Baixar aplicativo
91.66% Army of Angels: The Dark Side / Chapter 44: Dewi Aristia

Capítulo 44: Dewi Aristia

Dimana ini? Apakah aku sedang dipermainkan? Kalau memang benar seperti itu, siapa yang melakukannya?

Dikejauhan aku melihat ada bayangan hitam dan cahaya api unggun. Penasaran, akupun menghampirinya.

"Hei bukankah itu Orang? Hei siapa disana? Permisi?"

Saat aku sudah mendekat ke arahnya orang itu menengok ke arahku. Tetapi yang membuatku terkejut adalah..

"Kau!!"

"Haha tidak usah memasang muka menakutkan seperti itu. Aku tidak akan mengigitmu kok, duduklah!"

Suara lembut nan menggoda bergema ditelingaku.

"K-kenapa kau disini? Bukankah aku telah menusukmu? Apa yang terjadi?"

Tepat di depanku sekarang, terdapat seorang gadis berusia kira-kira 26 tahun.

Tubuhnya benar-benar menampilkan keindahan tubuh seorang gadis yang suci nan mengoda, yang seolah-olah keindahan itu dipahat oleh para dewa itu sendiri.

Dia mengenakan Gaun indah bermotif rumit berwarna biru muda yang menutupi setengah dada yang terlihat penuh dan menggoda setiap mata untuk melihatnya.

Gaun itu memanjang hingga bawah kakinya dan terlihat pas untuk tubuh yang tidak gemuk maupun tidak kurus itu.

Bibir merah yang lebih merah dari darah itu sendiri. Wajah sempurna tanpa sedikitpun kesalahan.

Rambut bergelombang berwarna biru yang melebihi birunya langit.

Hidung, mulut, tiap bagiannya disusun secara sempurna. Dan Mata itu, mata berwarna biru itu membuatku terkesima pada keberadaannya. Tanpa kusadari aku menatapnya begitu dalam.

" Hmm~ Aku tidak pernah ingat pernah kau tusuk? Apakah kau ternyata seorang pria mesum?" Ujar wanita itu sembari menaruh jari telunjuk dipelipis seolah sedang mengingat sesuatu.

"Hah? Apa maksudmu?... Eh, bukan tusuk itu yang kumaksud!! Berhenti bercanda!! Bagaimana kau masih hidup?"

"Ah~ aku tidak tahu kau adalah tipe orang serius. Baiklah, lain kali aku akan berhati-hati dalam berkata.. Hmm~ Tentang hal itu, mungkin itu hanya mimpi yang dibuat adikku sebelum kau kesini." Dia menaruh jari telunjuk kanannya dipipi seolah sedang berpikir.

"Hah? Apalagi maksudmu ini? Apa kau masih berniat membodohiku! Bagaimana bisa itu mimpi? Itu terlihat sangat nyata dan akupun merasakan rasa sakit di tubuhku!"

Apakah itu semua hanya mimpi? Lalu kenapa hal itu terlihat sangat sistematis?

Jika itu memang perbuatan seseorang maka itu akan masuk akal. Tidak.. Tidak, apa yang barusan kukatakan, bagaimana hal itu bisa masuk akal?

Apakah memang ada orang bisa melakukan hal semengerikan itu? Tapi hal itu... Bukankah didunia ini ada hal mustahil yang disebut sihir dan monster aneh?

Berbagai spekulasi bermunculan didalam kepalaku. Mungkin karena melihatku kebingungan, wanita cantik ini kemudian berseru,

"Tenanglah-tenanglah. Duduklah dulu! Biar ku jelaskan secara perlahan. Tapi aku lumayan terkesan. Bagaimana kau tahu ini aku? "

Menuruti permintaan wanita ini, dengan tidak mengendurkan kewaspadaan aku mulai duduk menghadapnya. Kami sekarang hanya terhalang api unggun yang dibuatnya untuk memanggang beberapa ikan yang ditusuk dengan ranting.

Dari mana ia dapat ikan itu?

Bukankah disini tidak terlihat dekat sungai?

