Baixar aplicativo
54.54% Delete09 / Chapter 12: 12. Nath : Anak Iblis

Capítulo 12: 12. Nath : Anak Iblis

"Ada yang merusak kamera pengawas di sekitar koridor gudang dan ruangan Myujin."

Ben yang mendengar itu langsung mendorong petugas tersebut. Ia mengamati setiap kamera yang masih berfungsi dengan baik. Dua layar menjadi gelap, namun masih terhubung.

"Kamera itu hanya ditutupi sesuatu," ujar Ben.

Ben berbalik lalu menatap ke arah dua pengikut setianya yang berdiri di dekat pintu. Ia tersenyum tipis sebelum melangkahkan kakinya ke luar ruangan tersebut. Kedua pengikut setianya langsung mengikuti pria tersebut dari belakang.

Lorong panjang yang minim penerangan itu seakan terus melahap mereka. Semakin jauh, Ben bisa mendengar suara bisik-bisik yang cukup mengganggu telinganya. Ia yakin suara itu berasal dari dalam ruangan Myujin. Dokter gila itu memerintahkan kedua pengikutnya untuk berjalan terlebih dahulu untuk memeriksa ruangan.

Begitu Alan dan Vasko membuka pintu, tidak ada satu pun yang mencurigakan. Myujin sedang duduk di lantai dengan tatapan kosongnya. Lalu Alan memerintahkan rekannya untuk memeriksa ruang sebelah yang dihuni oleh Julia. Keadaan di sana sangat sunyi. Alan juga bisa melihat sosok Julia yang tengah tidur beralaskan kardus dan kain tipis.

"Tidak ada yang aneh," ujar Alan.

Ben yang baru masuk langsung menghampiri Myujin. Ia menepuk pipi pria itu secara bergantian. Lalu ia mencengkram rahang Myujin dengan kasar.

"Apa yang sedang kau rencanakan, Myujin?" tanya Ben.

Myujin mengerjapkan matanya beberapa kali. Lalu ia menggeleng lemah. "Tidak ada yang ku rencanakan. Aku hanya sedang memikirkan nasib istriku."

Ben tersenyum, lalu tawa kecil mulai terdengar dari mulutnya. "Benar juga. Istrimu sudah terjangkit penyakit sifilis. Kau hanya perlu menunggu hingga waktu kepergiannya tiba."

Myujin menundukkan kepalanya. Ia tidak menjawab ucapan Ben yang cukup menyakiti perasaannya. Lalu dokter gila itu mengisyaratkan kedua pengikutnya untuk keluar dari ruangan tersebut. Sebelum keluar, ia memberikan sebilah pisau pada Myujin. Ia tersenyum lebar sembari menepuk bahu pria itu beberapa kali.

"Jika mau keluar dari sini, paling tidak harus mengotori tanganmu." Ben menunjuk ke arah pintu yang terbuka. "Kau harus menyingkirkan siapa pun yang menghalangi langkahmu."

Myujin menatap sebilah pisau yang ada digenggamannya. Bersih, tajam, dan kuat. Benda itu seakan menunggu saat-saat darah melekat di matanya. Ben melangkah mundur sembari melambaikan sebelah tangannya.

"Bawa juga istrimu agar dia bisa mendapat pengobatan," ujar Ben.

Begitu tiba di depan pintu, Ben kembali menghentikan langkahnya. Ia menatap Myujin dengan sorot yang begitu dingin. Lalu sebelah sudut bibirnya terangkat.

"Aku tidak akan menghalangimu. Tapi jika kau tertangkap oleh pengikutku, tubuhmu mungkin akan berakhir di mesin penggiling," kata Ben.

Aku tahu itu, batin Myujin.

Setelah itu Ben langsung menutup pintu dan pergi. Myujin bergegas bangun dari tempat duduknya. Ia melempar pisau itu ke sembarang arah. Lalu nampak Lexus dan Juan yang sedari tadi bersembunyi dibalik pintu. Mereka menghampiri Myujin dengan tangan yang masih terus menodongkan pistol.

"Kau dengar itu?" tanya Juan.

Myujin mengangguk pelan. "Ya. Dia membiarkanku kabur."

Juan tersenyum miring. "Benar, itu yang dia katakan padaku 3 tahun lalu."

Julia yang sedari tadi di dalam ruangan sebelah langsung keluar. Ia mengambil sebilah pisau yang tergeletak di depan pintu. Moncong pistol yang semula mengarah pada Myujin, mulai beralih pada wanita tersebut. Julia mengangkat tinggi-tinggi pisau yang ada di tangannya.

Myujin tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Ia mengambil tongkat besi yang menyandar di tembok dekatnya. Lalu dengan seluruh kekuatan yang ada di tangan, ia mengayunkan benda itu tepat ke pinggang Juan. Seketika pria itu langsung tumbang dan pistol di tangannya terpental cukup jauh.

"Hei, apa yang kau lakukan?!" kata Lexus dengan wajah panik.

