Baixar aplicativo
6.87% Aku Bukan Boneka Ayahku / Chapter 27: Dimana Kiano Sebenarnya

Capítulo 27: Dimana Kiano Sebenarnya

Byur byur byur

Berulang kali Grizelle di tarik dan di masukkan kembali dalam bak yang berisi air itu. Hingga hampir saja Grizelle tidak sempat untuk bernapas.

"Ayah,"

"Hentikan, Ayah!" Ucap Grizelle berulang kali karena sudah tidak tahan dengan siksaan itu. Setelah puas, ayah baru menghentikan aksinya yang membahayakan itu.

"Ayah, apa yang kamu lakukan pada anak kita." Ibu terisak dengan tangisnya sembari memeluk Grizelle dengan kuat.

"Tanya sama anak kamu ini, dia sudah berhubungan dengan pria lain. Padahal dia sudah menjadi calon istri Rio. Jadi wajar dong aku melakukan hal ini."

"Maksud Ayah apa?" Tanya Ibu.

"Grizelle diam-diam sudah berhubungan dengan pria itu lagi. Lihat saja kamu nanti kalau sampai ketahuan lagi berhubungan dengan pria itu, akan aku bunuh dia." Ayah pergi begitu saja setelah puas menghukum Grizelle.

Grizelle menyadari, bahwa pertemuannya pada Kiano sudah di ketahui. Dia benar-benar bingung apa yang harus dia lakukan setelah ini, apakah dia tetap dekat atau malah sebaliknya harus menjauh dari Kiano.

"Siapa pria itu, Grizelle!"

"Dia pria yang baik, Bu. Bahkan dia ingin menyelamatkan aku dari dekapan om Rio. Aku cinta dia, Bu. Aku tidak ingin menikah dengan Om Rio. Tolong aku, Bu!"

"Ya Allah, maafkan Ibu Nak. Ibu janji akan lakukan sesuatu untuk kamu. Sekarang kamu yang sabar ya!"

"Iya, Bu."

Malam telah larut, di mana semua orang tentunya sudah tidur dengan pulas. Saat itu, Grizelle belum bisa memejamkan matanya. Dia buka jendela dan melihat bulan sabit yang indah. Hanya kesunyian malam serta hanya suara jangkrik yang menghibur dirinya saat ini.

"Entah kenapa, aku tidak bisa melupakan Kiano. Bagaimana nasibku kedepannya? Apa aku bisa bersama dengan Kiano nantinya. Ya Allah, apa yang harus aku lakukan?"

Tiba-tiba, Grizelle berniat untuk kabur dari rumah. Beberapa helai bajunya sudah dia siapkan untuk pergi dari rumah itu. Lewat jendela, dia lempar koper yang sudah berisi bajunya juga sedikit uang yang dia miliki.

"Maafkan aku, Bu. Aku harus pergi, Aku harus bebas dari masalah ini."

Grizelle nekat untuk pergi dari rumah.

"Tapi aku harus ke mana ya?" Griz tentu akan bingung ketika sudah berada di luar rumah. Dia tidak memiliki saudara, bahkan teman wanita pun tidak ada. Kemudian, dengan rasa kantuk yang amat sangat, Griz tidur di teras rumah orang. Entah sudah berapa jauh dia pergi dari rumah. Tujuannya sudah tidak jelas, yang lebih jelas dia bisa keluar dari masalah itu.

"Lapar sekali, uangku tinggal ini. Apa yang harus aku lakukan ya?"

"Oh iya, itu ada toko." Grizelle menghampiri sebuah toko untuk membeli roti dan sebotol minuman. Setelah menyantap makanannya, dia kembali berjalan. Tiba pada sebuah pohon besar, Griz duduk di bawahnya. Sisa roti yang dia beli tadi masih ada untuk makan siangnya. Namun dia bertemu seorang nenek tua yang duduk bersimpuh di pinggir jalan untuk mendapatkan belas kasihan bagi siapa yang melewatinya. Sebuah mangkuk lusuh yang berisi uang receh. Grizelle mengerti, namun dia tidak memiliki uang lebih. Hanya sedikit uang pegangan lalu dia berikan. Tidak lupa, sedikit roti yang tersisa lalu dia berikan juga pada nenek itu.

"Nek, ini untuk Nenek. Di makan ya?"

"Terima kasih, Cu!" Nenek itu menyantap dengan sangat lahap roti yang di berikan Grizelle.

Ada rasa bahagia ketika melihat nenek itu tersenyum saat menikmati roti. Ternyata, semua orang punya masalah meski berbeda. Namun tetaplah itu sebuah masalah. Kini dia melanjutkan perjalanan yang tak tahu ke mana.

"Nah, loh. Akhirnya ketemu juga di sini. Di mana Kiano?" Napas terengah-engah Shella dari kejauhan sudah mengejar Grizelle.

"Kiano? Kenapa dengan Kiano?"

"Halah, tidak usah pura-pura tidak tahu. Pasti kamu sudah sembunyikan Kiano dari aku kan?"

