Baixar aplicativo
0.43% Detak jantung cinta kita / Chapter 2: Setitik penyesalan

Capítulo 2: Setitik penyesalan

Pagi ini begitu cerah, sinar mentari menembus butiran embun memberikan suasana menyegarkan. Burung berkicau bagai alunan musik nan merdu, kupu-kupu bersayap indah bertebaran di warna warni bunga taman diluar bangsal vip Rumah Sakit Kencana Medika. Semua perawat mulai sibuk dengan rutinitas tugas masing-masing.

Biarlah para perawat dinas pagi hari ini bekerja dengan tenang. Mari kita beralih ke kamar ukuran empat kali empat meter berwarna pink berpadu ungu, yap kamar Winda.

"Uwaaagh ..." Winda terbangun dari tidurnya sambil merenggangkan otot-otot tangan dan kaki, kemudian mata indahnya yang masih agak kemerahan melirik jam dinding di depanya, melotot seketika kedua bola matanya sambil sedikit menganga mulutnya sebab jam menunjukkan pukul 07.10 wib. Dengan segera dia menyambar handphone.

"[Sorry aku baru aja bangun nih, aku segera berangkat ok?" Winda cepat mengetik pesan dan bergegas bersiap-siap kemudian berangkat.

Tiga puluh menit kemudian ...

Winda berjalan mengendap-endap perlahan mendekati seorang laki-laki dari arah belakang, punggungnya yang bidang memakai kaos oblong berwarna biru muda, celana olahraga hitam yang agak terangkat keatas sehingga menampakkan sedikit betis yang atletis dan sepatu kets warna putih nampak pas di tubuhnya.

"Sayaaaang!" Winda menepuk punggung laki-laki tersebut. "Maaf telat" katanya sambil meringis memamerkan gigi putihnya yang rapi.

"Aku sudah terbiasa dengan kebiasaan telat kamu ini, gadisku" mencubit gemes pipit cubby Winda.

"Hehehe" Winda nempel manja di lengan kekasihnya.

"Kamu cantik hari ini" goda Ari.

Winda mengikat rambutnya ke belakang, memakai topi pink, memakai kaos oblong ketat berwarna putih, celana olahraga hitam dengan garis pink dibahagian samping dan sepatu kets putih.

"Hari ini aja cantiknya?" tanya Winda manja.

"Hahaha ... iya, hari ini aja" jawab Ari asal.

"Huhf dasar!" Winda kesel sambil mencubit gemas lengan kekasihnya.

Ari lari menjauh menghindari cubitan manja kekasihnya itu, Winda tidak menyerah begitu saja, dia pun lari mengejar hingga keduanya sama-sama berlari megelilingi taman ramai pengunjung yang juga sedang berolahraga saat itu.

***

Di rumah Winda ...

Sepasang kekasih itu duduk di teras, melepas semua lelah setelah berolahraga. Mengobrol, bercanda, suap-suapan makanan, saling melempar perhatian satu sama lain menyejukkan pejalan kaki yang memandang. Matahari mulai membakar kulit, Ari pamit pulang sebab siang nanti dia dinas. Winda masuk rumah untuk mandi kemudian membantu Bundanya di dapur.

"Nda, kamu sudah dewasa sekarang, ibu lihat Ari pemuda yang baik, mapan juga tampan, keluarganya juga baik" puji bundanya.

Pasti ada sesutu nih kalau bunda sudah muji seperti ini. Batin Winda.

"Tapi bunda kurang setuju jika kamu sampai terlalu jauh berhubungan denganya, apalagi sampai menikah. Kamu tau kan alasan bunda dan ayah tidak suka hubungan kalian? Bunda khawatir nantinya kamu yang akan terluka."

Winda hanya terdiam mendengarkan nasehat Bundanya.

Puspitasari adalah wanita berusia 45 tahun, muslimah, sabar namun tegas dan sangat sayang pada anak semata wayangnya yaitu Winda Putri Hermawan.

***

Di kamar satu VIP ...

Luis yang dari pagi sudah sibuk merapikan diri, baju ok, rambut rapi dan harum parfum merek terkenal. Wajahnya memerah dan tersenyum menahan tawa, Luis tengah membayangkan sesuatu yang menyenangkan akan terjadi lagi pagi ini, namun seketika hilang bayangan itu seperti tertiup angin, wush ...

Perawat yang dia harapkan akan masuk kamarnya pagi ini berbeda dengan yang dia harapkan. Beberapa perawat masuk namun bukan yang dia cium kemarin sore. Luis masih mencoba menenangkan diri, mungkin nanti sore bisa bertemu.

Dokter menjelaskan mengenai kondisi medisnya secara terperinci, tapi Luis tidak fokus mendengarkan hingga dokter menegurnya.

"Bagaimana menurutmu Luis?" tanya dr.Vian.

Luis nampak kaget dengan pertanyaan dokter tersebut namun tidak tahu harus menjawab apa, dia sama sekali tidak menyimak perkataan dokter.

"Dokter Vian bertanya, apakah Tuan Luis bersedia melanjutkan perawatan medis dirumah? sebab dari pemeriksaan foto rontgen terakhir sudah menunjukkan hasil yang baik, jadi bisa mulai rawat jalan" jelas perawat mengulangi penjelasan dokter.

"Saya rasa perlu dirawat beberapa hari lagi, di sini Aku merasa lebih nyaman" Luis beralasan.

Mana mungkin Aku pulang jika di sini ada mainan yang menarik. Pikir Luis dalam hati.

"Baiklah jika itu mau kamu Luis, namun hanya dua hari, di sini bukan hotel yang bisa kamu tentukan sesuka hati kamu ingin tinggal" ucap dr.Vian sambil tersenyum. Luis pun tersenyum penuh makna.

Saat sore tiba, perawat yang dia harapkan pun belum terlihat, hanya perawat yang berbeda yang terus memeriksanya. Luis pun jadi berfikir, "Apa gara-gara tindakanku yang tidak sopan kemarin menjadikan perawat itu tidak mau lagi merawatku?" tanya Luis dalam hati. Seketika hatinya merasa sangat menyesal dengan tindakanya yang sembrono.

Ugh nyeselkan si abang? Makanya jangan jahil, hehehe. Ah, Winda kemana sih?


next chapter
Load failed, please RETRY

Presentes

Presente -- Presente recebido

    Status de energia semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Pedra de Poder

    Capítulos de desbloqueio em lote

    Índice

    Opções de exibição

    Fundo

    Fonte

    Tamanho

    Comentários do capítulo

    Escreva uma avaliação Status de leitura: C2
    Falha ao postar. Tente novamente
    • Qualidade de Escrita
    • Estabilidade das atualizações
    • Desenvolvimento de Histórias
    • Design de Personagens
    • Antecedentes do mundo

    O escore total 0.0

    Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
    Vote com Power Stone
    Rank NO.-- Ranking de Potência
    Stone -- Pedra de Poder
    Denunciar conteúdo impróprio
    Dica de erro

    Denunciar abuso

    Comentários do parágrafo

    Login