Myujin menatap Lexus dengan sorot mata yang berapi-api. Ia menjatuhkan tongkat besi itu ke lantai. Perlahan Myujin mendekati Lexus sembari mengepalkan tangan kanannya sekuat mungkin.

"Jangan pernah menodongkan pistol pada istriku!"

~~~

Gill berlari keluar dari rumah itu. Kepalanya menoleh ke segala arah. Ia sudah kehilangan jejak Jeremy yang dibawa oleh pria bertopeng kuda. Ia kembali berlari ke sembarang jalan dengan pikiran yang kacau.

"Jeremy!" teriak Gill.

Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki yang cukup banyak ke arahnya. Gill langsung bersembunyi di balik tempat sampah. Benar saja, nampak segerombol pria berpakaian serba hitam dengan masker laboratorium. Mereka berhenti tepat di depan tempat persembunyian Gill. Untuk sesaat, ia bisa merasa pasokan udara di tempat itu mulai menipis. Ia sama sekali tidak bisa bernapas dan terus membekap mulutnya.

Pria bertubuh besar yang berdiri paling depan, menggerakkan tangannya. Seolah ia mengisyaratkan pasukannya untuk mencari ke tempat lain. Seperti saat datang, mereka juga pergi dengan langkah serempak. Kini Gill bisa kembali bernapas dengan lega. Ia keluar dari tempat persembunyiannya, lalu bergegas mencari teman barunya.

Tiba-tiba saja tangannya ditarik cukup keras hingga masuk ke dam rumah yang gelap. Ia hampir saja berteriak kalau Jeremy tidak menunjukkan wajahnya. Ia melepas topeng kudanya sembari tersenyum lebar.

"Kau terkejut?" tanya Jeremy.

Gill mengerutkan dahinya. "Kau menipuku? Apa kau tidak tahu, aku hampir saja tertangkap karena mencarimu?"

Jeremy berbalik, ia menunjuk ke arah pintu yang sedikit terbuka. "Paman di sana menolongku."

"Paman?" Gill menatap lurus ke arah pintu tersebut dengan wajah bingung.

Perlahan ia berjalan mendekati pintu. Jeremy berjalan mendahuluinya tanpa rasa takut. Ia bahkan dengan santai membuka pintu tersebut. Gill bisa melihat dengan jelas seorang pria yang tengah duduk di atas kursi kayu dengan topeng kuda melekat di wajahnya.

"Siapa kau?" tanya Gill dengan wajah yang penuh curiga.

Pria itu bangun dari tempat duduknya. "Ini dia ... Anak Myujin."

Gill mengerutkan dahinya saat untuk kesekian kalinya mendengar nama tersebut. Pria bertopeng itu perlahan berjalan ke arahnya. Lalu ia mengeluarkan sesuatu dari saku kemejanya.

"Kau sudah besar sekali," ujar pria tersebut.

"Jawab aku!" kata Gill dengan penuh penekanan.

Pria itu membuka topengnya, lalu nampak wajah yang dipenuhi luka. Gill sempat merasa nyalinya menciut saat melihat luka tersebut. Apalagi matanya yang sudah diganti dengan kelereng.

"Aku teman ayahmu," ujar pria tersebut. Ia mengulurkan sebelah tangannya sembari tersenyum. "Namaku Juan."

Walau dengan tangan gemetar, Gill menyambut uluran tangan pria tersebut. Kata yang langsung terlintas di otaknya hanyalah kasar. Telapak tangan pria itu sangat kasar, bahkan jika menyentuh wajah bisa sangat menyakitkan.

"Gill Nath," ujar Gill.

Juan menegang di tempatnya. Ia terlihat sangat terkejut hingga langsung melepas jabatan tangannya. Ia menoleh ke arah Jeremy dengan wajah yang mulai pucat.

"Nath ...," gumam Juan lirih.

Tubuh Juan langsung jatuh ke lantai. Ia menjambak rambut yang tersisa sedikit di kepalanya seperti orang kesurupan. Bahkan ia merangkak mundur untuk menjauhi Gill. Ia bersembunyi di bawah ranjang rapuh yang ada di ruangan tersebut. Ia menunjuk Gill dengan tangan yang gemetar hebat.

"Kau ... anak iblis!"


next chapter
Load failed, please RETRY

Status de energia semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Pedra de Poder

Capítulos de desbloqueio em lote

Índice

Opções de exibição

Fundo

Fonte

Tamanho

Comentários do capítulo

Escreva uma avaliação Status de leitura: C12
Falha ao postar. Tente novamente
  • Qualidade de Escrita
  • Estabilidade das atualizações
  • Desenvolvimento de Histórias
  • Design de Personagens
  • Antecedentes do mundo

O escore total 0.0

Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
Vote com Power Stone
Rank NO.-- Ranking de Potência
Stone -- Pedra de Poder
Denunciar conteúdo impróprio
Dica de erro

Denunciar abuso

Comentários do parágrafo

Login