Gian yang mendengar bisikan lirih itu sontak mengangkat wajahnya terkejut. Matanya yang berlinang air mata kini menatap Gina tidak percaya.
"Gina ... "
Sang empu pemilik nama mengukir senyum tipis untuk menenangkan Gian. Dilihat dari bagaimana cara Gian menatapnya, Gina sudah tahu bahwa kakak kembarnya itu terlampau khawatir.
"Kak Gian di sini?" Suara yang keluar dari mulut Gina sangat lirih. Bahkan memerlukan tenaga yang sangat banyak hanya untuk mengeluarkan beberapa kata dengan pelan.
"Iya, kakak di sini. Maafin kakak baru ada di samping kalian sekarang."
"Nggak p-papa."
Gina tampak amat lemas. Keningnya pun sesekali berkerut menahan sakit yang berasal dari perutnya. terkadang Gina akan merasakan rasa panas yang teramat sangat dari sana juga perih yang tidak bisa ditahan.
Rasa sakit itu lah yang seringkali membuat Gina tidak bisa mempertahankan kesadarannya.