Baixar aplicativo
5.38% Between Cat / Chapter 14: Cemburu

Capítulo 14: Cemburu

"Gani, gue titip tas gue dulu. Nanti gue ambil lagi!"

"Woi, Gal! Lo mau kemana?" tanya Gani---teman sekelas Galaksi--- namun tak diindahkan oleh Galaksi yang sudah berlari meninggalkannya.

Galaksi harus segera menemui May sebelum ada orang lain yang tahu, bisa gawat jika May berkata jika ia suami perempuan itu. Mau diletakkan di mana lagi mukanya?

Namun, waktu tak bersahabat dengannya. Tiba-tiba saja salah satu dosen memintanya untuk membelikan segelas es teh. Ingin hati untuk menolak, tapi ia tak ingin nilainya menjadi terancam. Bisa-bisa ia dianggap sebagai mahasiswa yang sombong. Bukan maksud mencari muka, karena hakikatnya setiap manusia mempunyai muka masing-masing sejak lahir. Eh, maksudnya terkadang dosen meminta tolong kepada mahasiswa bukan untuk memperbudak---walau ada yang iya--- tapi lebih tepatnya ingin melihat bagaimana sikap mahasiswa tersebut.

Usai dengan urusan es teh, Galaksi melesat cepat menuju gerbang kampus di mana seharusnya May ada di sana. Namun, nihil, May tak ada di sana.

"Astaga, apa tuh anak udah pulang karena gue kelamaan, ya?" tanyanya pada diri sendiri.

Ting!

Sebuah pesan dari Gani membuatnya terkejut.

"Bro, ada cewek yang nyariin lo. Kata Ponia sih sepupu lo yang di luar negeri"

Galaksi langsung mengusap wajahnya dengan kasar. Ia tak tahu harus menjelaskan apa jika nanti temannya bertanya pasal May. Pasti perempuan itu sudah banyak mengarang kebohongan hingga Ponia menganggap jika May adalah sepupunya yang berada di luar negeri.

Tak punya pilihan, Galaksi memilih untuk mengikuti permainan May saja. Daripada ia salah berucap dan berujung terbongkarnya identitas asli May.

Galaksi berlari dari depan kampus ke tempat Gani dengan waktu sekitar 3 menitan. Saat sampai, lelaki dengan jaket denim yang menggantung di pundaknya itu melihat pemandangan yang super kaku. Semua diam pada posisi masing-masing.

"Sorry, gue lama, ya!" ucap Galaksi.

"Gal, siapa lo sih ni cewek?" tanya Gani kepo.

"Iya nih, gue dari tadi nanya nggak dijawab," imbuh Ponia.

"Bentar, gue mau nyelesaikan urusan gue sama ni anak," tanpa aba-aba Galaksi langsung menarik tangan May untuk mengikutinya. Menyisakan banyak tanda tanya di benak Gani dan Ponia yang dibuat semakin kepo.

Galaksi membawa May sedikit jauh dari posisi teman dan mantannya. Ia menatap lekat-lekat May dengan pandangan yang sulit diartikan.

"Lo ngomong apa sama mereka? Kenapa mereka nggak ada yang tahu lo siapa?"

Dengan enteng May menjawab, "karena nggak ku kasih tahu."

"Kok bisa?" tanya Galaksi dengan reaksi yang luar biasa kaget.

Mundur sekitar 13 menit dari waktu sekarang, tepatnya saat May menunggu kedatangan Galaksi.

"Sepupu Galaksi?"

May menoleh menghadap ke arah orang yang baru saja menepuk pundaknya, dan didapatilah perempuan dengan celana jeans ketat bonus baju yang tak kalah ketat, serta rambut panjang yang sedikit berwarna pirang, ungu dan merah.

"Ah, perempuan model macam apa ini?" desis May begitu pelan.

"Kamu sepupunya Galaksi, kan?" tanya perempuan itu lagi.

Kernyitan tercetak samar di kening May. "Kamu siapa?"

