" Aku pikir dia pria yang tepat untuk Anaya," gumamnya yang aku balas dengan senyum kecut.
" Tidak semua yang terlihat baik adalah baik, Pah," kataku.
" Apa alasannya?" tanya Papa lagi.
" Rendra capek, Pah. Rendra ke kamar dulu," ucapku malas menghiraukan pertanyaan Papa. Tapi memang aku sungguh lelah sekarang. Dan lagi, aku belum ganti baju. Baju yang kuyup tadi hingga sudah setengah kering aku pakai. Dan aku harap aku tidak flu setelah ini.
******
POV Ardhan.
Aku mengumpati diriku sendiri. Aku tak bisa mengatasi masalahku sendiri. Sehingga membuat Anaya, kekasih ku itu memilih salah paham daripada menungguku menjelaskan.
Dan kenapa Karin harus datang? Padahal kami hanya berteman. Tapi entah kenapa hari ini dia terlihat sangat cari perhatian sekali padaku. Dengan adanya adegan berpelukan tadi di Cafe. Sukses membuat pandangan orang-orang bahwa Karin seperti kekasihku.