Nizam masih saja merasa cemburu kepada Pangeran Abbash, Ia tetap merasakan kalau Alena seperti memiliki suatu perasaan kepada Pangeran tampan itu. Alena sendiri masih gemetar dalam gendongan suaminya. Riak matanya gelisah, Ia sungguh tidak tega melihat darah berhamburan dari mulut Pangeran Abbash. Ia menjadi sangat menyesal telah memprovokasinya, Ia juga menyesal bersedia dicium oleh suaminya sehingga Pangeran Abbash menjadi gelap mata dan melakukan penendangan kepada salah seorang penjaganya.
" Aku tidak ingin dia mati baik sekarang maupun nanti," Kata Alena dengan tegas. Nizam mengerutkan keningnya.
"Tetapi mengapa ? Apakah Kau mulai jatuh cinta kepadanya. Wajahnya memang tampan sangat tampan. Dia lebih seperti artis Cina, benarkan ?" Kata Nizam.
Alena tiba - tiba minta turun dari gendongan Nizam dan Nizam menurunkannya.