Seorang gadis yang tengah disibukkan dengan berbagai peralatan dapur, bahkan satu menit pun dirinya tidak mengalihkan pandangan dari peralatan di hadapannya. walau hanya sekedar minum ataupun duduk bersandar di kursi.
sejak jam enam pagi Harini telah berkutat dengan sayuran. keluarganya tidak ingin dirinya terlambat untuk menyiapkan berbagai macam menu. tepat pukul dua belas Harini telah menyiapkan semuanya. berbagai menu andalan keluarga besar Herlambang kini tertata rapi di atas meja makan. hari ini adalah hari dimana Carissa yang akan kembali setelah sepuluh tahun menetap di Kanada. putri kebanggaan keluarga besar Herlambang yang sejak kecil tinggal di luar negeri dan kini ia kembali untuk melanjutkan sekolah menengah keatas.
"Harini, apakah kamu sudah menyiapkan semuanya?" Tanya Harumi ibu dari Carissa.
"Sudah, ib ..." Ucapan Harini terhenti saat tatapan tajam Harumi yang mematikan.
"Panggil aku Nyonya Harumi atau panggil aku dengan Nyonya Herlambang ingat. jangan coba-coba memanggilku dengan sebutan ibu selagi kita hanya berdua ingat itu!!" Ucap Harumi.
"B ... baik ib ... Nyonya Harumi," Kata Harini dengan suara bergetar.
"Harumi, ada apa ini?" Tanya Malik. sang kakek.
"A .. ayah, tidak ada apa-apa. benar begitu Harini!?" Tanya Harumi pada Harini. dengan sorot mata mematikan dari Harumi. membuat tubuh Harini bergetar, dengan suara lembut menjawab pertanyaan kakeknya pada sang ibu. namun saat akan mengatakan tiba-tiba suara sang kakek terdengar.
"Apa benar yang di katakan oleh ibumu Harini?" Tanya Malik, yang tidak lain adalah kepala keluarga yang di hormati dan di takuti. di keluarga Herlambang.
"Benar, kakek. tidak ada apa-apa. kakek butuh sesuatu, sampai kakek mencariku ke dapur? biar aku buatkan kakek duduklah dulu," Tanya Harini.
"Tidak, ada sayang. bagaimana apa kamu sudah menyelesaikan masakannya? jika sudah temui kakek di ruang kerja ada hal yang harus kakek katakan padamu." Kata Malik kakek kesayangan Harini.
"Ya, kek. sebentar lagi selesai dan aku akan menemui kakek." Jawab Harini.
"Kakek tunggu sayang," Malik meninggalkan dapur dan kini tinggal Harumi dan Harini yang berada dapur. para maid meninggalkan mereka, dengan tertunduk ketakutan mendapati tatapan mematikan dari Nyonya, Harumi adalah Nyonya keluarga Herlambang dirinya menjadi menantu keluarga Herlambang dan telah di karuniai dua anak.
Harumi berdiri angkuh di belakang Harini yang kembali menyelesaikan pekerjaannya.
"Anak pungut. aku minta sekarang selesaikan semuanya dan setelah itu kau pergi ke bandara jemput Nona muda." Kata Harumi dengan tatapan mengejek.
"Tapi, Nyonya bagaimana dengan kakek? bukankah kakek memintaku untuk menemuinya?" jawab Harini.
"Itu bukan urusanku!! kamu cepat bereskan semua dan jemput Nona Carissa. dan aku tidak ingin mendengar kata terlambat saat menjemputnya!" Ucap Harumi.
"Baik Nyonya."
Harini kembali melanjutkan pekerjaannya, dan lima belas menit kemudian dirinya telah berdiri di depan pintu ruang kerja Malik.
"Kakek, boleh aku masuk?" Tanya Harini, setelah mengetuk pintu ruang kerja kakeknya.
"Tentu, masuklah." Harini mendekati meja sang kakek dan duduk di hadapannya.
"Ada apa kek?" Tanya Harini.
"Kamu simpan ini dan jangan pernah kamu buka sebelum usiamu genap sembilan belas tahun dan jangan pernah kamu berikan pada siapapun atau kamu mengatakan pada orang lain. apa kamu mengerti Harini?" Tanya Malik.
"Ya, kek. aku mengerti," kata Harini.
"Kamu simpan dengan baik dan jangan biarkan orang lain mengetahuinya. ingat kamu bisa membukanya setelah usia kamu sembilan belas tahun dan itu artinya kamu bisa membukanya saat kamu lulus sekolah."
Malik menjelaskan pada Harini, dengan terperinci dirinya tidak ingin jika Harini mendapatkan kesulitan setelah dirinya meninggal nanti.
