Baixar aplicativo
0.71% AKU (BUKAN) WANITA PENGHIBUR [21+] / Chapter 2: penderitaan

Capítulo 2: penderitaan

gadis itu menangis di bawah guyuran shower yang terus membasahi tubuhnya, dia berkali-kali berteriak menangisi nasibnya akibat pelecehan yang terjadi pada nya

bagaimana ini? apa yang akan terjadi jika orang tuanya mengetahui hal ini,

bukan hal mudah untuk membujuk sang ibu mengijinkan nya pergi ke kota seorang diri dan bekerja disana

dia bahkan harus memohon agar ibunya tersebut mengijinkan nya, namun apa yang terjadi sekarang? dia justru mengalami kejadian yang membuat seluruh hidupnya hancur

apa yang akan dia jelaskan pada ibunya nanti?

dia tidak mungkin menyakiti perasaan ibunya terlebih jika ibunya tahu kejadian pelecehan yang dia terima

gadis tersebut menggigil sambil menangis, memeluk kedua lututnya dan mengepalkan tangannya keras

"pria kurang ajar" geramnya

lula, teman sekamarnya mengerutkan kening ketika menunggu sahabatnya tidak kunjung keluar dari kamar mandi bahkan dia sudah berada di dalam hampir dua jam. dengan perasaan perasaan cemas, dia mencoba mengetuk pintu kamar mandi itu

"Angka kamu ngapain dari tadi nggak keluar-keluar" tanyanya khawatir

tak ada Jawaban dari mulut Angka, gadis tersebut enggan merespon

lula kembali mengetuk pintu kamar mandi tersebut, kali ini perasaan jauh lebih cemas

"tolong buka pintu nya, kamu kenapa?" suara khawatir Lula terdengar sedih

Angka menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

sedih, kecewa, sakit hati, tak berdaya juga rapuh. itu yang dirasakannya saat ini

"aku ingin sekali membunuhnya" teriak Angka kencang hingga membuat lula semakin tidak mengerti dengan maksud ucapan gadis itu

"angka, tolong buka pintu ini" panggil Lula frustasi

Angka menatap pintu kamar mandi dengan perasaan hampa, tatapan nya pun kosong

hancur sudah masa depan yang selama ini dia impikan, semua itu karena pria brengsek yang entah seperti apa wajahnya.

Angka beranjak, melangkah keluar kamar mandi dengan langkah lunglai

mata sembab juga merah, jelas terlihat saat dia membuka pintu tersebut dan berhadapan langsung dengan Lula

"ya Tuhan..kamu kenapa?"

angka terdiam, tak menggubris pertanyaan sahabatnya

Lula mengikuti sahabatnya yang terlihat sedih dan frustasi,

gadis tersebut membuka seluruh pakaiannya yang basah lalu membalutnya dengan handuk kering

mata Lula membulat seketika ketika melihat ada bercak kebiruan di punggung juga bahu gadis tersebut, Lula kemudian mendekat, mencoba menyentuh luka tersebut dengan perasaan cemas

"kamu kenapa? cepat katakan sesuatu..aku khawatir" desak Lula penasaran

pasalnya luka seperti itu bukan luka karena terbentur, jelas ini berbeda

Lula menyentuh luka tersebut dan menatap nya nanar

"jelaskan!"

Angka terdiam, tapi air matanya mengungkapkan segala nya

"jujur padaku" desak nya lagi

kini tatapan sayu tersebut beradu pandang, sambil menghela nafas panjang gadis tersebut menatap lirih

"aku.." suatu kata yang tersekat, angka tak mampu berucap

namun mata gadis di hadapannya masih setia menunggu sebuah pengakuan.

"aku.." Angka kembali terdiam, gadis tersebut menangis histeris dan menutup wajahnya dengan tangan

"tolong katakan sesuatu.. kamu buat ku khawatir " ucap Lula melemah

setetes air mata pun mengalir dari kelopak mata sahabatnya itu,

mungkinkah Angka mengalami sesuatu yang buruk?

mengingat gadis itu pulang jam 8 pagi hari ini, namun kejadian seperti apa?

Lula tak ingin menebak-nebak pada suatu kemungkinan yang tak sanggup dia ucapkan

tangan Lula mengusap lembut kepala gadis yang sedang menangis itu, dia mencoba menenangkan sahabatnya, sekaligus berharap jika gadis itu akan mengatakan apa yang telah terjadi pada nya

mata Angka yang berair menatap sedih teman nya dan memeluknya erat

"aku di perkosa" Isak Angka tak mampu mengingat kejadian kelam itu

Lula melotot, dirinya tak percaya akan hal itu.. Lula berpikir jika gadis itu pergi ke rumah Sarah setelah bekerja lembur semalam

Lula mengerutkan keningnya, menatap tajam wajah Angka

"kamu ga bohong kan" pertanyaan kaget keluar dari mulutnya Lula

Angka menggeleng lemah

Lula dengan cepat memeluk tubuh Angka, berusaha membuat gadis itu tenang

"siapa si brengsek itu? apa aku kenal?"

