Baixar aplicativo
0.49% Dear Pak Polisi.. / Chapter 2: Diantar Polisi Ganteng

Capítulo 2: Diantar Polisi Ganteng

Anin turun dari motor Hanan. Ia berjalan begitu saja tanpa mengucapkan terima kasih.

"Mungkin mbak lupa ya cara berterimakasih?" sindir Hanan yang bisa didengar oleh Anin.

Hanin menghentikan langkahnya. Ia langsung menekuk wajahnya.

"Dasar polisi sok.. Bantuin gak ikhlas.." gerutunya dalam hati. Ia lalu membalikkan badan berjalan ke arah motor Hanan berhenti.

"Makasih!" ketusnya.

"Gak sopan"

"Apa lagi sih ish?!!!"

"Saya nolong kamu ikhlas padahal.. Tapi kamu cuma bilang makasih ke saya aja gak bisa ikhlas.."

Anin menarik nafas lalu membuangnya.

"Ok! Makasih pak polisi Hanan..." ucapnya dengan senyum terpaksa.

"Sama-sama mbak..." ucap Hanan dengan senyum terpaksanya juga.

Saat Anin akan kembali melangkah, Hanan kembali mengganggu langkahnya.

"Jangan lupa motornya di ambil di polres ya mbak.."

Anin menahan emosinya dan membalas ucapan Hanan dengan senyum terpaksa. Ia lalu meninggalkan Hanan.

Setelah kepergian Anin, Hanan tertawa kecil.

"Hahah... Unik emang" gumamnya dan langsung menancap gas motornya.

...

Anin berjalan di koridor kampus. Keadaan sangat sepi karena kemungkinan kelas sudah dimulai.

"Ini sudah jelas ini gue terlambat.. Mati gue ketinggalan jam dosen palbot" gerutu Anin sambil memukul kecil kepalanya.

Ia sampai di depan kelasnya dengan pintu tertutup.

"Tuh kan udah tutup pintunya... Pasrah dah pasrah" gumamnya lalu menempelkan daun telinganya pada pintu.

"Btw kok gak ada suara si dosen palbot? Wah rezeki nomplok ini dia belum dateng uhuy" ucap Anin senang. Lalu, saat ia akan membuka pintu, seseorang menepuk pundaknya.

"Dosen palbot itu apa dan siapa ya?" tanya seseorang yang menepuk pundak Anin. Anin belum membalikkan badan. Ia memejamkan matanya dan meruruki dirinya.

"Duhhh siapa lagi ini.? Jangan-jangan si palbot lagi..." gumamnya sepelan mungkin.

"Hey.." panggil orang itu lagi.

"E... Palbot itu... Paling berbobot... Paling top gitu.. Heheh"

"Are you sure?" tanya orang itu.

"Siapa sih nih orang? Kepo banget?" gumam Anin.

Anin lalu membalikkan badannya.

"Si-siapa ya???" gugup Anin. Lelaki itu mengulurkan tangannya.

"Halo, perkenalkan nama saya Radit. Mulai sekarang saya akan menggantikan dosen palbot yang kamu bilang tadi... Bagaimana?" tanya lelaki itu dengan senyumnya.

"Mohon maaf bukan muhrim pak... Sesi perkenalannya udah kan ya pak? Ok saya masuk.." ucap Anin enteng.

"Tunggu! Kamu, berdiri di luar!" lelaki itu langsung menegaskan nada bicaranya.

"Eh? Kok gitu sih? Kan saya gak telat? Saya dateng sebelum bapak dateng lho"

"Tidak bisa! Kamu tetap di sini!"

"Ah gak asyik bapak ah!"

"Hmm... Saya akan mengizinkan kamu masuk... Asalkan..."

"Apasih pak sok-sok misterius gitu?"

"Jelaskan pada saya apa itu palbot dengan baik, benar dan jujur!"

"Ish... Jangan donk pak itu rahasia saya dan temen-temen.."

"Ok fine berarti kamu memilih tidak mengikuti mata kuliah saya"

"Sialan ni orang... Sama aja ngeselinnya kayak si polisi jalan tadi.. Emosi gue! Kenapa hari ini gue sial banget ya Allah..." Batin Anin.

"Bagaimana?"

"Ok.. Palbot itu singkatan dari Pala botak atau kepala botak! Ok? Udah ya saya mau masuk"

"Oh begitu... Nilai kamu akan saya kurangi"

"Lah kok gitu? Salah apa sih saya sama bapak?"

"Karena kamu sudah berani menghina dosen"

"Enak aja... Emang gitu kenyataannya kok.. Lagian temen-temen saya nyebutnya juga gitu"

"Saya tidak peduli. Yang saya dengar kamu mengucapkan kalimat itu, maka kamu harus menerima konsekuensinya."

"Ah bodo amatlah terserah bapak.. Pagi-pagi udah ketiban sial dua kali.." kesal Anin dan memasuki kelas. Dosen muda itu hanya geleng kepala.

"Dasar anak muda" gumamnya.

.....

Dosen itu memasuki ruangan kelas yang membuat heboh seluruh penghuni kelas. Anin yang baru mendudukkan diri pun diintrogasi oleh Vio.

"Nin.." panggil Vio pada Anin yang sedang mengeluarkan buku.

