"Jangan tanya ke aku. Aku tidak tahu. Dit, ayahnya Rayyan itu pernah dipenjara enam tahun karena tuduhan dari keluargamu."
"Apa?!" Radit sangat terkejut.
"Mungkin itulah dendam awal Rayyan."
"Ya, tapi aku belum tahu alasannya. Sampai om Hardi Sufyan masuk penjara."
"Pelan-pelan kamu akan tahu," kata Nadira. Dokter cantik itu fokus melajukan mobil. Radit diam-diam terus memikirkan segala masalahnya.
"Menurutmu, apa artinya kehidupan?" tanya Radit lalu menatap Nadira.
"Hidup untuk melakukan kebaikan, segala sandiwara kehidupan sudah tertulis. Hidup sejatinya untuk mencari ridhoNya. Bukankah dalam kandungan, ketika Sang Pencipta memberi ruh. Janin ditanya, siapkah hidup di dunia? Dan Sang Pencipta pun menunjukkan kehidupan janin tersebut di dunia. Jika janin tidak siap menghadapi kehidupan, maka janin akan gugur dari rahim sang ibu."
Radit menatapnya. "Jangan menatapku seperti itu, takutnya kamu nanti terpesona olehku."
Mendengar perkataan Nadira, Radit tertawa lepas, Nadira melirik singkat sambil tersenyum.
Mobil terparkir di depan rumah yang sangat sederhana. "Rumah ayahku tidak besar, mungkin juga kotor, mungkin kamu akan risih."
"Jangan bicara seperti itu. Rumah ternyaman adalah ketika kita merasa bahagia.
— Novo capítulo em breve — Escreva uma avaliação