"Maksud kamu apa?"

"Aarrggh!" Shella mendorong tubuh Grizelle hingga terjatuh di rerumputan. Beberapa orang yang melihat melerai pergulatan tersebut. Untung saja ada beberapa warga yang membantu, jika tidak mungkin Grizelle sudah babak belur di buat Shella.

"Mbak, tolong hentikan. Ada apa ini? Ada baiknya di selesaikan baik-baik. Ini tidak akan menyelesaikan masalah." Ucap Grizelle menenangkan Shella.

"Di mana kamu sembunyikan Kiano kekasihku!"

"Maaf, Mbak. Aku tidak tahu,"

Shella ingin menyerang Grizelle kembali. Namun dengan cepat pula warga menghalangi. Akhirnya, mereka di bawa ke kantor polisi terdekat. Sampai di sana, mereka di interogasi.

"Mbak, Shella. Sebenarnya apa masalahnya?"

"Dia sudah membawa kabur pacar saya, Pak!"

"Pacar?" Tanya Bapak polisi dengan tertawa.

"Tidak salah kan kalau aku marah sama dia!" Ucap Shella sembari menunjuk Grizelle.

"Tenang, Mbak. Tenang dulu. Kalau hanya masalah ini, Masih bisa di selesaikan kok. Ceritakan pelan-pelan sebenarnya apa yang sudah terjadi."

"Begini, Pak. Kemarin aku ke rumah pacar saya itu. Tapi kata temannya dia sudah beberapa hari tidak pulang. Padahal kami satu kerjaan, dia juga tidak ada di kerjaan. Nomornya tidak aktif. Jadi aku khawatir kalau dia pasti di sembunyikan wanita ini?" Jelasnya terus menuding Grizelle.

"Apa benar yang sudah di katakan Mbak Shella?" Tanya polisi itu kembali pada Griz. Namun Griz tetap menjawab dengan tenang. Bahwa dirinya tidak tahu apa-apa mengenai hal itu.

"Saya benar-benar tidak tahu, Pak. Mau sembunyikan bagaimana, saya saja tidak ada hubungan dengan dia."

"Baiklah, kalau begitu berarti ini hanya salah paham. Lebih baik selesaikan masalah ini baik-baik dan sendiri ya Mbak Shella. Jangan buat keributan lagi. Mungkin pacar Anda saat ini hanya tidak ingin di ganggu. Jangan berprasangka buruk dulu pada orang lain. Lebih baik, cari tahu dulu kebenarannya."

"Baik, Pak!"

Setelah selesai dan keluar dari kantor polisi, Shella hanya diam. Di jalan arah yang berbeda dia kembali lagi untuk memanggil Grizelle.

"Grizelle!" Panggilnya.

"Iya." Jawab Grizelle dan memalingkan tubuhnya.

"Apa benar kamu tidak tahu apa-apa tentang Kiano saat ini?"

"Aku benar-benar tidak tahu, Mbak. Aku justru bingung, memangnya di mana Kiano saat ini."

"Baiklah, maafkan aku sudah menuduh kamu. Itu karena aku terlalu cinta sama dia."

"Iya tidak apa-apa, Mbak. Apa mungkin dia berubah ke wujud aslinya."

"Maksud kamu apa?"

"Kemarin aku pernah lihat dia tidak seperti Kiano biasanya. Bahkan dia lebih terlihat rapi dan seperti orang kaya. Mungkin saja dia kembali ke rumahnya."

"Oh, kalau masalah itu. Sebenarnya aku sudah tahu. Dia adalah orang kaya yang menyamar sebagai pria biasa. Maka dari itu aku ingin pertahankan dia. Tapi sepertinya dia mencintai kamu. Makanya aku benci kamu, tapi kali ini aku sadar. Bahwa kamu tidak pantas di benci dan kamu memang wanita yang pantas untuk Kiano."

"Jadi benar dia orang kaya, Mbak? Jadi selama ini untuk apa dia menyamar sebagai pria biasa?"

"Mungkin karena dia punya masalah dengan papanya. Aku tidak tahu pasti, yang jelas itu lah kenyataanya."


next chapter
Load failed, please RETRY

Presentes

Presente -- Presente recebido

    Status de energia semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Pedra de Poder

    Capítulos de desbloqueio em lote

    Índice

    Opções de exibição

    Fundo

    Fonte

    Tamanho

    Comentários do capítulo

    Escreva uma avaliação Status de leitura: C27
    Falha ao postar. Tente novamente
    • Qualidade de Escrita
    • Estabilidade das atualizações
    • Desenvolvimento de Histórias
    • Design de Personagens
    • Antecedentes do mundo

    O escore total 0.0

    Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
    Vote com Power Stone
    Rank NO.-- Ranking de Potência
    Stone -- Pedra de Poder
    Denunciar conteúdo impróprio
    Dica de erro

    Denunciar abuso

    Comentários do parágrafo

    Login