Baixar aplicativo
37.5% BREAK THE RULE OF FRIENDSHIP / Chapter 15: Kesempatan

Capítulo 15: Kesempatan

Pratama kakak Diga nomer satu baru saja pulang dari dinasnya di luar kota tepatnya adalah di Surabaya. Kedatangan Pratama memang selalu menjadi alasan Diga untuk pulang lebih lama dari biasanya saat sekolah, ia sangat malas melihat kakanya yang selalu mengomentari apapun yang ia lakukan.

Ayah juga seminggu ini libur dari dinasnya, semakin membuat suasana rumah menegang tidak seperti biasanya.

"Pulangnya jangan ke sorean ya. Anterin ibu ke super market buat belanja kebutuhan rumah," teriak ibu Diga dari dapur saat ia sedang berpamitan dengan sang ayah.

Seperti biasa ibu akan masak besar setiap keluarga kami kumpul, hanya saja kakak Diga yang nomer dua belum jelas kedatangannya karena suaminya yang juga belum mendapatkan cuti.

"Iya bu, insyaallah kalo nggak kerja kelompok," jawab Diga sekenanya.

Kai baru saja sampai di depan rumah Diga ia sudah siap dengan sepedahnya dan tas ransel yang ada di punggungnya, hari ini mereka berdua akan berangkat sekolah menggunakan sepedah karena katanya Kai ingin lebih sehat dari biasanya padahal ia tahu bahwa dirinya sedang mengumpulkan uang untuk membeli buku.

"DIGAAAA!!!!" teriak Kai.

Ibu Diga dari dalam langsung lari kecil sambil membawa dua kotak makan.

"Eh, Kai sayang ini ya bekelnya. Ibu masak cumi asin di cabein ijo sama tempe goreng kesukaan kamu!" ucap ibu Diga dengan suara yang gembira.

Kai dengan cepat langsung mengambil kotak makan itu dan mencium ibu Diga dengan penuh rasa senang, karena pertama di beri bekal makanan kesukaannya kedua ia bisa lebih mengirit uang jajan dan yang ketiga adalah ia merasa di beri kasih sayang yang lebih dari sekadar seorang teman dan ibu temannya melainkan seperti anaknya sendiri.

"Dah, bu, assalamualaikum," ucap Kai kencang.

"Waalaikumsalam."

Di perjalanan mereka bertemu dengan Farhan yang memang rumahnya tidak jauh dari komplek kami berdua dan kebetulan ia juga membawa sepedah menjadikan kami berangkat bersama ke sekolah.

"Gue denger-denger OSIS mau ngadain acara deh minggu depan atau bulan depan gitu," ucap Farhan membuka obrolan kepada mereka berdua.

"Acara apa, Ham?"

"Hmm,, apa ya namanya. Eskul penyiaran sih yang ngasih ide tapi di kembangin lagi sama OSIS. Kayaknya intinya kita harus di suruh bikin surat gitu, surat apa aja ke orang yang pengen banget kita tuju." jelas Farhan.

Diga langsung penasaran dengan acara itu karena sebelumnya tidak pernah terpikirkan oleh dirinya bahwa sekolah akan mengadakan acara yang ia sukai. Diga memang lebih suka dengan kegiatan yang tidak memerlukan fisik.

"Ah, nggak seru," ucap Kai dengan muka kecewanya.

Tidak terasa mengayuh sepedah sambil mengobrol ternyata perjalanan ke sekolah sudah semakin dekat, Farhan yang berpamitan sebentar karena ingin membeli sarapan di dekatr sekolah.

* * *

Suasana kelas matematika tengah santai tetapi ramai tidak jelas di karenakan guru matematika sedang berhalangan hadir dan hanya memberikan kami tugas untuk di kumpulkan minggu depan.

"Ah elah. Lo gimana sih main nggak becus banget, cuma jadi beban!" ucap Reno dari belakang yang sedang sibuk bermain mobile legend bersama anak laki lainnya.

"Udah kalo nggak bisa main diem ajaa. Beban!" ucap Reno lagi kini suaranya semakin melengking seperti kucing yang sedang terjepit.

"Woy. Berisik banget lu pada! Kalo main main aja, jangan kayak anak kecil, berisik. Ganggu gue tidur!" bentak Kai kepada bangku paling belakang. Setelah Kai berbicara seperti itu Reno langsung terdiam karena ia memang takut dengan Kai.

"Cie elah, marah-marah aja nih," ucap Sherina dari samping kanan Kai.

