Baixar aplicativo
42.22% Am I Normal? / Chapter 19: Kata Cinta

Capítulo 19: Kata Cinta

"Hei, kau mau pulang?" Tanya salah seorang teman Haru yang saat ini sedang berjalan bersamanya.

"Iya. Malam ini, aku harus bekerja" Jawab Haru dengan senyum lebar terhias pada wajah berseri-serinya sore ini.

.....

Setahun setelah kelulusan, Haru melanjutkan studi pada salah satu universitas di Tokyo, dan mulai berpindah dari rumah ibunya sekitar setengah tahun yang lalu.

Ia juga bekerja sebagai seorang pelayan di suatu bar yang cukup besar di tengah kota sebagai kerja paruh waktunya untuk membiayai diri sendiri. Sehingga untuk memudahkannya menjalani dua hal secara bersamaan, ia memutuskan untuk pindah di tempat yang lebih strategis untuk kedua tempat itu sejak empat bulan yang lalu.

Awalnya, ia ditawarkan untuk menjadi seorang host pada bar lain di pinggiran kota. Karena wajah tampan dan juga tubuh ideal yang dimilikinya, sangat memungkinkan untuk menarik banyak pelanggan wanita di tempat itu. Namun, ia menolak, dengan alasan kuliah pagi yang ia ambil akan membuatnya mengantuk saat hadir, hingga Haru memilih bekerja pada tempat ia bekerja saat ini sebagai seorang pelayan.

.....

Malam ini, Haru berada di tempat dimana ia melakukan pekerjaan paruh waktunya. Ia terlihat begitu sibuk membawakan minuman kepada para tamu yang lumayan banyak malam ini, jika dibandingkan dengan para tamu yang hadir pada hari-hari sebelumnya.

Beeep Beeep Beeep

Haru segera menarik ponsel yang berada di saku celana bagian belakangnya. "Hei, aku masih di tempat kerja. Kau pasti sudah tau itu".

"Memangnya kenapa?! Apa aku tidak boleh menelponmu?!" Ketus suara seorang wanita di telpon saat ini.

"Huh! Aku sangat sibuk malam ini. Sudah dulu. Sekarang aku akan menutup teleponnya. Aku akan menghubungimu kembali saat aku selesai dengan pekerjaanku" Balas Haru, lalu segera menutup teleponnya, dan mulai melanjutkan pekerjaan yang sempat tertunda sebab telepon masuk dari seorang wanita.

Wanita yang meneleponnya baru saja adalah Nakao Reina, yang juga merupakan kekasih Haru saat ini. Ia seoarang mahasiswi di universitas terkenal di Osaka. Dan merupakan anak dari seorang presiden pada sebuah perusahan ternama di Jepang, yang katanya juga mempunyai hubungan yang baik dengan para petinggi Yakuza, menurut rumor yang beredar.

Mereka berdua bertemu di tempat ia bekerja saat ini, dan sudah menjalin hubungan sekitar tiga bulan lamanya.

Reina merupakan wanita pertama yang ia kencani sejak setahun setelah kelulusannya dari sekolah. Walaupun Haru telah menolaknya dua kali, wanita itu tetap tak menyerah hingga dibuatnya mengatakan "iya" dari bibir yang begitu enggan menyetujuinya.

*****

Sekitar pukul 01.00 pagi. Ia baru saja selesai dengan pekerjaannya. Dan walau ia terlihat begitu kelelahan, ia masih tetap setampan biasanya.

Ia hendak melangkah meninggalkan tempat ini, tetapi seseorang memanggilnya dan mulai mengajaknya berbicara.

"Hei, kerja bagus hari ini. Mau minum?" Tanya seorang pria dewasa yang berusia sekitar 25 tahun sembari menyodorkan segelas minuman di tangannya, dan sepertinya merupakan rekan kerjanya di tempat ini.

Haru memandang segelas minuman di tangan orang di hadapannya. "Hmm, tidak. Terima kasih".

"Hei, Takano-san! Jangan memberi anak itu minuman beralkohol" Seru seseorang yang sedang mendekati mereka berdua.

"Hahaha sayang sekali. Padahal aku ingin mengajaknya mabuk-mabukan malam ini" Orang yang disebut sebagai Takano ini begitu menertawakan hal itu.

"Hei, aku bercanda, ya? Jangan menganggapnya serius" Lanjutnya, lalu pergi mengambil tempat untuk meneguk minuman, meninggalkan Haru dan juga seseorang yang menegurnya tadi.

"Kau mau pulang? Aku akan mengantarmu" Kata orang itu dengan senyum manis pada wajahnya.

"Ah, tidak perlu" Kata Haru sambil tersenyum.

Orang itu beberapa kali mengajaknya untuk pulang bersama, tetapi Haru terus saja menolaknya dan membuat orang itu menyerah, lalu bergegas pergi. Setelah itu, ia pun mulai meninggalkan tempat ini.

Di waktu lewat tengah malam ini, suasana masih cukup ramai sebab banyak orang-orang Jepang yang memilih lembur atau mengambil waktu kerja malam. Mungkin cukup aneh untuk orang-orang di luar pulau Jepang, tetapi bagi orang Jepang sendiri adalah hal yang cukup biasa.