Mengabaikan hal sepele itu aku melanjutkan,

"Walaupun sepertinya penampilanmu berubah jadi sesorang yang berusia 26 tahunan, tapi mukamu tidaklah berubah terlalu banyak. Siapa kau sebenarnya? Kenapa kau ada disini? Dimana kita sebenarnya?"

"Aduduh sepertinya kau memberondongku dengan banyak pertanyaan sekaligus.  Oh~ Sebelum ku jawab pertanyaan mu, Apakah kau mau?" Dia menyodorkan ikan yang telah dipanggangnya kepadaku.

"Aku tidak lapar!( Kruk.. kruk)"

"Haha Tidak lapar? Terus kenapa perutmu keroncongan seperti itu? Sudahlah tidak usah gengsi, lagipula ini tidak beracun kok. Tapi walaupun beracun, toh kau juga tidak mungkin keracunan kan?"

Yang dikatakan dia ada benarnya. Dengan ragu, aku ambil ikan bakar yang disodorkan kepadaku.

Mencium baunya sebentar kemudian mulai memakannya. Ikan ini?.. Tidak enak. Ini Cuma ikan dipanggang biasa. Apakah dia tidak memakai bumbu apapun? Lagipula ikan ini dagingnya  terasa hambar.

Karena aku terlanjur lapar, tidak ada pilihan lain, maka aku meneruskan makanku.

"Tidak enak ya?.. Maaf, sebagai Dewi aku memang jarang atau malah tidak pernah memasak. Lagipula aku juga tidak memerlukan makanan. Jadi kuharap kau memakluminya."

Dewi? Apa maksut dia?

"Dewi? Apa maksutmu?"

"Oh. Sepertinya aku belum memperkenalkan diri ya? Kalau begitu, perkenalkan namaku adalah Aristia. Aku adalah Dewi Air dan pengetahuan didunia ini. Oh iya, aku juga yang telah memanggilmu ke dunia ini."

"APHA? Uhuk.. Uhuk.." Saking terkejutnya aku sampai tersedak.

"Hei, kau tidak apa-apa? Ini minumlah!"

Dia bangkit kemudian menuju ke arahku. Dia menyodorkanku gelas yang sepertinya terbuat dari es. Gelas itu terbentuk secara cepat diatas tangannya dan air memenuhi gelas itu. Apakah itu sihir?

Anehnya. saat aku pegang, gelas es itu tidaklah terasa dingin.

"Glukk..Gluk…" Bahkan airnya pun tidak terasa dingin.

"Kau benar-benar Dewi? Lalu adikmu itu, apakah dia juga seorang Dewi?"

Dengan raut wajah menunjukan ketidaksenangan dia menjawab,

"Benar. Dia Luna, Dewi Mimpi dan ilusi. Dia bisa mencampurkan ilusi  dan mimpi menjadi satu, sehingga  mimpi itu bisa sangat membingungkan dan  terasa sangat nyata. Kalau tidak salah dimimpi itu kau bahkan bisa merasakan sakit."

Jadi Dewi bernama Luna itu yang mempermainkanku huh? Ini mulai terasa Ganjil. Kenapa juga Dewi seperti itu mau melirik dan memberikan mimpi buruk kepadaku? Keparat!

"Kenapa Dewi sepertinya melirik dan memberikan ilusi mimpi kepadaku?"

" Aku tidak tahu. Tapi, Entah kenapa akhir-akhir ini dia jadi pemurung dan memberikan mimpi buruk kepada orang-orang. Karena masalah itu, banyak pengikutku berkeluh kepadaku. Huft~ seperti aku harus memberikan pelajaran kepada si pemalas itu."

Jadi Dewi mimpi itu adalah penyebab berbagai masalah, kah? Tapi dilain sisi, informasi ini sangatlah berharga. Jadi yang tadi kurasakan adalah beneran cuma mimpi belaka. Syukurlah, kukira aku akan kehilangan segala hal di waktu bersamaan.

"Mengenai masalah itu, Dewi? Apakah aku dapat bertemu dengan adikmu itu?"

Apakah pertanyaanku salah? Kenapa dia terlihat begitu gusar?

" Hem~ Aku tahu dia cantik, tapi apakah kau tertarik dengannya? Dia hanya tukang tidur loh!!"

