Kami berada di rumah orangtuaku selama tiga hari Aku dan Ali selalu melewatkan waktu berdua, ada saja hal yang kami bicarakan dan kekonyolan Ali selalu membuatku tertawa. Ayah dan ibu juga sering dibuat tergelak oleh kekonyolannya saat menggodaku. Aku melihat ayah dan ibu sudah bisa menerima Ali sebagai suamiku walau jauh di lubuk hati mereka Harsya adalah calon suami terbaik bagiku sayangnya Harsya telah meninggal karena kecelakaan. Aku hanya berharap suatu saat ayah dan ibuku bisa menganggap Ali lebih baik dari Harsya.
"Zie itu manja banget, Al. Kamu harus tahan dengan itu," kata ayah saat kami bersantai sore itu.
"Sudah tahu, Yah. Itu yang dulu bikin Al sebel banget sama dia, gak tahunya malah jodoh," Ali terkekeh sambil mengelus kepalaku yang ada di dengan tangan dimana bahunya kupakai bersandar.
"Sebel gimana?" ibu langsung tersenyum membelalakkan mata seakan mencium aroma drama dalam kisah kami.