Angka menggeleng sambil meneteskan air matanya

"maksudmu"

Angka menghela nafas berat

"aku di culik dan di perkosa" Isak nya

Seketika perasaan Lula ikut hancur, bagaimana bisa.. seorang yang pemalu juga baik hati bisa mendapatkan suatu malam kelam di mana dia di lecehkan secara sadis

bercak luka membiru adalah jawaban nya, betapa kasar lelaki itu memperlakukan Angka

bahkan Lula tak kuasa membayangkan nya.

Sialan!

suara umpatan yang keluar dari mulut Lula membuat Angka terdiam

seharusnya Angka pukul saja pria yang sedang tertidur itu, atau bahkan pecahkan guci di kepalanya karena sudah berbuat tindakan pelecehan padanya

Dasar bodoh! kenapa dia tidak berfikir seperti itu? apakah karena ketakutan yang teramat sangat hingga membuatnya harus berlari menjauh sebelum pria itu tersadar.

"haruskah kita melapor ke pihak yang berwajib?" tanya Lula ragu-ragu

Angka melotot kaget dan menggeleng cepat

"jangan!" sahutnya

"aku ga mau jika kejadian ini membuat ku terekspos media..cukup harga diriku hancur di hadapan pria itu tapi jangan seisi kota ini tahu tentang pelecehan yang ku terima" tambahnya

Angka Langsung menyelimuti dirinya yang kedinginan

"aku malu jika orang-orang tahu pemerkosaan yang ku terima" Isak Angka tak kuasa menahan tangisnya

Lula menyeka air mata itu, sambil tersenyum dan memegang tangan Angka sembari tersenyum tipis

"istirahat lah , aku akan menyiapkan mu susu hangat" ujar Lula

angka menggeleng

"aku ingin mati" ucap nya dengan bibir bergetar

"jangan bilang seperti itu, aku yakin jika kau mampu melewati ini semua,"

Angka tidak bergeming, bibirnya terkatup dan matanya tertutup.

***

di tempat lain

Pria bertubuh tinggi juga kekar, bangun dari tidurnya

mata nya langsung mengedar mencari teman tidur nya semalam

pria tersebut mengerutkan keningnya sambil memikul pelan kepala nya yang pusing akibat mabuk tadi malam.

beranjak dari tidurnya dan melangkahkan kakinya menuju meja mengambil aspirin di dalam laci

" kemana wanita semalam? aku bahkan belum memberikan dia tarif" gumamnya pelan sambil meminum aspirin dari tangan nya

pria bertubuh tinggi tersebut duduk sambil menghirup udara pagi, membayangkan wajah pasangan tidur nya

"aku tidak mengingat bagaimana wajahnya, sial!" ujar sambil kembali memegang kepalanya yang masih terasa berat

"tapi aku mengingat harum tubuhnya" ucapnya lagi sambil menarik sudut bibirnya

tak lama, pria tersebut berdiri mengarah kamar mandi, matanya memicing sambil tersenyum

darah..pria itu melihat sebuah noda darah di seprei putih

dengan seringai khas milik nya, pria itu tertawa kecil

"bagus pak Johan, kau membawa perempuan virgin yang ku pesan, " ujarnya

"tidak sia-sia aku membayar mahal atas pekerjaan mu itu" tambahnya lagi dan membuka pintu kamar mandi sambil tertawa kecil.

dia bahkan tidak mengetahui dari mana asal teman tidur nya, seandainya dia tahu bahwa gadis itu adalah korban penculikan yang sengaja di culik untuk memenuhi hasrat dirinya.. apakah akan ada penyesalan?

di sisi lain ada seorang gadis yang hancur berkeping-keping akibat malam kelam itu, tidakkah dia tahu bahwa hal itu sudah membuat seorang gadis hilang keperawanan di usia yang masih sangat muda.


next chapter
Load failed, please RETRY

Presentes

Presente -- Presente recebido

    Status de energia semanal

    Rank -- Ranking de Poder
    Stone -- Pedra de Poder

    Capítulos de desbloqueio em lote

    Índice

    Opções de exibição

    Fundo

    Fonte

    Tamanho

    Comentários do capítulo

    Escreva uma avaliação Status de leitura: C2
    Falha ao postar. Tente novamente
    • Qualidade de Escrita
    • Estabilidade das atualizações
    • Desenvolvimento de Histórias
    • Design de Personagens
    • Antecedentes do mundo

    O escore total 0.0

    Resenha postada com sucesso! Leia mais resenhas
    Vote com Power Stone
    Rank NO.-- Ranking de Potência
    Stone -- Pedra de Poder
    Denunciar conteúdo impróprio
    Dica de erro

    Denunciar abuso

    Comentários do parágrafo

    Login