"Sebetulnya aku ...."
Aku meledakkan tawa lantas menggeplak lengan Hendri kencang.
"Kamu diam-diam men-stalking kehidupanku bukan? Hendri, aku memang tahu semua itu tapi tolong jangan terlalu sering melakukannya. Kamu harus bisa hidup tanpa mengharapkan cintaku, dengan begitu akan ada kata bahagia. Bukankah selama ini juga ibumu benar-benar menentangnya?" tuturku dengan lembut.
Hendri menatapku cukup lama. Dari tatapan itu dia jelas sedang protes, Hendri tak mau aku melarangnya tapi ya gimana? Kalau dia sudah tahu bahwa kami tak akan bersama harusnya jangan berjuang sampai sejauh ini. Paham jika ada kemungkinan bahwa kami mungkin akan bersama-sama sebagai teman.
Tapi bisakah ibunya dan Joo merestui? Yang ada hanya pertengkaran konyol dari kedua belah pihak keluarga saja. Demi menghindari itu semua haruskah aku berteriak di telinganya? Duh, dasar deh anak ini.
"Aku nggak bisa," ucap Hendri seperti dugaan dariku sebelumnya.