Baixar aplicativo
57.77% Am I Normal? / Chapter 26: Daiki: Mengesalkan!

Capítulo 26: Daiki: Mengesalkan!

Bzzz Bzzz Bzzz

"Halo? Ada apa?" Tanya Daiki di telepon sembari menghentikan langkahnya.

"Aku baru tiba di tempatmu, tapi kau malah tidak ada. Bukannya hari ini kau libur di tempat kerja?" Tanya seseorang yang saat ini meneleponnya.

"Aku sedang menuju ke rumah seseorang saat ini. Tunggu aku. Aku akan pulang sebelum makan malam, jadi kau harus menyiapkan makan malamnya sebelum aku kembali" Jawab Daiki disertai cengingiran menyebalkannya.

"Hah?! Hmm...tunggu! Tidak masalah. Akan kulakukan jika kau memberiku kartu serimu dari Game Rebuild CC XXII yang terbatas itu" Balas orang itu dengan begitu menertawakan perkataannya sendiri.

"Demi kartuku! Enyah saja kau!" Umpat Daiki lalu segera menutup teleponnya.

Ia pun melanjutkan langkahnya yang terhenti sebab telepon yang masuk baru saja; yang juga sudah merusak moodnya siang ini karena tawaran yang menyebalkan itu.

Susah-susah ia mendapatkannya, dan dengan mudahnya orang itu menjadikannya sebagai lelucon untuk mendapatkannya!

*****

Ding Dong

Ding Dong

Setelah menunggu beberapa saat di luar. Seseorang pun membuka pintu, dan ternyata adalah Haru yang sedang mengenakan celemek berwarna biru; yang saat ini terlihat begitu menggelikan di matanya.

"Ah, Daiki. Kupikir kau tidak akan datang. Masuklah" Kata Haru dengan mata yang berbinar-binar begitu gembira.

"Aku tidak ingin menjadi penyebab bunuh diri dari orang bodoh sepertimu" Kata Daiki, lalu segera masuk mengganti sepatunya, dan meletakkan mantel dan juga scarfnya di lengan sofa dengan rapi.

"Kau sendirian? Mana Reina?" Lanjutnya; menanyai, sambil terus melangkah menuju dapur bersama Haru di hadapannya.

Setelah mengatakan hal itu, Haru dengan tiba-tiba menghentikan langkahnya, dan berbalik ke arah Daiki yang juga ikut menghentikan langkahnya di belakang Haru.

"Daiki, kau tau kan kalau aku tidak serius menjalin hubungan dengan wanita itu?" Tanya Haru dengan tangannya mencengkeram kuat kedua lengan Daiki.

"Aku tau. Aku juga tau kalau kau memang orang yang brengsek" Jawab Daiki dengan menyingkirkan tangan Haru pada lengannya, lalu melanjutkan langkah melewati Haru menuju dapur.

"Kau masak apa? Sepertinya enak" Lanjutnya setelah berada di depan kompor dengan sesuatu yang sedang dimasak di atasnya. Akan tetapi, betapa terkejutnya saat kedua tangan Haru sudah melingkar penuh di perutnya, dan membuat Daiki segera melepaskan kedua tangannya, lalu berbalik mendorong tubuhnya!

"Dasar bodoh! Apa yang kau lakukan?!" Tanya Daiki begitu kesal.

Ding Dong

Ding Dong

Baru saja ia mengepalkan tangannya, tetapi bel pintu menyelamatkan Haru dari hantaman pada wajahnya.

Segera mata mereka tertuju pada pintu.

Haru pun melangkah menuju pintu untuk melihat seseorang yang sedang membunyikan bel beberapa kali. Sedang Daiki duduk pada kursi di meja makan, dengan terus menatap Haru yang berjalan menuju pintu.

Mengapa ia melakukan hal seperti itu? Bisa-bisanya ia bersikap aneh seperti itu!

Dan... dadanya... Daiki dapat merasakan denyutan di dadanya begitu cepat saat Haru melakukan hal seperti itu!

"Huft! Kau terlalu lama membuka pintu". Kata seorang wanita yang segera masuk mengganti sepatunya.

"Oh, Nakao Reina" Gumam Daiki dalam hati.

"Ah, Takayashi-kun. Sejak kapan kau ada disini?" Tanya Reina, lalu duduk di hadapan Daiki.

Daiki tersenyum pada wanita yang sedang merapikan rambut di hadapannya. "Baru saja".

"Hei, Reina. Tinggallah untuk makan siang" Sahut Haru; memotong pembicaraan mereka berdua.

Reina pun segera berdiri dan menghampiri Haru yang sibuk mengaduk-aduk makanan yang di masaknya. "Aku tidak bisa. Aku cuma ingin mengunjungimu, karena sebentar lagi aku harus pergi menjenguk keluargaku yang sedang sakit di Kyoto.