"Aku sangat mengerti kek, kalau begitu aku pergi dulu. karena Nyo ... ibu menyuruhku untuk menjemput Clarissa kek. jika kakek membutuhkan sesuatu katakan dan akan aku buatkan sesuatu sekarang." Kata Harini.
"Tidak ada sayang, pergilah dan hati-hati. setelah kembali temuin kakek." Ucap Malik.
"Ya, kek. " Harini keluar dari ruang kerja Malik dan bergegas kekamarnya dan menyimpan kotak yang di berikan oleh Malik kakeknya.
'Sebenarnya kota ini apa isinya? kenapa kakek menginginkan aku membukanya saat usiaku sembilan belas tahun.'
"Harini!!"
Suara Harumi membuat kesadaran Harini kembali dengan cepat ia menyimpan kotak pemberian sang kakek padanya.
"Ya, ibu. sebentar."
Dengan wajah yang gugup dan ketakutan yang terlihat jelas di wajah Harini. membuat Harumi semakin tersulut emosi.
"Apa yang jamu lakukan di dalam hah!?" Tanya Harumi dengan nada tinggi.
"Ibu, maafkan aku. tapi aku tadi di dalam kamar mandi. maafkan aku ibu,"
Harumi menatap gadis belia di hadapannya. dengan tatapan dingin.
"Kenapa kau masih berdiri di hadapanku hah!! cepat turun dan jemput nona mu di bandara!!" Suara dingin dan tajam membuat tubuh Harini bergetar dan dengan cepat keluar dari kamar dan dengan langkah tergesa-gesa Harini menuruni tanggam para maid yang melihat langkah terburu-buru Harini dengan keinginan tahuan mereka bertanya padanya.
"Harini ... ups!! maksudku nona. Anda mau kemana?" Tanya salah satu maid di kediaman keluarga besar Malik. Harini hanya menoleh dan melempar senyum, tidak ingin membuat keributan Harini melanjutkan langkahnya tanpa memperdulikan para maid yang menatapnya dengan tatapan mencemooh menurut mereka kondisi Harini yang lebih buruk dari mereka.
"Anak pungut tetaplah anak pungut!!" Salah satu maid dengan nada mencemooh dan bahkan tatapan matanya begitu sinis pada Harini.
Langkah kaki Harini terhenti dan menatap salah satu maid yang muda dan melangkah mendekatinya namun saat akan mengatakan sesuatu pada maid tiba-tiba suara dingin di belakangnya membuatnya mengurungkan niatnya.
"Harini, kau lupa tugas yang aku berikan padamu? atau kau ingin menolaknya dengan cara seperti ini?" Kata Harumi.
"Ibu maafkan aku, sebenarnya tadi hanya ingin menanyakan sesuatu pada maid yang menyebutku hanya ...." Dengan menundukkan wajahnya Harini mendengar apa yang di katakan oleh Ibunya.
"Dia berbohong. sekarang pergilah jemput saudaramu." Kata Harumi. Harini melangkah meninggalkan kediaman Herlambang, mengikuti apa yang di katakan oleh Harumi ibunya.
Meski banyak pertanyaan dalam benaknya tentang siapa dirinya, namun semua hanya sebuah pertanyaan yang tidak pernah bisa ia sampaikan pada sang kakek atau yang lainnya. namun melihat sikap Harumi dan Haris adalah jawaban untuknya. meskipun kakek mengatakan yang berbeda.
"Nona, Harini. kita sudah sampai di bandara." Kata sang sopir.
"Ya, pak. bisa tunggu disini atau parkir dimana pak? biar memudahkan aku mencari bapak nanti," Tanya Harini dengan suara lembut. membuat sopir keluarga Harini sangat menyukainya.
"Sepertinya tidak apa-apa jika parkir disini nona. lihat banyak yang parkir di sini." Kata sang sopir menunjuk berapa mobil yang terparkir disana.
"Baiklah, kalau begitu bapak tunggu disini." Ucap Harini sebelum keluar dari mobil.
"Ya, non."
Harini melangkah dengan tergesa-gesa mencari tempat agar memudahkan dirinya melihat Carissa. Harini yang kebingungan bagaimana dirinya bisa mengenali Carissa, Setelah sekian lama tidak bertemu namun ia mengingat wajahnya yang sering di perlihatkan oleh ibunya Harumi.
Harini yang tidak menyerah meskipun dirinya telah menunggu lebih dari satu jam namun, wajah saudaranya tidak kunjung terlihat. hingga terdengar seseorang berteriak histeris dan mendorong tubuhnya hingga terpelanting kesamping, bersyukur seseorang menahan tubuhnya sehingga tubuhnya tidak mengenai lantai.
"Terima kasih ..." Kata Harini namun, seseorang yang telah menolongnya pergi begitu saja tanpa melihat ataupun menjawab perkataan Harini.