" Hah! Apa maksudmu? Bagaimana bisa aku tertarik dengan seseorang yang bahkan belum kutahu? "

Mendengar ku menjawabnya dengan sangat cepat, entah kenapa Dewi disampingku ini terlihat lega dan dengan lirih bergumam '' Kalau begitu aku tidak akan membiarkannya bertemu!''.

Kurasa dia salah memaknai kalimatku. Dia kuatir kepada adiknya  atau bagaimana sih?

Mengabaikan masalah absurd itu,  akupun bertanya pertanyaan inti.

"Lupakan. Yang lebih penting, jadi kau yang memanggilku? Lalu apa alasannya?"

Diapun duduk disebelahku.

"Yap, benar.Tapi, alasannya rahasia. Aku memutuskan untuk bereikarnasi  ke dunia manusia dan bersenang-senang. Bukankah kau telah bertemu  denganku sebelumn.. Ops.. haha aku keceplosan." Dia tertawa riang sembari mengatakan hal-hal aneh itu.

"Hah bereinkarnasi? Jadi kau memutuskan untuk menjadi manusia? Lalu bagaimana tugasmu sebagai seorang Dewi? "

"Haha itu mah gampang! Aku tinggal menyerahkannya pada anak buahku saja, lagipula aku punya banyak anak buah hehe."

Hah? Asem dah nih cewek. Secara singkat aku memahami karakter cewek / Dewi ini. Dia tipikal yang tidak bertanggung jawab.

Apa-apaan dengan jawabannya itu? Apakah dia beneran dewi?

Kenapa jawabannya bisa seringan itu? Apakah Dewa dan Dewi itu memnag suka berbuat seenaknya?

Kalau tidak salah, menurut mitologi dan sejarah yang kubaca, bukankah mereka itu adalah eksistensi yang mengurusi makhluk hidup dan dunia?

Lalu bagaimana jika mereka tidak ada?

Bukankah akan kacau? Lebih baik kutanyakan.

"Tapi Dewi? Em.." Dia menghentikan kata-kataku dengan menaruh jari telunjuknya dibibirku.

"Sst.. Aku tahu apa yang kau pikirkan. Kau pasti berpikir kenapa Dewi secantik diriku mau repot-repot turun ke dunia manusia kan? .. Baik akan kujelaskan.."

Heh? Tau apa yang kupikirkan kepalamu!

Mulai ngaco nih dewi.

Melihat ekspresi berbinar yang diperlihatkannya, sepertinya aku telah menekan tombol berbahaya. Sial.

"Bla..Bla..Bla.." Dia terus ngerocos tanpa rem.

Asem bener dah. Mau berapa lama lagi nih cewek curhat-_, bahkan kini keadaan sekeliling ku sudah menjadi gelap.  Hadeh.

Inti cerita dari ceritanya adalah  dia bosan dengan keseharian dewinya yang tidak melakukan apa-apa dia akhirnya memutuskan ingin melakukan hal yang lain. Namun, Walaupun dia telah memutuskan, tetapi tetap saja dia binggung mau melakukan apa.

Hingga suatu hari dia mendapatkan sebuah doa permohonan dari Ratu tua disebuah kerajaan yang menjadi pengikut setianya.

Karena anak dari Ratu itu Hamil, sang Ratu menginginkan cucu yang  memiliki kecantikan seperti dewi air dan memiliki pengetahuan yang luas juga. Sang Ratu terus memanjatkan doa setiap hari tanpa henti.

Akhirnya ide gila muncul dikepala dewi geblek ini. Daripada mengabulkan doa pengikutnya itu, dia lebih ingin turun langsung dan menjelma menjadi cucunya itu.

Apakah dia tidak memikirkan resikonya?

Dan sepertinya dia tidak mau berhenti bercerita.

"Stop!! Itu memang  menjelaskan keinginan gilamu. Tapi, bagaimana denganku? Apa alasanmu memanggilku ke dunia ini?''

Jika aku tidak menghentikan dia, pasti dia mulai ngerocos tanpa henti lagi.

"…"

Dewi  terdiam sembari menggembungkan pipinya karena ku hentikan tanpa permisi. Ekspresi yang ditampakkan Dewi ini, seolah seperi mengatakan bahwa 'kenapa? Kita baru mulai dibagian menarik loh!" Mengabaikan wajah juteknya, aku meneruskan berbicara.