Daiki terus saja mengamati mereka berdua, dengan tangan kanannya menyangga dagunya di atas meja.

Lihatlah si Haru bodoh itu, sangat lihai memainkan perasaan seseorang. Dan lihatlah tangan yang merangkul wanita itu,... Malangnya. Sadarlah Reina! Haru itu sedang mempermainkanmu!

Kemesraan mereka berdua benar-benar sudah membuat seorang Daiki menjadi muak!

Tidak ada hal yang lebih mengesalkan, selain melihat kedekatan mereka yang begitu dibuat-buat!

Sangat mengesalkan! Daiki tidak percaya Haru melakukan hal seperti itu di hadapannya saat ini! Memuakkan!

Ia tidak peduli dengan apa yang mereka lakukan saat ini, hanya saja melakukan hal semacam itu di hadapannya merupakan hal yang begitu mengesalkannya! Sampai salah satu kakinya ingin menendang mereka berdua agar menyingkir dari tempat ini!

Tunggu! Apa?!

Daiki mengalihkan pandangannya; menggigit bibir bawahnya; tak menyangka ia sedang memikirkan hal memalukan itu di kepalanya!

Ia tertegun sejenak, lalu menjatuhkan kepalanya di atas meja.

Bukan hal yang penting...

Tidak perlu memikirkan hal yang bukan urusanku...

"Takayashi-kun? Apa kau sedang tidak enak badan?" Tanya Reina sembari menyentuh punggungnya, hingga menyadarkannya dari pemikiran yang seperti mempermalukan diri sendiri.

Daiki mengangkat kepalanya, lalu menggeleng pelan. "Aku baik-baik saja".

Ia melirik ke arah Haru yang sedang nyengir di belakang Reina; yang terlihat begitu puas melihatnya terpojok dengan pemikiran sendiri.

Menyebalkan! Sekarang, malah ia yang terlihat seperti orang bodoh di hadapan Haru!

"Aku harus pergi sekarang" Kata Reina, lalu melangkah keluar ditemani Haru di belakangnya.

Daiki pun ikut berdiri, dan menyusul mereka berdua.

.....

Setelah Reina pergi, mereka berdua pun segera masuk dengan Haru yang menutup pintu. Namun, baru saja Daiki hendak melangkah ke tempatnya semula, Haru menarik tangannya, lalu mendorongnya ke dinding!

Daiki menatap Haru yang terus memasang cengingiran kecil pada raut wajahnya, dan terlihat begitu menyebalkan saat ini, lalu dengan dinginnya berkata: "Berhentilah menatapku dengan tatapan seperti itu".

"Apa sekarang kau merasakannya?" Tanya Haru sambil terus menahan agar tidak tertawa.

Daiki mengernyitkan dahi, lalu mendorong tubuh Haru agar menjauh. "Aku tidak mengerti apa yang kau katakan".

Ia pun kembali melangkah menuju meja makan; tempat ia duduk merenung bersama pemikiran memalukannya tadi. Sedang Haru mengikutinya dari belakang, seperti seekor anak ayam yang terus menanyakan hal yang sama.

"Huft... kau benar-benar menyebalkan. 'Merasakan' apa maksudmu?" Tanya Daiki, dan segera menarik ponsel pada saku celananya.

Terlihat raut wajah nyengir Haru berubah menjadi masam. "Tch! menyebalkan...". Dan segera ia kembali pada kesibukan awalnya untuk menyiapkan makan siang.

.....

Setelah semuanya disajikan di atas meja. Mereka pun segera duduk untuk menikmati makanan.

"Ini..." Kata Haru sambil memberi sepotong daging di mangkuk Daiki. Namun, bukannya segera melahap daging yang diberikan dengan penuh perasaan kasih sayang tersebut, Daiki malah mengembalikannya kepada Haru. Akan tetapi, berbeda dengan Daiki, Haru malah langsung melahapnya tanpa malu-malu atau memang tidak punya rasa malu?

Melihat hal itu, membuat Daiki berpikir bahwa Haru yang bodoh tidak berubah sama sekali, bahkan semakin bodoh untuk saat ini. Namun, ia juga menyadari satu hal bahwa sikap bodoh itu yang membuat dirinya sendiri melakukan hal bodoh untuk menemui Haru kembali.

"Oi, Daiki?! Berhentilah memandangi makanannya seperti itu!" Seru Haru, hingga membuat Daiki sedikit terkejut.

"Haruhiko? Soal wanita itu, apa--" Perkataan Daiki segera dipotong oleh Haru.

"Argh! Berhenti! Aku tidak ingin mendengarmu! saat kau akan membahas seorang wanita dengan wajahmu yang serius begitu, aku takut akan mendengar kabar buruk lagi nantinya!" Tegas Haru yang menutup kedua telinganya dengan wajah yang ia palingkan.

