"Memang paling benar kalau aku dan Rudy tadi pergi makan ramen saja. Meski aku sebagai mahasiswa baru dan sedikit mengetahui tentang mereka, ada rasa sedikit kecewa melihat permainan mereka sekarang."
"Bukankah aku sudah menyuruhmu untuk diam? Mau sampai kapan kau terus berkomentar?"
"Tapi Kak Samudera bisa lihat sendiri, kan? Terlebih lagi kenapa pemain yang sangat aku nantikan justru duduk di bangku cadangan dan belum dimainkan?" ucap Budi sambil menunjuk ke arah Arya yang sedang menguap lebar, masih mengantuk.
Samudera spontan mengalihkan pandangannya sembari mengamati Arya. "Bukankah anak itu mahasiswa baru Universitas Mandara yang cukup terkenal beberapa waktu ini? Memang ada apa dengannya? Kau tertarik bertarung dengannya?" tanyanya menggoda adik tingkatnya.
"Tak hanya Budi, tapi aku juga tertarik dan penasaran dengan orang itu. Masih seumuran kita namun sudah direkrut langsung oleh tim basket profesional. Siapa coba yang tak iri." Rudi menegaskan dengan wajah datar.
Bantur kirim power stone ya guys. Semoga kalian suka dengan cerita novel ini. Terima kasih ^^