"Bukankah ini berlainan dengan apa yang kutanyakan? Mengenai masalah itu Dewi, bisakah aku tahu alasan kau memanggilku kedunia ini? Apakah aku bertugas membunuh monster jahat semacam naga gitu? Atau aku akan bertarung dengan penjahat, kalau tidak salah sesuatu semacam iblis gitu?"

Penting bagiku untuk mengetahui tujuanku sebenarnya dikirim ke dunia ini. Kalau menurut cerita dinovel-novel milik Alex yang pernah kubayangkan dulu sih, bukankah orang yang terpanggil ke dunia lain itu bertugas untuk membunuh sesuatu bernama raja iblis atau monster naga gitu?

Karena itulah aku kembali menanyakan hal itu dengan sesopan mungkin.

Seperti baru menyadari pertanyaanku dia kemudian menundukan mukanya.

"Ehm.. Tentang masalah itu.."

Aneh? Kenapa dia menundukan mukanya? Apakah sesulit itu keadaan yang kualami? Apakah dia khawatir jika aku akan terguncang karena jawabannya?

"Anu Dewi? Aku tidak apa-apa kok, aku sudah siap dengan jawaban terb-"

"Ah ikan ini kelihatannya enak. Selamat makan." Tiba-tiba dia mengangkat kepalannya, mengambil ikan, lalu memakannya.

Loh? Kenapa dia jadi membicarakan ikan? Jangan-jangan..

"Kau tidak sedang mengalihkan pembicaraan, bukan? Dewi? Apakah maksutmu kau hanya iseng untuk mencoba memanggilku? Dan tidak mempunyai alasan khusus? "

Tiba-tiba tubuhnya sedikit gemetaran.

" Itu.. Itu.." dia menaruh ikannya dan mengerak-gerakan kedua jarinya dengan gelisah.

"Jadi benar!!"

"Tidak! Alasannya Rahasia. Sangat-sangat rahasia."

Aneh. Kenapa dia memalingkan mukannya? Dia benar-benar mencurigakan!

" Apa maksutnya itu?"

" Lupakan saja! Aku tidak akan memberitahumu alasannya!Wek!" Seolah mengejek dia menjulurkan lidahnya.

" Apakah kau beneran Dewi yang mengatur pengetahuan? Sikapmu benar-benar berlainan dengan gelarmu!!"

Asem, beneran jengkel aku dengan nih Dewi satu ini. Sikapnya tidaklah seperti Dewa atau Dewi yang bijaksana.apakah dia benar-benar Dewi pengetahuan?

"Bodo amat, Wek. Ah~ sepertinya sudah waktunya untukmu kembali. Ini mungkin akan menjadi pertemuan pertama dan terakhirku sebagai dewi denganmu. Lagipula, ketika sadar kau juga tidak ingat apa-apa lagi hehe."

Dia mengalihkan pembicaraan lagi-_-. Tunggu dulu.. apa yang barusan dia bilang?

"Kalau memang aku tidak akan ingat, kenapa kau tidak memberiku alasan sebenarnya?"

Sebuah sinar mulai keluar dari sekujur tubuhku dan itu menjadi semakin terang.

Mengabaikan pertanyaanku, Dewi itu pun bangkit dan menghadapku. Sebuah senyum merekah dari bibir tipisnya.

" Jadilah kuat dan lindungi aku. Glen…" 


next chapter
Load failed, please RETRY

Status de energia semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Pedra de Poder

Capítulos de desbloqueio em lote

Índice

Opções de exibição

Fundo

Fonte

Tamanho

Comentários do capítulo

Escreva uma avaliação Status de leitura: C44
Falha ao postar. Tente novamente
  • Qualidade de Escrita
  • Estabilidade das atualizações
  • Desenvolvimento de Histórias
  • Design de Personagens
  • Antecedentes do mundo

O escore total 0.0

Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
Vote com Power Stone
Rank NO.-- Ranking de Potência
Stone -- Pedra de Poder
Denunciar conteúdo impróprio
Dica de erro

Denunciar abuso

Comentários do parágrafo

Login