Baixar aplicativo
67.85% Berandal SMA inlove / Chapter 38: Abila Ditangkap

Capítulo 38: Abila Ditangkap

Selamat Membaca

"Selamat siang, saudara Julius!" Julius dan Abila yang tengah duduk di kelas menatap beberapa pria berseragam polisi tengah berdiri tepat di depannya. Tentu saja dia sedikit heran dengan kedatangan polisi tersebut dan bertanya-tanya. 

"Iya, saya?" 

"Anda di tangkap atas tuduhan penyalahgunaan nama orang lain," jelas polisi itu dengan tegas. 

"Maksudnya?" 

"Jelaskan semua di kantor polisi nanti." Polisi tersebut akan memborgol tangan Abila, tetapi aksi itu dicegah oleh Alert. 

"Ada apa ini?" 

"Kami mendapat laporan untuk menangkap saudara Abila dengan kasus kecelakaan tuan muda Reynand," jelas polisi tersebut. 

"Siapa orang tersebut?" tanya Alert dengan nada datar. Polisi tak menjawab dan segera membawa Abilal pergi. Abila memberi kode pada Alert bahwa dirinya baik-baik saja. 

Julius yang khawatir segera menghampiri Alert. "Alert bagaimana?" Tak ada jawaban dari Alert. Dia bergegas menuju keluar. Begitu keluar dia berpapasan dengan Calsen. 

"Alert, ada apa? Kenapa buru-buru?" Namun, dengan tenang Alert tersenyum hanya menjawab dengan senyuman dan seketika wajahnya kembali menjadi datar lalu meneruskan perjalanannya. Calsen yang merasa penasaran segera masuk ke dalam kelas. Tepat di dalam kelas dia melihat Willy sedang tersenyum menatap kepergian Abila dari balik jendela. 

"Willy!" panggil Calsen yang kemudian mendekati Willy yang bingung menatap Calsen. 

"Apa kamu yang melaporkan?" tanya Calsen dengan sedikit pelan. Willy hanya tersenyum sebagai jawaban membuat Calsen sedikit geram. 

"Kenapa kamu melakukan hal itu?" 

"Heh, memangnya aku terlihat seperti pelakunya?" sangkal Willy yang tak terima dengan tuduhan Calsen. 

"Kalau bukan kamu siapa lagi?" 

Bug!!  Seketika kelas menjadi ricuh karena Lio memukul Willy. Willy hanya bisa mengeram, dia tak mungkin bisa melawan karena tangannya yang masih cedera dengan waktu lama. 

"Lio! Hentikan!" Brenda segera menarik Lio agar tidak termakan emosi lagi. 

"Dia sudah buat Abis" 

"Kalau kamu buat keributan, polisi bisa menangkap kamu!" bentak Brenda membuat Lio seketika sadar akan perbuatannya. Hanny yang menatap kejadian tersebut hanya mampu mengabadikan lewat ponsel miliknya. Seketika dia tersenyum puas saat melihat hasilnya. 

"Apa kamu kurang kerjaan mengambil video itu?" tukas Brenda yang mengejutkan Hanny. 

"Memangnya apa peduli mu?" ucap Hanny dengan tatapan risih pada Brenda. 

"Tidak ada." Brenda langsung duduk dibangku miliknya, tak ingin terlibat lebih dalam dengan mereka. 

***

Alert duduk di ruang milik Maria. Tampak Maria sangat gusar melihat Raizel telah di tangkap oleh polisi tersebut. "Apa yang harus kita lakukan? Kenapa sekolah menjadi seperti ini?" 

"Apa Anda lebih mementingkan reputasi sekolah ini?" sindir Alerti yang merasa geram melihat Maria yang berjalan kesana kemari. 

"Jelas aku memikirkan reputasi sekolah ini Alert!" 

"Lalu mengapa tidak mengeluarkan anak-anak yang berbuat ulah di sekolah ini? Sebelum adanya kasus-kasus ini, sekolah ini di mataku reputasinya sudah hancur!" 

"Kamu!" Maria jelas sangat marah. Bertahun-tahun dia membesarkan sekolah ini dengan nama dan prestasi yang tinggi, dia tak ingin di hina dengan bocah baru kemarin seperti ini. 

"Urusan Abilal cukup aku yang akan mengurus." Alerti berdiri dan meninggalkan ruangan tersebut. Maria limbung di sofanya. Kepalanya berdenyut hebat, entah apa yang akan dia lakukan setelah ini. Dia merasa tidak kuat menghadapi anak-anak ini. 

***

Alert menuju ke dalam kelasnya. Di kelas, dua orang polisi yang tadi menangkap Abila kembali ke kelasnya. 

"Anda Alert?" Tanpa menjawab, Alert sudah menyerahkan kedua tangannya untuk segera diborgol. Dia sangat muak berbasa basi. Satu kelas menjadi terkejut atas penangkapan Alert. 

Polisi segera membawa Alert keluar dari kelas. Namun, sebelum keluar dari kelas, Anayouri sempat berpapasan dengan Landry dan mengeluarkan seringaiannya. Landry merasa aneh dengan seringaian itu. 

Brenda tampak segera menyusul arah Alert dibawa, tetapi Landry berhasil mencegahnya. 

"Brenda ..Choco"

"Jangan sentuh aku!" bentak Brenda ketika Landry akan mencekal tangannya untuk tidak mengikuti Anayouri. 

"Brenda, mereka nggak baik buat kamu!" 

"Justru orang seperti kamu yang tidak baik! Jangan pernah datang ke rumahku! Jangan temui keluargaku dan ... jangan temui mamaku lagi!" ucap Brenda penuh penekanan dan keluar dari kelas. 