Perempan itu mengulurkan tangan. "Kenalin, nama gue Ponia. Gue mantan Galaksi."

"Astaga! Selera Galaksi kok kaya gini!" ucap May dalam hati. May menyambut tangan Ponia. "Maaf, aku nggak bisa ngasih tahu."

"Lo sepupunya Galaksi bukan, sih?" kepo Ponia.

"Maaf, aku harus bertemu Galaksi untuk menyerahkan laptop ini." May sedikit mengangkat tas laptopnya ke atas.

"Kalau gitu, biar gue yang ngasih ke Galaksi."

"Nggak bisa. Aku harus mengantarnya langsung. Nanti kalau ada apa-apa, aku takut kena marah," jawab May.

"Ya udah, yuk ikut gue. Gue tahu kok di mana kelas Galaksi."

May terdiam sejenak, menimbang-nimbang ingin ikut atau tidak. Mengingat ia sudah menunggu cukup lama tapi Galaksi tak kunjung datang, May memutuskan untuk mengikuti perempuan dengan rambut hebring ini.

Alhasil ia dibawa menemui lelaki bermbut ikal yang sedang duduk di pembatas teras yang terbuat dari semen, namun tingginya hanya sebatas pinggang.

"Gan, Galaksi mana?" tanya Ponia.

"Tauk. Dia tadi main ngilang aja gitu." Gani melirik ke arah May. "Siapa cewek yang lo bawa? Kok gue baru lihat?"

"Dia sepupu Galaksi, iya kan?" Ponia menjawab namun tetap menanyakan pada May.

"Maaf, aku nggak bisa nyebar identitas sembarangan," jawab May kalem.

"Lo pernah disantroni penjahat, ya?" tanya Ponia.

"Apa disantet?" imbuh Gani.

May menggeleng.

"Dah, lah! Gan, lo chat si Galaksi suruh dia kesini. Gue nggak ngerti lagi sama ni anak."

"Dasar perempuan aneh, maksain info orang sampe kaya wartawan," omel May dalam hati.

Dan akhirnya Galaksi datang menghampiri ketiga insan yang sama-sama terjebak dalam kesunyian masing-masing.

"Oh, jadi lo nggak ngasih tahu sama sekali identitas lo." Tangan Galaksi refleks berpindah ke kepala May. "Good job!" Ia mengacak-acak rambut May.

"Ih, apaan sih!" May membuang tangan Galaksi dari kepalanya. "Aku cuma mau ngasih ini," tangan perempuan itu terulur ke arah Galaksi.

"Oke, thanks!" Galaksi mengambil tas berisi laptop tersebut.

Tak menggubris Galaksi, May beranjak dari sana. Ia ingin segera pulang daripada bertemu dengan perempuan aneh tadi.

***

Baru saja May hendak menuju kamar, namun harus ia urungkan karena panggilan dari mertuanya. May diminta untuk mengemasi seluruh barangnya karena akan pindah ke rumah Galaksi yang sesungguhnya. Bukan Galaksi yang membeli, tapi hadiah pernikahan dari sang papa mertua.

May tak tahu harus berbuat apa, namun ia harus tetap menampilkan senyum di depan mertuanya itu agar terihat bahagia.

Untuk barang-barang Galaksi akan di urus oleh lelaki itu sendiri ketika pulang dari kegiatan kuliahnya. Jadi, May hanya fokus untuk barang-barangnya saja, dan semua akan dibantu oleh kakak iparnya.

Rumah baru yang halamannya cukup luas namun masih kosong selain tanaman teh-tehan yang berjajar di samping jalan yang disemen hingga di teras dan samping garasi. Cat warna putih yang menempel pada dinding, dengan ornamen garis-garis di pinggiran yang berwarna abu-abu. Pada bagian teras, terdapat sebuah meja dengan sebuah kursi panjang yang mengelilinginya nyaris membentuk lingkaran, namun ada celah sekitar setengah meter untuk orang lewat.

