Alex bete dibuat oleh wanita satu ini. Sekarang dia ada di salah satu mal. Ya, mal paling besar di kota Sumatera pastinya. Padahal Alex pengin jalan-jalan sendiri menghabiskan masa hidupnya dengan dunia sehari-hari. Dia juga tidak paham dengan keadaannya sekarang. Sudah dua minggu ini sikapnya sedikit aneh. Apalagi bertemu dengan wanita hamil itu.
Dia tidak tau lagi, selalu buat hidupnya susah tidur, hingga dirinya minta obat untuk mudah tidur. Lama-lama hidupnya akan tercandu pada obat-obat pemberian David.
"Alex, bagaimana dengan baju ini? Bagus? Kalau beli dua dengan motif sama, sepertinya kita memang serasi banget," ucap Chika masih memilah-milah baju dan mencari motif gambar yang sama dia tunjukkan kepada Alex.
Alex tak satu pun tertarik pada motif di tunjukkan oleh wanita cupu ini. Semakin hari Alex seperti bodyguard. Sementara Alberto malah berdiri di depan butik sambil memantau sekitarnya. Kadang sambil mengisap sebatang rokok buang rasa suntuk nya.
"Akhirnya ketemu juga," ucap Chika, akan tetapi dia merenggut setelah dia ambil ukuran bajunya semua size M sedangkan badan Alex tinggi dan pundaknya lebar. Pastinya harus cari ukuran yang sesuai.
"Mbak! Ini gak ada ukuran L, ya?" Chika bertanya pada wanita berdiri tidak jauh dari Chika dan Alex.
Kemudian wanita itu mendekati Chika, dia pun melihat ukuran size tersebut. Lalu dia pun mencari di bagian penyimpanan. Sambil menunggu, Chika lihat-lihat baju lain. Mungkin ada yang pas buat tubuhnya nanti. Chika memang suka shopping, apalagi waktu kuliah di luar negeri, dia diajari oleh sahabatnya sendiri. Imelda.
Demi berubah penampilan agar tidak terlihat cupu dan culun di mata pria dia sukai. Setelah berbulan-bulan dia belajar segala fashion dan alat-alat make up. Akhirnya dia berhasil membuat para pria berpaling padanya. Sayangnya Chika hanya tertarik pada satu orang saja, yaitu Alexis Viando Sanjaya. Di mulai masa sekolah pun Chika sudah jatuh cinta padanya. Meskipun melihat sikap Alex selalu acuh padanya. Chika makin suka padanya.
"Mohon maaf, Mbak. Ukuran size yang Mbak minta, sudah habis," ucap wanita itu memberitahu kepada Chika.
Chika merasa kecewa padahal ukuran baju yang dia pilih sangat bagus, apalagi dibayangin lagi dengan Alex. Sudah serasi dan couple. "Yaaa, padahal motifnya bagus banget. Memang sudah habis? Coba cek lagi mungkin terselip atau bagaimana gitu?" ucap Chika memohon pada wanita itu untuk kembali periksa lagi.
Wanita itu menurut dan memeriksa lagi, tetap saja nihil. "Maaf sekali lagi, Mbak. Benar-benar sudah habis. Mungkin Mbak bisa pilih motif yang hampir sama?" Chika tetap tidak mau. Dia sangat dengan motif ini apalagi gambarnya juga sangat serasi.
"Gak, Mbak. Aku cuma mau motif begini. Mungkin di tempat lain ada motif seperti ini, ya sudah kalau begitu Terima kasih, ya, Mbak." Chika berlalu keluar kemudian merangkul lengan Alex secara tiba-tiba membuat Alex menuntut dengan tatapan tidak suka.
Chika merasa dipelototi oleh Alex dengan cepat dia membalas tatapan itu. Chika tidak takut pada tatapan serigala seperti Alex. Malahan semakin ditatap seperti itu, Chika semakin yakin dengan perasaannya.
"Kau tidak perlu menatapku seperti itu. Bukannya kita sebentar lagi akan bertunangan. Jadi wajar kan kalau kau menemani aku ke mana pun. Kalau nanti sudah menikah, masa kau menolak permintaan istri apa yang mau dia diinginkan. Apalagi aku misalkan aku hamil dan ngidam, masa kau mau menolak untuk pergi...."
Alex dengan cepat menjauhkan lengan dari rangkulan Chika. Semakin didengar omongan wanita ini. Alex semakin muak dengan permainan otak licik Hantari Rejeki.
"Tunangan? Memang sejak kapan pembicaraan itu di mulai? Sepertinya kau salah paham, Nona Chika. Saya datang ke perusahaan Hantari Group bukan untuk membahas soal hubungan asmaramu. Hanya sekadar hubungan rekan bisnis perusahaan berkerjasama dalam suatu bentuk proyek. Jangan berpikir saya datang hanya untuk rujuk menyetujui hubungan anak-anak? Sampai sekarang pun saya belum mendengar kabar bahwa saya dan kau akan bertunangan?!" potong Alex memperbaiki omongan Chika tadi.
