena mengawali usahanya dari nol bersama Ibunya.

"Pak Bu nanti Sinta ke kampus jam 8 loh jadi sampai jam setengah 8 aja ya Sinta bantuinnya," ucap Sinta kepada Bapak Ibunya.

"Iya nak tidak apa-apa buruh-buruh juga sudah pada datang kok jadi nanti gampang banyak yang bantuin," jawab Ibunya kepada Sinta.

"Sin tolong ambilin tempat itu buat menaruh ini nak," kata Ibunya sambil menunjuk suatu wadah besar untuk di gunakan menata tempe.

"Iya Bu Sinta ambilin," jawab Sinta.

Sinta mengambilkan wadah yang mau di gunakan untuk tempat tempe.

"Ini bu wadahnya," ucap Sinta sambil menaruhkan wadah yang di bawanya ke samping Ibunya.

"Ya sudah kamu siap siap saja ke kampus takutnya nanti malah terlambat nak," ujar Ibunya kepada Sinta.

"Iya Bu, Sinta mandi dulu deh kalau begitu," ucap Sinta kepada Ibunya.

Sinta pun bergegas ke kamarnya untuk mengambil handuk dan pergi ke kamar mandi.

Bersambung


next chapter
Load failed, please RETRY

Presentes

Presente -- Presente recebido

    Status de energia semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Pedra de Poder

    Capítulos de desbloqueio em lote

    Índice

    Opções de exibição

    Fundo

    Fonte

    Tamanho

    Comentários do capítulo

    Escreva uma avaliação Status de leitura: C1
    Falha ao postar. Tente novamente
    • Qualidade de Escrita
    • Estabilidade das atualizações
    • Desenvolvimento de Histórias
    • Design de Personagens
    • Antecedentes do mundo

    O escore total 0.0

    Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
    Vote com Power Stone
    Rank NO.-- Ranking de Potência
    Stone -- Pedra de Poder
    Denunciar conteúdo impróprio
    Dica de erro

    Denunciar abuso

    Comentários do parágrafo

    Login