Haru berhenti di bawah lampu LED di tengah kota, lalu menarik ponselnya untuk mengabari dan mulai mengetik sebuah pesan singkat untuk kekasihnya, Reina. Tetapi, karena lama tak membalas, ia pun mulai melanjutkan langkah untuk segera kembali beristirahat di tempatnya.

Di perjalanan dalam menyusuri keramaian kota, ia melihat seseorang yang tidak asing baginya; berdiri sambil memainkan ponselnya; dan mulai mendekat untuk memastikannya. "Ko? Apa itu kau?"

"Ah, senpai! Lama tidak berjumpa, senpai. Kau terlihat sangat kelelahan malam ini" Kata Ko yang tampak senang melihat Haru.

"Apa yang kau lakukan tengah malam begini?" Tanya Haru dengan mengerutkan keningnya.

"Ah, hmm, aku...aku sedang menunggu seseorang, senpai. Kalau kau sendiri?" Kata Ko, kembali menanyai Haru.

Haru menghela napas panjang. "Aku baru pulang dari kerja paruh waktuku".

"Wah, benarkah? Dimana kau bekerja, senpai? Aku akan kesana kapan-kapan kalau aku ada waktu" Tanya Ko sekali lagi dengan begitu bersemangat.

"Pulanglah. Jangan cemaskan ibumu" Kata Haru, tidak memberi jawaban sambil menyentuh kepalanya, lalu segera meninggalkan Ko.

Ko terus saja mengikutinya dengan menanyakan hal yang sama, tetapi Haru mengabaikannya. Tidak mungkin untuk memberitahunya jika ia ingin pergi kesana, sebab tempat kerjanya bukan diperuntukkan untuk orang-orang dengan usia sepertinya, bahkan untuk Haru sendiri. Akan tetapi, manager pada bar itu sepertinya melihat peluang dari usia dan wajahnya hingga ia menerimanya untuk bekerja paruh waktu di tempat itu.

.....

Setibanya di tempat ia tinggal saat ini, ia pun segera masuk ke kamar mandi untuk menghangatkan air. Sambil menunggu, ia ke dapur untuk memanaskan sushi yang dibelinya pada supermarket di perjalanan pulangnya tadi, lalu menyantapnya.

Tak butuh waktu lama, ia pun bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya beberapa saat. Dan setelah itu, ia segera mengenakan celana Brief Boxer untuk beristirahat di tempat tidurnya yang nyaman tanpa mengenakan kaos di tubuhnya; mengistirahatkan tubuhnya yang seperti sudah tak bisa ia rasakan lagi.

Beeep Beeep Beeep

Dengan terkejut, ia kembali membuka mata saat ponselnya berdering. Ia kemudian meraih ponsel yang tergeletak di atas meja, lalu melihat nama dari si penelpon malam yang mengganggu waktu istirahatnya.

"Reina, bisakah kau berhenti meneleponku pada tengah malam seperti ini? Aku ingin istirahat, dan besok aku harus bangun pagi-pagi" Kata Haru yang terus berusaha agar setiap kalimatnya terdengar jelas, sebab rasa ngantuk membuatnya terbangun setengah sadar.

"Apa kau tidak merindukanku?!" Tanya Reina dengan kesal di telepon.

"Bukan begitu. Aku bahkan sangat merindukanmu. Tapi tolong, kau juga harus mengerti dengan keadaanku" Balas Haru yang pada saat ini begitu sulit untuk membuka mata.

"Hmm...baiklah. Tapi, aku tidak mau tau! Kita harus bertemu minggu ini karena aku akan ke Tokyo Jumat nanti!" Tegas Reina.

"Baiklah. Minggu ini. Aku janji" Kata Haru.

"Baiklah. Istirahatlah. Aku mencintaimu" Balas Reina.

Haru sedikit terkejut mendengar kalimat terakhir yang ia ucapkan, hingga membuatnya membuka setengah mata beratnya. "Kau juga...istirahatlah".

Reina pun segera menutup telepon yang berlangsung setelah Haru mengatakan hal itu, dan membuat Haru kembali melanjutkan tidurnya yang sempat tertunda tadi.

Baru kali ini Reina mengucapkan kata cinta sejak terakhir kali ia menyatakan perasaannya terhadap Haru. Tak ada yang salah. Namun, entah mengapa jika mendengar kata "cinta" membuatnya teringat akan sebuah masa lalu yang tertidur di dalam kepalanya saat ini.

*****


next chapter
Load failed, please RETRY

Status de energia semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Pedra de Poder

Capítulos de desbloqueio em lote

Índice

Opções de exibição

Fundo

Fonte

Tamanho

Comentários do capítulo

Escreva uma avaliação Status de leitura: C19
Falha ao postar. Tente novamente
  • Qualidade de Escrita
  • Estabilidade das atualizações
  • Desenvolvimento de Histórias
  • Design de Personagens
  • Antecedentes do mundo

O escore total 0.0

Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
Vote com Power Stone
Rank NO.-- Ranking de Potência
Stone -- Pedra de Poder
Denunciar conteúdo impróprio
Dica de erro

Denunciar abuso

Comentários do parágrafo

Login