Chika yang mendengar itu, sungguh sangat malu sekali. Apalagi suara Alex tak jauh lebih besar dari suara panduan suara. Dia mencoba menahan untuk tidak kesal padanya. Walaupun omongan Alex suka buat hati siapa pun kesal. Tetap saja Chika akan meminta ayahnya segera menyelenggarakan hubungan dengan keluarga Sanjaya. Sampai kapan Chika tetap akan lakukan untuk bisa mendapatkan hatinya Alex.
Alex berlalu meninggalkan mal itu dan membiarkan Chika berdiri seorang diri dengan rasa malu pada sekitarnya. Alberto mengikuti jejak Alex sesekali dia melihat wajah Chika sangat merah sekali. Pastinya rasa kekesalan itu akan semakin rumit.
"Tuan, apa tidak apa-apa Nona Chika...."
"Dia punya kedua kaki dan kedua tangan, wanita seperti dia tidak usah di manjain. Semakin manja semakin aneh saja tingkah lakunya. Kau pikir aku ini sosok pria peduli pada sikap kekanak-kanakan nya?" ucap Alex lebih cepat melangkah kedua kakinya.
****
Fira dari tadi mengipas-ngipasi dirinya yang terus bercucuran karena cuaca yang begitu panas sekali. Kemudian dia menelan air ludah berulang kali. Dilihat sisa botol minuman dia beli tadi dekat warung sudah tinggal sedikit. Kali ini dia benar-benar sangat haus dan lapar. Perutnya perlu di isi. Dia pun mencoba mencari udara dingin untuk suhu tubuhnya yang sudah panas seperti terbakar.
Sementara Ervan mendadak mendapat panggilan dari perusahaan untuk segera interview. Padahal beberapa jam saja Ervan meletakkan surat lamaran kerja di sana. Tiba-tiba seseorang menelepon untuk hadir interview. Dengan wajah bahagia Ervan pun hendak untuk pergi. Sebelum kembali ke perusahaan dia lamar. Ervan meminta Fira untuk menunggu di mini market sampai dia kembali.
Sambil keliling, Fira pun berjalan, karena cahaya matahari semakin terik. Akibat pemandangan Fira semakin buram. Bahkan dia tidak bisa konsentrasi untuk berjalan.
"Kenapa dengan kepalaku?" tanyanya pada diri sendiri. Fira berusaha untuk sekuat tenaga berjalan. Sedikit lagi dia sampai di salah satu mal. Mal terbesar di Sumatera.
Alex keluar dari tempat Mal itu. Kemudian di sana tanpa sengaja Alex bertemu kembali dengan wanita suka mengajak dirinya cari ribut. Fira berjalan semakin linglung, tiba-tiba ponsel Fira berdering. Dengan cepat dia angkat.
"Halo Sayang, kamu ada di mana sekarang?" tanya Fira. Dia terus memegang kepalanya.
["Sayang, sepertinya aku tidak bisa antar kamu pulang. Hari ini aku diterima kerja dan sekarang aku mulai kerja. Ini aku mau antar putri majikannya pulang dari mal. Kamu bisa pulang sendiri, kan?"] jawab Ervan pada Fira.
Fira mendengar itu pun ikut senang tapi dia mencoba untuk mengangkat kepalanya. Tetapi matahari malah terang membuat kedua mata Fira tidak bisa melihat apa pun.
"Iya, Sayang. Gak apa-apa, aku nanti pulang naik angkot saja," ucap Fira pelan, tak lama kemudian dia tak sadarkan diri di sana.
Dengan cepat Alex berlari dan menangkap wanita itu yang jatuh pingsan. Alberto juga panik melihat putra majikannya berlari terburu-buru.
Fira merasa seseorang memanggil dirinya. Tapi dia tidak dapat menahan betapa sakit kepalanya dan dia merasa seluruh tubuhnya ringan. "Hei! Nona! Bangunlah?!" Alex terus memanggilnya tetapi nihil tidak ada respons.
Tanpa pikir panjang Alex membawa Fira ikut masuk ke mobilnya. Alberto dengan cepat juga menghidupkan mobil dan meninggalkan area parkiran mal tersebut. Perjalanan menuju ke rumah sakit, Alex memangku kepala Fira.
"Lebih cepat Alberto! Kau tidak ingin dia mati?!" pinta Alex meminta Alberto lebih cepat melaju mobilnya.
"Ini sudah cepat, Tuan! Ini sangat bahaya jika mobil kecepatan semakin cepat. Ini taruhan nyawa. Saya juga takut Tuan kenapa-kenapa?!" ucap Alberto terus melaju sambil membunyikan klakson ke setiap mobil ada di depannya.
"Nyawa tidak seberapa, asal wanita ini selamat! Kau tidak mau kan di anggap pembunuhan soal atas kematian wanita sedang mengandung!" omel Alex tidak peduli seberapa dia mementingkan Fira yang sedang hamil muda. Asal dia bisa menyelamatkan keduanya, dia akan merasa lega.
[ BERSAMBUNG ..... ]