"Dosen baru kita nin"

"Dah tahu" acuh Anin

"Eh btw kok dia bisa masuk setelah lo sih? Bedanya deketan lagi.. Cuma beberapa detik"

"Ya mana gue tahu Vio.. Dah ah gak usah bahas dia. Enek gue"

"Ish kok gitu sih lo?"

"Hey yang depan.. Jangan berisik!" peringat dosen itu. Vio mengangguk dengan cengirannya.

"Tuh kan ditegur.." Anin.

"Yaudah maaf"

"Ok, sebelumnya apa ada yang sudah mengenal saya?"Tanya dosen itu.

"Belum" serempak mereka semua.

'Aihhh ganteng banget dosen kita ui...'

'Kenapa gak dari dulu aja sih..'

'Ini pengganti sementara apa selamanya ye?'

'Ah cuci mata gue...'

Dan beberapa komentar lainnya yang diucapkan oleh penghuni kelas itu.

"Baiklah saya minta kalian harap tenang... Nama saya Radit, saya akan menggantikan dosen sebelumnya yaitu Pak Sapri. Apa ada yang ingin ditanyakan?"

Seorang mahasiswa mengangkat tangannya.

"Iya silahkan"

"Pak, bapak dosen pengganti sementara atau selamanya?"

"Selamanya.."

"Kenapa pak?"

"Karena beliau akan berpindah ke luar kota"

Mahasiswa yang tadinya bertanya pun mengangguk.

"Ada lagi?"

"Pak, bapak umurnya berapa?" tanya Mahasiswi dengan senyum dibuat-buat semanis mungkin tapi mau muntah wkwk.

"Dua puluh tujuh tahun. Ada lagi?"

"Bapak jomblo gak?"

"Enggak"

"Yahhhhh" terdengar kekecewaan dari beberapa mahasiswi di sana.

"Kalau jomblo padahal saya mau daftar"

"Ok kalau gak ada lagi kita bisa langsung memulainya. Bisa kita mulai sekarang?"

"Bisa pak..." serempak mereka, kecuali Anin yang ogah membalas setiap pertanyaan dosen itu.

"Ok, kamu, buka halaman 71 di baca mulai dari judul atas dan setelah itu buat 3 pertanyaan dari apa yang kamu baca dan tulis di papan tulis" tunjuk Radit pada Anin yang membuat Anin terkejut.

"Apa?! Kok saya sih pak?!" kesal Anin.

"Menolak hm?" tanya Radit sambil menaikkan satu alisnya.

"Iya iya ish!"

Anin lalu mulai membacanya. Setelahnya ia menulis pertanyaannya di papan tulis.

"Ok, duduk! Sekarang kalian jawab pertanyaan itu di selembar kertas dan dalam waktu 5 menit harus dikumpul ke saya. Lebih dari itu kertas tidak saya terima!" tegas Radit.

"Dosen sialan! Cari gara-gara mulu sama gue!" gerutu Anin.

"Jangan mengumpati saya!" sinis Radit sambil melirik Anin.

Anin mengabaikannya.

"Ok, lima menit berlalu and time is over. Collect it now!" titahnya dan mereka langsung berhambur ke meja Radit untuk mengumpulkan tugas.

"Mampus gue! Gue yang buat soal tapi gue yang belum selesai." gerutu Anin.

"Buru ini copy punya gue nin.." Vio

"Sabar elah.." Anin langsung menulis dengan cepat sehingga tulisannya menjadi amburadul.

Akhirnya semua dapat mengumpul tugas. Radit memeriksanya.

"Anindya Putri Aisyah!" panggil Radit.

Anin menepuk jidat nya.

"Ish!! Apalagi sih?! Emosi gue" kesal Anin. Vio mengusap pundak Anin.

"Sabar nin sabar" tenang Vio.

"Apa pak?" tanya Anin sambil berjalan menghentak-hentakkan kakinya .

"Kenapa tulisan kamu seperti ini? Seorang guru itu tulisannya harus rapi, bagus dan mudah dibaca. Sedangkan kamu?"

"Yaudah iya maaf... Sini biar saya perbaiki."

"Tidak! Nilai kamu kosong!"

"Eh? Gak bisa gitu donk pak kan saya udah ngerjain"

"Silahkan duduk"

"Ish!!"

Dibalik itu, ternyata Radit tersenyum.

"Astaga mukanya... "Batin Radit .

Halo....

Alhamdulillah udah part 2..

Jangan lupa VOMMENT!!

Thank You <3


next chapter
Load failed, please RETRY

Presentes

Presente -- Presente recebido

    Status de energia semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Pedra de Poder

    Capítulos de desbloqueio em lote

    Índice

    Opções de exibição

    Fundo

    Fonte

    Tamanho

    Comentários do capítulo

    Escreva uma avaliação Status de leitura: C2
    Falha ao postar. Tente novamente
    • Qualidade de Escrita
    • Estabilidade das atualizações
    • Desenvolvimento de Histórias
    • Design de Personagens
    • Antecedentes do mundo

    O escore total 0.0

    Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
    Vote com Power Stone
    Rank NO.-- Ranking de Potência
    Stone -- Pedra de Poder
    Denunciar conteúdo impróprio
    Dica de erro

    Denunciar abuso

    Comentários do parágrafo

    Login