"Nya, tau gak, Nya?" Zora merangkul santai bahu Anya saat mendaratkan tubuhnya di bangku panjang tempat Anya sudah sedari tadi di situ, wajahnya seperti biasa tanpa ekspresi, tapi pertanyaannya membuat Anya yang naturalnya cuek jadi melirik kepo.
"Ya mana tau aku tau," Anya membuang muka setelah melirik dan menanti Zora yang ternyata cuma membuatnya penasaran.
Zora tertawa kecil, melepas rangkulannya dari Anya lalu menyeruput jus sirsak kesukaannya
"Jutek ih kamu mah," Zora cemberut
"Ya kamu bikin orang kepo doank deh, kebiasaan jelek ituuu… ngomong tuh suka setengah-setengah"
"Aku diajakin nyanyi loh"
"Hah? maksudnya gimana?" Anya menatap serius ke wajah Zora
"Diajakin nyanyi sama artis loooohhhh…" lirikan centil Zora membuat Anya sedikit merinding
"Tetep sih lu ngomongnya setengah-setengah," Anya mendengus kesal, membuat kekeh Zora berubah jadi tawa yang sesungguhnya
Zora menghabiskan jus sirsaknya lalu membuang plastiknya ke tempat sampah di sebelah bangku tempatnya duduk dan mengarahkan tatapannya ke arah Anya yang sedang menghabiskan bakso malangnya. Anya fokus ke mangkoknya menikmati kuah bakso yang asin gurih agak asam dan super pedas, sama sekali tidak menghiraukan Zora yang menanti respon penasaran darinya. Setelah sekitar 3 menit berlalu, Anya menyerah dan menghela napas dengan kencang, menaruh sendoknya dengan perasaan terganggu
"Duh! Sumpah ganggu dah lu!!"
Zora tertawa kencang bak kuntilanak. Anya merinding dan memiringkan tubuhnya menjauh dari Zora sesaat.
"Gini deh ya kakaaa… Ente mau cerita apa kaga sih?? Orang lagi makan enak gini ditatap-tatap gitu kan ya jadi kenyang!" Anya merepet bak petasan gantung di acara kawinan orang Betawi
"Nggak bakalan kenyang, sayaaaang…" Zora tertawa kecil sambil menyenggol siku Anya
"Iya, ngga kenyang, muntah yang ada. Dah lah, aku udahan makannya dah.Tar, aku bayar dulu baso nya, tunggu sini aja"
***
Ping!!!
Handphone Zora berdenting, membuat Zora mengulum senyum centil sesaat lalu melirik dan pura-pura cuek. Matanya lalu tertuju ke Anya yang sedang berjalan kembali ke arahnya, sambil menyapa ramah orang tua murid yang berpapasan dengannya, barusan selesai membayar semangkuk bakso malang dan juice yang baru saja Zora habiskan sesaat sebelumnya.
Anya kembali duduk di bangku panjang, di sebelah Zora, mendongakkan kepalanya sekejap kepada Zora, seolah menagih janjinya untuk bercerita tentang ajakan menyanyi yang tadi disinggungnya.
"Jadi cerita gak?" tagih Anya
"Yaaa… Jadi gini, waktu kapan itu kan aku gak sengaja nemu aplikasi nyanyi terus download kan yaaahhh…"
"Oh iya aku tau , aplikasi UsSing itu," potong Anya. "Terus?"
Zora mengangguk mengiyakan pernyataan Anya
"Iya, yang aku cerita ituu, bener. Terus aku ketemu cowok disitu, dia dulunya penyanyi cafe gitu, suaranya duh, Nyaaaaa… Bikin gua meleleh dah pokonya," Zora bercerita dengan penuh penghayatan sampai matanya terpejam rapat dan kepalanya hampir jatuh lepas dari lehernya waktu dia menunduk.
Anya menggelengkan kepala dan menghela napas melihat tingkah Zora yang layaknya anak SMP baru menyadari keberadaan lawan jenis yang menarik
"Lu tuh ya, Ra. Urus anak yang bener aja ngapa?"
Giliran Zora yang menghela napas dengan tajam.
"Udah ah, jangan bahas kesitu deh ya plis."
Anya tahu, pernikahan Zora itu memang jauh dari menyenangkan, apalagi bahagea.
***
Zora kala muda dikenal dan mendapat julukan sebagai Si Pematah Hati.