"Wah, wah ... ada apa ini? Apa Landry naksir sama mamanya Brenda?" ejek Hanny

"Diam!" bentak Landry. Dirinya sangat malu ketika Hanny mengatakan hal seperti itu di depan semua murid di kelas. Hanny juga segera bungkam, tak banyak berkata-kata lagi. 

***

Di kantor polisi, Alert disuguhi dengan banyak pertanyaan membuat dirinya muak dan tak ingin basa basi. "Aku memang mengetahui jika dia menggunakan nama orang lain, tapi apa kamu tahu, jika nama itu dia gunakan berdasarkan atas persetujuan orang tuanya."

"Itu menyalahi aturan!" bentak polisi tersebut, membuat Alert menyeringai. 

"Menyalahi aturan, ya?" Tatapan mata Alerti begitu menusuk ke arah polisi tersebut. 

"Lalu, menerima uang sejumlah lima puluh juta dari orang yang menyuruh untuk tutup mulut atas kematian gadis, itu bukan menyalahi aturan juga?"Polisi tersebut gelagapan. Bagaimana bisa anak di depannya ini mengetahui kasus tersebut padahal kasus itu sudah tutup lama. 

"Kamu jangan menuduh yang tidak-tidak, ya! Kamu bisa kena pasal tuduhan!" 

"Apa aku perlu membeberkan kasus ini di depan publik agar seluruh dunia tahu lalu mengganti pemimpin di kantor ini sekaligus mencabut pekerjaanmu?" ancam Alert, dia tidak main-main dengan ucapannya. 

"Tidak perlu mengelak lagi, aku sudah membawa kartu AS saat ini juga. Kalau pembicaraan ini menyebar, maka bukan diri saja, dirimu juga akan ikut masuk penjara karena seorang polisi telah di sogo demi menutupi kebenaran." Polisi tersebut memilih bungkam, dia tak tahu harus berbuat apa. Pasalnya Abilal sudah benar-benar dinyatakan sebagai tahanan. 

"Dan, satu. Kenapa kamu juga menyatakan sebuah kebohongan atas kasus yang dialami oleh Naviellera? Bukankah sebenarnya itu juga kasus pembunuhan?" ungkap Alert yang membuat polisi tersebut sudah di ujung tanduk. 

"Itu memang murni kecelakaan!" 

"Wah, benarkah? Kalau CCTV menyatakan itu pembunuhan, bagaimana?" Alerti mendekatkan wajahnya ke arah Polisi tersebut seolah berbisik . "Lepaskan, atau karirmu berakhir di sini? Dan tanpa kamu jawab, aku sudah tahu, siapa orang yang telah melaporkan kejadian ini."

"Pikirkan kembali nyawa anakmu," ancam Alert. Air muka polisi tersebut berubah begitu mendengar nama anaknya yang sedang sakit keluar dari mulut Alert. Dia tak ingin seseorang menyentuh putrinya barang sehelai rambut pun. 

***

Esok pagi yang cerah, Willy masuk ke dalam kelas sambil bersiul bahagia merasakan ketenangan hidupnya tanpa Alerti. Namun, tanpa dia sangka, dua buah tas tergeletak di atas meja milik Alert dan Abila. 

"Tas milik siapa ini?" gumamnya, ketika ingin mengambil tas tersebut, seseorang tengah memanggil dirinya. 

"Willy! Anak pemilik yayasan ingin bertemu dengan kamu. Ini perintah pak Gan," ucap salah satu murid. 

"Anak pemilik yayasan? Kamu nggak salah panggil?" 

"Betulan, hei, jarang-jarang ada yang kenal anak pemilik yayasan. Bukannya ini hal yang menguntungkan buatmu agar memiliki circle?" 

Willy menyeringai. Apa yang di katakan oleh anak ini benar. Ini kesempatan dirinya untuk menjadi penguasa sekolah. 

"Ide bagus!" Willy sedang bergegas menuju ke ruang singgah milik anak pemilik yayasan. Brenda yang sedari tadi duduk menghadap buku di depannya mengeluarkan seringaian khas miliknya. 

***

Willy masih tetap bersiul bahagia. Dia sudah tak sabar bertemu dengan anak pemilik yayasan sekolah yang di agung-agungkan adalah anak istimewa. Para penjaga telah membukakan pintu padanya dan dengan gaya angkuh, dirinya masuk. Begitu pintu tertutup, Willy dengan jelas bisa melihat dua orang yang tengah membelakangi dirinya. Dirinya merasa tak asing dengan sosok yang sedang berdiri. Begitu berbalik, Willy kaget setengah mati. 

Bagaimana bisa dia bebas begitu saja, pikirnya. 

"Hai, Willy!" sapa Alert yang kemudian menyeringai ke arahnya. Dan tak berselang lama, kursi yang membelakangi dirinya juga menampakkan seseorang yang membuat dirinya tak kalah terkejut tengah menyeringai. 

"Alert .... " Entah apa yang akan mereka lakukan pada Willy sekarang.

Bersambung


next chapter
Load failed, please RETRY

Status de energia semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Pedra de Poder

Capítulos de desbloqueio em lote

Índice

Opções de exibição

Fundo

Fonte

Tamanho

Comentários do capítulo

Escreva uma avaliação Status de leitura: C38
Falha ao postar. Tente novamente
  • Qualidade de Escrita
  • Estabilidade das atualizações
  • Desenvolvimento de Histórias
  • Design de Personagens
  • Antecedentes do mundo

O escore total 0.0

Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
Vote com Power Stone
Rank NO.-- Ranking de Potência
Stone -- Pedra de Poder
Denunciar conteúdo impróprio
Dica de erro

Denunciar abuso

Comentários do parágrafo

Login