Setelah seluruh barangnya diangkut ke rumah baru, kakak iparnya itu hanya membantu dalam hal mengajak Kimnar bermain saat May sibuk menyusun barang-barangnya di salah satu kamar. Setidaknya Kinnar tak merasa bosan saat ia tinggal untuk membereskan barang-barangnya.

"Kak Arche suka banget sama kucing, ya?" tanya May saat selesai menyusun barang. Ia membawa seteko sirup jeruk yang ia campur dengan es batu, sedangkan untuk camilan May hanya mengeluarkan kue kering yang ada di rumah ini.

Walau pindahannya dadakan, tapi isi rumah sudah full, bahkan bahan makanan juga sudah memenuhi kulkas. Ada stok camilan dan minuman banyak di sebuah lemari dekat kulkas. Sepertinya memang sengaja agar dirinya tak perlu repot-repot membeli.

"Iya. Di apartemen gue ada 3 kucing ras persia," jawabnya.

"Wah, pasti seru ya, Kak?"

"Iya dong. Kamu mau lihat?" tawar Arche.

"Mau, Kak! May mau lihat!" seru May kesenangan.

"Ayo kita ke apartemenku!"

May lalu mengambil Kimnar yang sedang berlari ke arahnya."Kimnar, Sayang! Ayo kita menemui teman baru!" saking senangnya, refleks May meloncat. Bersamaan dengan itu, Kimnar melompat dari gendonganya yang membuat tubuh May oleng ketika mendarat.

Kejadian berlangsung begitu cepat ketika tubuhnya terhuyung ke belakang. Karena sudah terlanjur jatuh, ia menutup mata dengan pasrah jika kepalanya harus benjol. Namun yang ia rasakan bukan sakit. Malah seperti ada sesuatu yang mengganjal kepalanya, bersamaan dengan rasa berat yang menghantam tubuhnya.

Saat membuka mata, May terkejut bukan main kala mendapati wajah kakak iparnya persis di depan wajahnya. Spontan ia langsung mendorong muka beserta badan lelaki itu dengan kuat agar tak menimpanya lebih lama.

"Wah, wah! Drama macam apa ini? Seorang istri tengah bermesraan dengan kakak iparnya, ya?" ledek Galaksi yang baru tiba.

May langsung bangkit. "Enak aja bermesraan!" protes May, "aku jatuh dan Kak Arche menimpaku itu bukan bermesraan tapi musibah. Inget, ya! MUSIBAH!" ucap May dengan penuh penekanan di kata terakhir.

"Cih! Ngga mau ngaku!"

"Gal, gue sama---"

"Udah, Kak," sela May sembari menarik tangan Arche. "Mending aku ke apartemen Kakak biar bisa lihat kucing yang lucu. Daripada di rumah cuman lihat manusia model galak kaya gitu!" ucap May. "Kimnar, ayo ikut. Kalau kamu di rumah nanti kamu diomelin sama Galak Sih lagi!" May menarik May dengan satu tangannya yang bebas.

Walaupun May sadar perilakunya salah, tapi ia paling benci jika harus dituduh melakukan hal yang tidak ia lakukan. Lagipula ia butuh refreshing otak dengan melihat kucing-kucing yang imut dan menggemaskan, dan kebetulan kakak iparnya memiliki apa yang ia butuhkan saat ini.


next chapter
Load failed, please RETRY

Presentes

Presente -- Presente recebido

    Status de energia semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Pedra de Poder

    Capítulos de desbloqueio em lote

    Índice

    Opções de exibição

    Fundo

    Fonte

    Tamanho

    Comentários do capítulo

    Escreva uma avaliação Status de leitura: C14
    Falha ao postar. Tente novamente
    • Qualidade de Escrita
    • Estabilidade das atualizações
    • Desenvolvimento de Histórias
    • Design de Personagens
    • Antecedentes do mundo

    O escore total 0.0

    Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
    Vote com Power Stone
    Rank NO.-- Ranking de Potência
    Stone -- Pedra de Poder
    Denunciar conteúdo impróprio
    Dica de erro

    Denunciar abuso

    Comentários do parágrafo

    Login