Cantik dengan body aduhai layaknya model-model dari brand-brand ternama dan keenceran otak di atas rata-rata. Kulitnya yang putih bersih bak pemain drama Korea masa kini. Tubuhnya tinggi semampai, langsing dengan rambut hitam lurus sedikit melewati bahu. Matanya yang hitam pekat bagaikan permata berkilauan. Easy going, supel, dan popular tidak hanya di kalangan kaum Adam tapi juga selalu menjadi teman yang mendapat sambutan hangat dari kaum Hawa.
Zora adalah senior Anya di salah satu universitas swasta di kota mereka. Anya pertama kali bertemu Zora ketika dia masih duduk di bangku SMU, kala itu Zora menjaga stand fakultas hukum ketika diadakan acara Open University yang dikhususkan bagi siswa-siswi kelas 3. Anya terkesima dengan penjelasan ringan yang diberikan Zora tentang mata kuliah, dan dosen-dosen yang mengajar di fakultas tersebut. Zora nampak sangat piawai dan terpelajar tanpa punya kesan cupu sama sekali. Bukan seperti BettyEhem LaFea dari telenovela jaman kita masih duduk di bangku sekolah dulu, sama sekali berbeda. Walaupun Anya sama sekali tidak berminat untuk masuk fakultas hukum, tapi Anya justru sengaja meminta kontak pribadi Zora kala itu. Tidak ada maksud jelek atau menyimpang sama sekali, Anya hanya mengagumi Zora yang ringkas, menarik, sedap dipandang dan profesional tentunya.
Dari situ Anya memberanikan diri menghubungi Zora, dengan alasan kalau Anya naksir teman Zora yang siang tadi menemaninya menjaga stand. Berlanjutlah hubungan pertemanan asik mereka dengan mulus. Dan alibi Anya tentang senior yang ditaksirnya pun menguap dengan sangat mudah bagai angin lalu.
Tahun demi tahun berlalu, pertemanan mereka berlanjut makin akrab dengan fakta mereka kuliah di universitas yang sama walau berbeda jurusan. Bolos bersama, jajan bersama, kehujanan bersama, depresi bersama, makan bersama tentunya, mengikat pertemanan mereka dengan sangat baik. Dan Anya merasa sedih juga kehilangan teman terbaiknya saat Zora lulus 2 tahun lebih dulu, meninggalkan Anya dalam kesengsaraan Tugas Akhir.
Anya juga bukannya perempuan culun minder berkacamata, omanaadaaaa. Anya imut sekali dengan postur tubuh yang mini, kulit sedikit lebih gelap dari Zora, rambut coklat gelap yang terurai panjang sampai ke pinggang. Matanya yang coklat muda, sedikit lebih terang dari kebanyakan mata orang Asia (menurut author demikian), berkelip manis setiap kali Anya memandang polos kebingungan ataupun sedang menyimak obrolan gak penting di sekitarnya.
Tapi mereka berdua dikenal sebagai pasangan duet hampir terindah pada masanya. Dan dengan kelulusan Zora yang 2 tahun lebih awal, Anya jadi mendapat julukan JaHe karena ditinggal pasangannya.
Walaupun begitu, hubungan pertemanan mereka masih tetap berjalan baik bahkan di luar kampus. Sampai akhirnya Zora menikah dengan seorang pria yang bekerja di kantor yang sama dengannya beberapa tahun setelah kelulusannya dari Universitas untuk selanjutnya menjadi seorang IRT. Sejujurnya sejak lama Anya kurang menyetujui hubungan mereka karena bagi Anya, Zora nampak terkekang dengan kekasihnya yang luar biasa jutek, dan kurang bisa menjalin hubungan baik dengan orang-orang di sekitar Zora, bahkan keluarganya. Setiap kali bertemu pun Anya selalu segan untuk mencoba membuka dirinya pada calon Zora kala itu karena dia punya benteng yang sangat kuat dan tinggi dibangun di sekelilingnya.
Walaupuunnn…
Selain sifat keras dan tertutupnya itu, Anya tidak bisa protes banyak. Lelaki pilihan Zora itu terhitung tampan, dengan karakter maskulin yang kuat, tubuhnya tegap dengan dada bidang dan bahu lebar. Atletis walau tidak berotot seperti cowok model iklan susu protein ElehemEmen. Luar biasa pekerja keras dan setia.
Di suatu hari Minggu yang cerah menikahlah mereka dengan Anya sebagai salah satu pendamping wanita, dan sekitar setahun berikutnya Zora melahirkan putra pertama mereka.
***
"Terus?" tanya Anya kepo dengan si penyanyi cafe.
"Namanya Tirta, Nya. Username dia The Ghost."