Daiki yang melihatnya bertingkah seperti itu, membuatnya merasa bahwa perkataan yang diucapkannya setahun yang lalu memanglah sesuatu yang menyakitkan.

Tidak hanya melihatnya seperti itu saja, tetapi ia sudah menyadarinya sejak Haru mulai menghindarinya, hingga membuatnya merasa begitu bersalah.

"Kau terlalu berlebihan" Balas Daiki, dan segera melahap makanannya.

Haru menoleh kearahnya dengan menurunkan kedua tangan yang menutupi telinganya, seraya berkata: "Berlebihan? Kau orang yang paling mengesalkan yang membuatku seperti ini'.

Daiki berpura-pura untuk tidak mempedulikan perkataan itu dengan terus melahap makannya. Padahal, hati dan juga pikirannya sudah terlalu sering memikirkan seorang di hadapannya saat ini.

Sering kali ia berpikir, mengapa orang sepertinya begitu mudah menunjukkan perasaannya?

Dari lubuk hatinya, ia juga ingin melakukan hal yang sama dengan menunjukkan perasaan sebenarnya!

Tunggu! Pe...rasaan?

Tidak mungkin!

Ia ingin bersama Haru karena ia adalah satu-satunya orang yang bisa menjadi temannya, bukan karena ia menyukainya. Argh! Perasaan macam ini!

.....

Setelah makan, Haru segera mengangkat semua piring kotor dan membersihkan meja.

"Haru, biar aku yang membersihkan piring-piring kotor ini" Kata Daiki dan segera menarik lengan bajunya; bersiap membersihkan piring yang menumpuk di hadapannya.

Mendengar hal itu membuat Haru begitu terkejut, dan segera menghampirinya. "Kau! Ternyata kau punya sisi manusiawimu juga?!".

"Hmm, setidaknya ini yang dapat kulakukan untuk makan siangnya" Kata Daiki dengan tersenyum tipis.

"Oh! Daiki Daiki Daiki! Kau membuatku terharu!" Seru Haru sembari memeluk tubuh Daiki yang mungkin terlihat begitu menggemaskan di matanya, saat ia mengatakan hal itu. Namun, tentunya Daiki segera mendorongnya yang semakin erat memeluk tubuhnya. Menyebalkan!

Beberapa saat kemudian, setelah semuanya bersih, Daiki segera mengenakan mantel dan scarfnya untuk segera pergi.

"Kenapa kau tidak tinggal lebih lama lagi?" Tanya Haru saat Daiki sudah hendak melangkah pergi.

"Ah, seseorang sedang menungguku sekarang. Aku takut dia akan mengacak-acak kamarku saat ini" Jawab Daiki, tetapi setelah ia mengatakan hal itu, raut wajah Haru yang tadinya tersenyum hangat kepadanya, menjadi lebih dingin saat melihatnya.

Ada apa dengannya? Ah! Cemburu?! Benarkah?!

"Ah! Aku hampir lupa. Minggu ini, aku akan pindah ke tempat baru. Aku ingin kau datang" Lanjut Daiki.

Seketika raut wajahnya menjadi cerah ceria setelah mendengar undangan itu. "Benarkah?! Aku pasti akan datang! Pasti!".

Daiki hanya mengangguk, lalu segera pergi meninggalkan Haru. Tanpa sepatah kata; tanpa berbalik kearahnya; dan tanpa melambaikan tangannya.

Ia tidak tahu, bagaimana cara melakukan semua itu. Bersikap ramah bukanlah kebiasaannya.

.....

Orang itu benar-benar seperti memiliki dua pribadi dalam dirinya. Menyebalkan! Dan hal yang paling mengesalkan dari dirinya adalah saat menunjukkan mata yang berbinar-binar itu padanya, membuatnya selalu ingin memandangnya!

Namun, setidaknya, mereka sudah menjadi lebih dekat seperti dulu. Dan membuat Daiki begitu bersyukur, sebab Haru tak lagi menjauh; membuatnya tidak perlu merasa bersalah seperti dulu.

*****


next chapter
Load failed, please RETRY

Status de energia semanal

Rank -- Ranking de Poder
Stone -- Pedra de Poder

Capítulos de desbloqueio em lote

Índice

Opções de exibição

Fundo

Fonte

Tamanho

Comentários do capítulo

Escreva uma avaliação Status de leitura: C26
Falha ao postar. Tente novamente
  • Qualidade de Escrita
  • Estabilidade das atualizações
  • Desenvolvimento de Histórias
  • Design de Personagens
  • Antecedentes do mundo

O escore total 0.0

Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
Vote com Power Stone
Rank NO.-- Ranking de Potência
Stone -- Pedra de Poder
Denunciar conteúdo impróprio
Dica de erro

Denunciar abuso

Comentários do parágrafo

Login