Sherina merupakan salah satu teman dekat Kai di kelas, ia berteman dekat sejak orientasi SMA pertama dan ternyata mereka berdua selalu di pertemukan di kelas 1 dan 2.

"Eh, lo tau nggak sih kalo OSIS mau ngadain acara lagi!" seru Sherina sambil membuka kotak makannya.

Kai langsung melenggangkan kedua tangannya karena ia baru saja bangun dari tidurnya.

"Ye, tidur mulu lo!"

"Acara yang dari eskul penyiaran itu?" tanya Kai suaranya yang masih serak karena baru bangun tidur.

"Iya. Lo udah tau? Sumpah ya gue bakalan bikin surat cinta buat kaka kelas yang gue taksir dari awal masuk SMA!" seru Sherina matanya berbinar menandakan bahwa ia sangat senang dengan adanya acara ini.

Seketika Kai berpikir ingin menulis surat tentang apa dan untuk siapa, karena seperti seperti mobil yang kehilangan arahnya.

"Ah ga jelas acaranya," ujar Kai seraya mengambil tahu yang ada di kotak makan Sherina.

"Ye, dasar manusia nggak jelas."

* * *

Sementara di kelas XII-IPA 3 yang merupakan kelas Diga sedang sibuk dengan laptop dan ponselnya masing-masing. Hari ini hampir beberapa kelas tidak ada gurunya karena ada rapat penting yang di selenggarakan oleh kedinasan.

"Lu nggak main juga?" tanya Farhan menggoda Diga yang sedang sibuk memutarkan pulpennya karena kebingungan dengan rumus fisika.

Diga menggelengkan kepalanya karena sedang kebingungan.

"Belajar mulu, Ga, Ga. Ayolah main," ucap Farhan lagi ia sedang membujuk Diga untuk bermain game online di ponselnya.

Sementara itu anak perempuan di kelasnya sedang sibuk membicarakan tentang acara OSIS yang akan datang, ada yang berteriak histeris karena sudah tidak sabar dengan acara tersebut dan ada yang sudah menulis serta merangkai kata-kata.

"Pada antusias banget kayaknya sama acara OSIS kali ini," ucap Diga tiba-tiba lalu menoleh ke arah Farhan yang sedang sibuk dengan ponselnya.

Beberapa detik Farhan tidak menjawab ucapan Diga karena permainan terlalu seru, hingga akhirnya Diga kembali fokus lagi kepada soal fisika.

"Ya gimana nggak antusias. Kapan lagi lu bisa ngungkapin perasaan ke orang yang lu suka secara diem-diem dan di bacain pake toa sama MCnya di depan panggung."

Diga tertegun mendengar penjelasan dari Farhan seolah ada suatu kesempatan untuk dirinya mengungkapkan perasaan yang selama ini ia kubur.

* * *

Kai baru saja sampai di rumah pada pukul 4 sore, terlihat ayahnya yang baru saja pulang dari begadangnya dengan pakaian yang bau dengan alkohol serta raut wajahnya yang tidak tidur semalaman.

"Kai, tolong bantuin beresin dapur ya. Ibu tadi dapet telepon dari bu Ida yang di komplek seberang, katanya ada kerjaan buat ibu," ucap ibu dengan suaranya yang parau.

"Iya bu," ucap Kai lemas.

Ia langsung mengarah ke kamar Raya dan tidak ditemukan adiknya padahal jam sudah sangat sore.

"Raya belom pulang bu?"

"Belum kak, katanya dia ada kerja kelompok," jawab ibu sambil membereskan rambutnya.

"Udah ya, ibu berangkat dulu. Itu makan siang kamu nanti ambil sendiri. Nggak usah di sisahin buat ayah kamu, makan aja semua," ucap ibu berpamitan seraya tangannya mengelus bahu Kai dan membuat dirinya semakin sakit mendengar ucapan ibunya.


next chapter
Load failed, please RETRY

Status de energia semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Pedra de Poder

Capítulos de desbloqueio em lote

Índice

Opções de exibição

Fundo

Fonte

Tamanho

Comentários do capítulo

Escreva uma avaliação Status de leitura: C15
Falha ao postar. Tente novamente
  • Qualidade de Escrita
  • Estabilidade das atualizações
  • Desenvolvimento de Histórias
  • Design de Personagens
  • Antecedentes do mundo

O escore total 0.0

Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
Vote com Power Stone
Rank NO.-- Ranking de Potência
Stone -- Pedra de Poder
Denunciar conteúdo impróprio
Dica de erro

Denunciar abuso

Comentários do parágrafo

Login